Showing posts with label Hadits Tarbawi I. Show all posts
Showing posts with label Hadits Tarbawi I. Show all posts

November 15, 2022

Isyarat Dengan Satu Tangan




1.      Teks Hadits
عن ابى هريرة رضى الل عن قال: (كان رجل من الانصار بجلس إلى النبي صلى الله علي وسلم فيسمع من النبى صلى الله عليه وسلم فقال: يارسول الله صلى الل عليه وسلم (إستعن بيمينك) واومأبيده للخط) اخرجه الترميذى فى ستة كتاب العلم

2.      Hadits dari sumber mujam mufahros yang berhubungan dengan hadits di atas
فَـقَالَ رَسُوْلَ الهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إستعـن بيمينـك وأومـأبيد للخطّ (الترمذى) ت علم 12

3.      Hadits sesuai Periwayatnya atau Sumbernya
حَدَّثَـنَا قَنَيْبَةٌ: حَدَثَّنـَا اللَّيْثُ عَنِ الْخَلِيْلِ بْنِ مُرَّةَ, عَنْ يَحْيَ ابْنِ اَبِيْ صَالِح, عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ رَجُلٌ مِنَ اْلاَنْصَـارِ يَجْلِسُ إِلَى رَسُوْلَ اللهِ ص.م. فَيَسْمَعُ مِنَ النَّبِيَّ ص.م. اَلْحَدِيْثِ فَيُعْجِبُهُ وَلاَ يَحْفَظُهُ, فَشَكَى ذلِكَ اِلَى رَسُوْلَ الله ِ ص.م. فَقَالَ رَسُوْلَ اللهِ! إِنِّىْ  َلأَسْمَعُ مِنْكَ اْلحَدِيْثَ فَيُعْجِبُنِى وَلاَ اَحْفَظُهُ. فَقَالَ رَسُولَ اللهِ ص.م. ((إِسْتَعِنْ بِيَمِيْنِكَ)) وَأَوْمَـأْبِيَدِهِ الْخَطَّ



4.      Artinya
Qiraibah menceritakan kepada kami, Al-Laits memberitahukan kepada kami Al-Khail bin Murah dari Yahya bin Abi Sholih dari Abu Hurairah berkata: “Seseorang laki-laki dari golongan Anshor duduk di samping Rasulullah Saw, lalu ia mendengar hadits Nabi Sae, kemudian ia tertarik kepadany tapi tidak bisa menghafalnya, lalu ia mengadukan hal itu kepada Rasulullah Saw, sambil berkata: “Wahai Rasulullah sungguh aku mendengar hadits dari engkau lalu aku tertarik kepadanya tapi aku tidak bisa menghafalnya”.

5.      Nilai Tarbawi
Hadits di atas menerangkan bahwa kita belajar tidak harus dengan cara menghafalnya tetapi kita belajar bisa dengan cara mendengarkan, mempraktekkan atau melihatnya. Sesungguhnya Allah tidak memberatkan kaum mukmin dalam hal kebaikan, apalagi kaum mukmin tersebut melakukan suatu kebaikan itu dengan sunguh-sunguh, pasti tidak akan sia-saia. Jika suatu amal itu dilakukan dengan ikhlas, ikhtiar dan bersabar, pasti akan mendapat suatu kebaikan. 

MENJUAL IDEALISME UNTUK MERAUP MATERI




  1. Hadist

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَألَ اِنَّ اُنَاسًـامِنْ اُمَّتِى يَسْتَفْقَهُوْنَ فِى الدِّيْنِ وَيَقْرَءُوْنَ الْقُرْآنَ وَيَقُولُوْنَ: نَـاءْتِى الأُمَرَاءَ فَنُصِيْبُ مِنْ دُنْيَاهُمْ, وَتَعْتَزِلُهُمْ بِدِيْنِنَا, وَلاَيَكُونُ ذَلِكَ: كَـمَالاَيُجْتَنَى مِنَ الْقَتَارِ اِلاَّ الشَّوْكُ, كَذَلِكَ لاَ يُجْتَنَى مِنْ قُرْبِهِمْ اِلاَّ الْخَـطايَا. (اخربه ابنماجه: كتاب المقد: باب الا نتفاع باعلم واعمدبه)
                         
  1. Terjemah

Sesungguhnya diantara umatku
اِنَّ اُنَاسًـامِنْ اُمَّتِى
Memperdalam agama mereka
يَسْتَفْقَهُوْنَ فِى الدِّيْنِ
Dan mereka membaca al-Qur’an
وَيَقْرَءُوْنَ الْقُرْآنَ
Sebagian mereka berkata: kami akan mendatangi para pemimpin
وَيَقُولُوْنَ تَـاءْتِى الأُمَرَاءَ
Sehingga kami mendapatkan harta benda mereka
فَنُصِيْبُ مِنْ دُنْيَاهُمْ
Dan kami akan menjauhkan mereka dari agama kami
وَتَعْتَزِلُهُمْ بِدِيْنِنَا
Dan itu dikatakan  (dijadikan)
وَلاَيَكُونُ ذَلِكَ
Seperti tidak akan terhindar dari pohon yang berduri

كَـمَالاَيُجْتَنَى مِنَ الْقَتَارِ
kecuali dirinya
اِلاَّ الشَّوْكُ
Demikian juga
كَذَلِكَ
Tidak bisa menghindarkan diri dari mereka

لاَ يُجْتَنَى مِنْ قُرْبِهِمْ
Kecuali kesalahan-kesalahannya
اِلاَّ الْخَـطايَا


  1. Biografi Perawi
Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim lahir di Makkah tiga tahun sebelum hijrah. Ayahnya adalah Abbas, paman Rasulullah, sedangkan ibunya bernama Lubabah binti Harist yang dijuluki Ummu Fadhl yaitu saudara dari Maimunah, istri Rasulullah. Beliau di kenal dengan nama ibnu Abbas. Selain itu, beliau dikenal dengan nama Ibnu Abbas. Dari beliau inilah berasal silsilah khalifah Dinasti Abbasiyah.
Ibnu Abbas adalah salah satu dari empat orang pemuda bernama Abdullah yang mereka semua di beri julukan Al-Abadillah.
Ibnu Abbas pernah menduduki posisi gubernur di Bashrah pada masa kekhalifahan Ali. penduduknya tertutur tentang sepak terjang beliau, “ ia mengambil tiga perkara dan meninggalkan tiga perkara”. Yaitu apabila ia berbicara, ia mengambil hati pendengarnya. Apabila ia mendengarkan orang, ia mengambil telinganya (memperhatikan orang tersebut). Apabila ia memutuskan, ia mengambil yang termudah. Sebaliknya, ia menjauhi sifat mencari muka, menjauhi orang berbudi buruk, dan menjauhi setiap perbuatan dosa.
Abdullah bin Abbas meriwayatkan sekitar 1660 hadist. Dia sahabat kelima yang paling banyak meriwayatkan hadist. Sesudah Aisyah. Pada akhir masa hidupnya, ibnu Abbas mengalami kebutaan. Beliau menetap di Thaif hungga wafat pada tahun 68 H diusia 71 tahun.
Demikianlah, Ibnu Abbas memiliki kekayaan besar berupa ilmu pengetahuan serta akhlak ulama.[1]

D. Syarah Hadist
Dari kitab syarah hadist Faidhul Qadir juz 2 yang kami terjemahkan dapat diperoleh beberapa hal penting dari maksud hadist tersebut, diantaranya : Bahwa beberapa umat Nabi Muhammad SAW memperdalam atau memahami hukum agama, dan mereka itu disebut ahli fiqh. Dan mereka membaca Alqur’an.
Sebagian mereka berkata kepada yang lain, bahwa mereka mendatangi para pemimpin yakni orang yang menguasai urusan manusia dan mereka mendapatkan kedudukan duniawi dari kepemimpinannya tersebut.
Hal tersebut merupakan racun yang mematikan karena bergabung dengan para pemimpin tersebut merupakan kunci atau pembuka dari berbagai kesalahan atau kekeliruan.
Imam Ghazali mengatakan : jika hati para ulama atau pemimpin condong kepada urusan dunia dan seisinya, maka Allah akan menghilangkan sumber-sumber ilmu hikmah (rahasia Allah yang berhubungan dengan perbuatan baik seseorang) sebagai petunjuk dari hati para pemimpin atau ulama tersebut dan Allah juga akan mematikan lampu-lampu (cahaya) kebaikan-kebaikan.[2]

E .Aspek Tarbawi
Para pemimpin (ulama) hendaknya tidak menggunakan ilmunya untuk bergaul dengan para pemimpin agar memperoleh kenikmatan duniawi.
Tujuan menuntut ilmu adalah untuk menghiasi batinya dengan sesuatu yang akan mengantarkan kepada Allah SWT tidak berdekatan dengan penghuni tertinggi dari orang-orang yang didekatkan, tidak dimaksudkan untuk menperoleh kekuasaan, pangkat maupun harta.[3]
Dan salah satu tanda dari orang-orang yang beruntung tidak didekatkan kepada Allah adalah orang yang tidak mencari dunia dengan ilmunya.[4]


DAFTAR PUSTAKA


Http : // www. Lingkaran. Org / Biografi- ibnu-Abbas. Html

Faidhul Qadir, juz 2

Ghozali, Al.1990. Mutiara Ihya Ulumuddin, Bandung, Mizan.

 Ghozali, Al. Ihya Ulumuddin,  terjemahan Drs.H. Moh Zuhri. Jilid 1 Semarang : asy syifa.


[1] Http : // www. Lingkaran. Org / biografi- ibnu-Abbas. html
[2] Faidhul Qadir, juz 2
[3] Al Ghozali, Mutiara Ihya Ulumuddin, (Bandung, Mizan, 1990) H.35
[4] Al Ghozali, Ihya Ulumuddin, terjemah  Drs.H. Moh Zuhri. Jilid 1 (Semarang,asy syifa), H. 188