Showing posts with label Strategi Belajar Mengajar. Show all posts
Showing posts with label Strategi Belajar Mengajar. Show all posts

November 14, 2022

Manajemen Kelas




A.    Pengertian, Tujuan dan Fungsi Manajemen Kelas
1.      Pengertian
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola” ditambah awal “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata aslinya dari bahasa Inggis, yaitu management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.[1]
a.       Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam sebuah bukunya yang berjudul “Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif” bahwa, manajemen kelas adalah suatu upaya memperdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
b.      Menurut Suharsimi Arikunto, manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan arti dari manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar dapat dicapai suatu kondisi yang optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.[2]
2.      Tujuan
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi beracam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa:
a.       Belajar dan bekerja
b.      Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan suasana disiplin.
c.       Perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa.[3]
3.      Fungsi
Fungsi manajemen kelas dalam proses belajar mengajar sangat mendasar sekali karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi:
a.       Mengelola tindakan siswa dalam kelas
b.      Menciptakan iklim sosio emosional
c.       Mengelola proses kelompok
Secara umum fungsi manajemen kelas ditinjau dari analisis problem adalah:
a.       Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas.
b.      Memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan dengan lancar.

B.     Aspek-aspek Manajemen Kelas
Menurut Oemar Mark ada 7 aspek yang melalui fungsi berbeda dalam proses belajar mengajar, tetapi merupakan satu kesatuan bulat, yaitu:
1.      Aspek tujuan instruksional
2.      Aspek materi pelajaran
3.      Aspek metode dan strategi pembelajaran
4.      Aspek ketenagaan
5.      Aspek media instruksional
6.      Aspek penilaian
7.      Aspek penunjang fasilitas.

Menurut Lois V. Johnson dan May any mengemukakan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas:
1.      Sifat-sifat kelas
2.      Kekuatan pendorong kekuatan kelas
3.      Memahami situasi kelas
4.      Mendiagnosis situasi kelas
5.      Bertindak selektif
6.      Bertindak kreatif
7.      Untuk memperbaiki kondisi kelas[4]

C.    Masalah-masalah dalam Manajemen Kelas
Tingkah laku anak didik bervariasi. Variasi perilaku anak merupakan permasalahan bagi guru dalam upaya pengelolaan kelas. Menurut Made Pi Darta, masalah-masalah yang berhubungan dengan perilaku anak didik adalah:
1.      Kurangnya kesatuan, misalnya dengan adanya kelompok-kelompok dan pertentangan jenis kelamin.
2.      Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap, pergi kesana-kemari, dan sebagainya.
3.      Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya bermusuhan dan merendahkan
4.      Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, menerima, dan mendorong perilaku anak didik yang keliru.
5.      Mudah mereaksi ke hal-hal negatif/terganggu.
6.      Moral rendah, permusuhan, agresif.
7.      Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah.[5]
Ada juga yang berpendapat bahwa, masalah manajemen dua kategori, yaitu:
1.      Masalah individual
2.      Masalah kelompok

D.    Tugas Guru dalam Manajemen Kelas
1.      Pengaturan atau Pengkondisian Fisik
Pengkondisian fisik meliputi:
a.       Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
Hendaknya siswa bergerak leluasa pada saat melakukan aktivitas belajar.
b.      Pengaturan tempat duduk[6]
Bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa, maka siswa akan dapat beajar dengan tenang.
c.       Pengaturan alat-alat pengajaran
Di antara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur adalah:
1)      Perpustakaan kelas
2)      Alat-peraga media pengajaran
3)      Papan tulis, kapur tulis dan lain-lain
d.      Penataan keindahan  dan kebersihan kelas
e.       Ventilasi dan tata cahaya[7]
2.      Pengaturan Peserta Didik
Kegiatan interaksi edukatif dengan pendekatan kelompok mengehendaki peninjauan pada aspek perbedaan individual peserta didik.
a.       Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaliknya ditempatkan di belakang.
b.      Anak didik yang mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran sebaiknya ditempatkan di depan.
c.       Anak didik yang cerdassebaiknya digabung dengan anak didik yang kurang cerdas.
d.      Anak didik yang pandai bicara dikelompokkan dengan anak didik pendiam.
e.       Anak didik yang gemar membuat keributan dan menganggu temannya lebih baik dipisah dan tidak terlepas dari pengawasan guru.[8]

E.     Prinsip-prinsip Manajemen Kelas
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat digunakan. Maka penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas sebagai berikut:
  1. Hangat dan Antusias
  2. Tantangan
  3. Bervariasi
  4. Keluwesan
  5. Penekanan pada hal-hal yang positif
  6. penanaman disiplin diri.[9]

F.     Pendidikan dalam Manajemen Kelas
Keharmonisan hubungan guru dengan peserta didik, tingginya kerjasama diantara peserta didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka manajemen kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah:
  1. Pendekatan Kekuasaan
Peranan guru adalah menciptakan dan memepertahankan situasi disiplin dalam kelas, sehingga di dalamnya terdapat kekuasaan dalam norma yang harus ditaati oleh anggota kels.
  1. Pendekatan Ancaman
Dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan memberikan ancaman.
  1. Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan proses membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan di mana saja.
  1. Pendekatan Resep
Pendekatan ini dilakukan dengan memberi daftar
  1. Pendekatan Pengajaran
  2. Pendekatan Perubahan tingkah laku
Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik.
  1. Pendekatan iklim sosio emosional
Pendekatan ini berdasarkan suasana peranaan dan suasana sosial di dalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan psikologi klinis dan konseling (penyuluhan).
  1. Pendekatan  proses kelompok
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi sosial dan dinamika kelompok.
  1. Ecletic Approach
  2. Pendekatan umum terhadap disiplin.[10]

G.    Manajemen Kelas yang Efektif
Mempersiapkan manajemen kelas yang efektif itu dapat diorganisasikan diseputar 3 topik utama.
1.      Menetapkan aturan dan prosedur
Kelas membutuhkan aturan dan prosedur untuk mengatur kegiatan penting. Aturan adalah pernyataan yang menyebutkan apa yang diharapkan untuk dilakukan. Sedangkan prosedur adalah cara untuk menyelesaikan pekerjaan atau kegiatan lainnya. Hal ini sering dibuat dalam bentuk tertulis. Pengelolaan kelas yang efektif menghabiskan cukup banyak waktu untuk mengajarkan berbagai prosedur kepada siswa.

2.      Menjaga aturan dan prosedur
Pengelolaan kelas yang efektif pada umumnya hanya menetapkan beberapa aturan prosedur saja, mengajarkan dengan cemat kepada siswa, dan menjadikannya sesuatu yang rutin dengan menggunakannya secara konsisten.
3.      Menjaga konsistensi
Manajemen kelas yang efektif dan konsisten dalam menegakkan aturan dan menetapkan prosedur, bila tidak ada aturan serta prosedur akan buyar dengan cepat.[11]

H.    Komponen-Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi:
1.      Keterampilan ini berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prevetif)
Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengedalikan pelajaran serta aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan.
a.    Sikap tanggap
b.    Membagi perhatian
c.    Pemusatan perhatian kelompok
2.      Keterampailan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal
Keterampilan ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.[12]


PENUTUP

Manajemen kelas yang baik akan menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif, dan efisien. Sehingga proses belajar-mengajar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Iklim belajar yang kondusif juga merupakan tulang punggung dan factor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran, sebeliknya iklim belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan. Untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif seorang guru diharapkan mempunyai kemampuan dalam mengelola .kelas

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Djaramah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIn Press.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Gur Profesional. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.


[1] Syaiful Bahri Djaramah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi), (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 175.
[2] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIn Press, 2009), h. 28-29.
[3] Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, op.cit., h. 178.
[4] Zaenal Mustakim, op.cit., h. 30-31.
[5] Syaifl Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 173
[6] Zaenal Mustakim, op.cit., h. 32-33.
[7] Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., h. 204-206.
[8] Zaenal Musrakim, op.cit, h. 35.
[9] Moh. Uzer Usman, Menjadi Gur Profesional, (Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 97-98.
[10] Zaenal Mustakim, op.cit., h. 38-39.
[11] Ibid, h. 43-44.
[12] Syaiful Bahri Djamarah, op.cit. h. 186-193.

Teknik Mendapatkan Umpan balik





A.    Pengertian Umpan Balik
Umpan balik  adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainya kepada siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan pencapaian atau hasil belajar.[1]
Umpan balik hanya dapat berfungsi memperbaikibelajar siswa dalam kondisi tertentu saja. Hanya menyajikan tes dan memberikan serta menyampaikan skor kepada siswa tidak terlalu mempengaruhi penampilan siswa. Umpan balik dapat bermanfaat apabila guru bersama siswa menelaah kembali jawaban-jawaban tes, baik yang dijawab benar maupun salah, dan siswa diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban yang salah itu.
Kondisi atau keadaan siswa maupun situasi pengajaran menentukan keberhasilan usaha pemberian umpan balik terhadap belajar siswa. Berikut ini beberapa ketentuan umpan balik, diantaranya:
1.    Umpan balik tidak mempermudah belajar jika:
a.       Siswa sudah mengetahui jawaban yang benar sebelum memberikan jawaban atas soal itu, misalnya “nyontek” jawaban yang benar dari temanya tanpa mengolah soal itu dalam pemikiranya sendiri.
b.      Bahan yang hendak dipelajari terlalu sukar dimengerti oleh siswa sehingga siswa umumnya menebak jawaban soal-soal yang diberikan.
2.    Umpan balik membantu dan mempermudah belajar apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.       Mengkonfirmasi jawaban-jawaban benar yang diberikan siswa, dan menyampaikan kepadanya seberapa jauh dia mengerti materi belajar yang disajikan.
b.      Mengidentifikasikan kesalahan serta memperbaikinya atau menyuruh siswa memperbaiki sendiri.[2]
Umpan balik mempunyai peranan yang penting, baik bagi guru maupun bagi siswa. Melalui umpan balik seorang siswa dapat mengetahui sejauhmana bahan yang telah diajarkan dapat dikuasainya, dengan umpan balik siswa dapat mengoreksi kemampuan diri sendiri, atau dengan kata lain sebagai sarana koreksi terhadap kemajuan belajar siswa itu sendiri. Sedangkan bagi guru,dengan umpan balik ia dapat mengetahui sejauhmana materi yang diajarkan telah dikuasai oleh siswa.[3]
Pentingnya umpan balik dalam pembelajaran dikelas berguna untuk membantu siswa belajar siswa secara kelompok (klasikal) maupun perorangan mengenai kemampuan bagaimana mengoperasikan sesuatu dan dapat mengetahui kemampuan individualnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa umpan balik dapat melatih atau memberikan suatu keahlian atau ketrampilan.
Dengan demikian, dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan, pemberian umpan balik sangat diperlukan. Terlebih jika ditinjau dari  penerapan konsep belajar tuntas (mastery learning) yang menghendaki semua siswa dapat mencapai tujuan yang dirumuskan secara benar dan maksimal.[4]

B.     Tujuan Umpan Balik.
Pengajar perlu mengetahui sejauhmana bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti oleh murid, karena dari sinilah tergantung apakah ia dapat melanjutkan pelajaran atau kuliahnya dengan bahan berikutnya. Bilamana murid belum mengerti bagian-bagian tertentu, pengajar harus mengulang lagi pembahasanya. Pada umumnya murid juga tidak tahu sejauhmana bahan yang diterangkan dapat mereka pahami.
Umpan balik disini bertujuan untuk mencari informasi sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas. Selain itu murid atau mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk memeriksa sampai dimana mereka mengerti bahan tersebut,sehingga merka dapat melengkapi pengertian-penertian yang belum lenkap.[5]
Pada umumnya pengajar kurang memerlukan perlunya mengadakan umpan balik, sehingga ia tidak tahu efek dari pengajaran yang ia berikan. Baru setelah seluruh kursus atau seluruh rangkaian pelajaran selesai diberikan. Terlihat pada waktu ujian bahwa murid belum mengerti secara baik bahan yang diajarkan. Dan itu berarti suatu keterlambatan. Sebaliknya, jika pengajar menyadari pentingnya umpan balik, maka pengajaran yang ia berikan akan menjadi lebih efektif.
Jam pelajaran atau jam kuliah selanjutnya tidak mungkin diberikan kalau pengajar tidak tahu secara pasti hasil pelajaran sebelumnya, pengajar dapat mengetahui hasil pelajaran sebelumnya dengan cara:
1.        Lewat kesan yang diperoleh selama jam pelajaran itu sendiri.
2.        Lewat informasi sederhana dari pihak murid melalui pertanyaan-pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengajar selama atau setelah jam pelajaran.
3.        Lewat informasi tertulis dari pihak murid yang diperoleh melalui ujian singkat.
4.        Mempelajari hasil tentamen atau ujian yang diadakan pada akhir kursus (disini murid dinilai).[6]

Tiga hal yang pertama berhubungan dengan umpan balik yang dilakukan terhadap tiap jam pelajaran atau jam kuliah, hal itu disebut sebagai umpan balik pelajaran atau kuliyah, sedangkan hal keempat berhubungan dengan evaluasi pada akhir kursus dan disebut penilaian kursus.
Menurut Kardi dan Nur, untuk memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa yang jumlahnya banyak, dapat digunakan beberapa pedoman yang patut dipertimbangkan, sebagai berikut:
  1. Memberikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan, hal ini tidak berarti umpan balik perlu diberikan kepada siswa dengan seketika, namun umpan balik seharusnya diberikan segera setelah latihan sehingga siswa dapat mengingat dengan jelas kinerja mereka sendiri.
  2. Mengupayakan agar umpan balik jelas dan spesifik mungkin agar dapat membantu siswa. Misal “tiga kata tertulis salah pada makalah anda: efektif, positif, dan vertikal”, bukan “terlalu banyak kata yang salah ketik.”
  3. Umpan balik ditujukan langsung kepada tingkah laku dan bukan pada maksud yang tersirat dalam tingkah laku tersebut. Misal, “saya tidak dapat membaca tulisan anda, karena jarak antara baris yang satu dengan yang lain tertelu rapat”, dan bukan “tulisan tidak rapi dan kurang jelas”.
  4. Menjaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Umpan balik harus diberikan secara hati-hati agar berguna. Kadang-kadang, siswa diberi umpan balik terlalu besar atau umpan balik terlalu rumit bagi siswa untuk menanganinya.
  5. Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar. Tentunya setiap siswa lebih menyukai umpan balil yang positif dari pada negatif. Pada umumnya pujian akan diterima sedangkan umpan balik negatif relatif mungkin ditolak.
  6. Apabila memberi umpan balik negatif, tunjukkan bagaimana melakukannya dengan benar. Apabila mengetahui bahwa sesuatu telah dilakukan salah umpan balik negatif harus selalu disertai dengan demonstrasi yang benar oleh guru.
  7. Membantu siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan bukan pada hasil. Merupakan tanggung jawab guru agar siswa memusatkan perhatiannya pada proses atau teknik tertentu. Siswa perlu disadarkan, bahwa teknik yang salah dapat saja memberikan hasil tapi hasil tersebut akan menjadi penghambat untuk perkembangannya lebih lanjut.
  8. Mengjarai siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, dan bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya sendiri. Belajar bagaimana menilai keberhasilan sendiri dan memberikan umpan balik kepada dirinya sendiri merupakan hal penting yang perlu dipelajari oleh siswa.[7]

C.    Fungsi Umpan Balik
Umpan balik mempunyai tiga fungsi utama, diantaranya:
1.      Fungsi Informasional
Tes sebagai alat penilaian pencapaian atau hasil belajar siswa diperiksa menurut kriteria tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Hasil tes itu, dengan demikian memberikan informasi tentang sejauh mana siswa telah menguasai materi yang diterimanya dalam proses atau kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan informasi ini dapat diupayakan umpan balik berupa pengayaan atau perbaikan.[8]
Informasi yang diberikan dalam umpan balik dibedakan atas lima tingkat, yakni:
a.       Tidak ada umpan balik.
b.      Umpan balik berupa keterangan mengenai salah atau benar jawaban yang diberikan siswa (knowledge of result (KR))
c.       KCR + Penjelasan
d.      KCR + Pengajaran tambahan[9]
2.      Fungsi Motivasional
Dengan pemberian umpan balik, tes juga berfungsi sebagai motivator bagi para siswa untuk belajar. Sayagnya ada guru yang memanfaatkan hasil tes lebih sebagai senjata untuk menghukum siswa dari pada sebagai kekuatan konstruktif untuk membina dan mengembangkan siswa. Guru-guru berpikir dan berharap bahwa dengan menggunakan tes sebagai ancaman, mereka dapat meningkatkan kesungguhan belajar pada siswa. Untuk itu sering mereka sajikan tes dadakan yang dianggap dapat memotivasi siswa untuk belajar, sehingga selalu siap menerima tes dadakan semacam itu. Orang tua siswa pun sering memandang tes sebagai kriteria keberhasilan anaknya di sekolah.[10]
Dalam kaitan dengan fungsi motivasi ini dipertanyakan manfaat penyampaian hasil belajar secara umum sebagai upaya umpan balik, misalnya melalui papan pengumuman. Pengumuman hasil evaluasi melalui papan pengumuman ini mempunyai dampak positif maupun negatif. Agar dapat diperoleh dampak positif, situasi yang memungkinkan keterbukaan siswa menerima cara umpan balik melalui papan pengumuman (public posting). Buis menekankan perlunya menciptakan situasi yang memungkinkan siswa terbuka untuk menerima umpan balik yang negatif. Upaya mencaptakan situasi tersebut antara lain:
1.      Diupayakan kaitan yang jelas antara prosedur penyajian umpan balik dengan akibat-akibatnya
2.      Mengupayakan agar siswa tetap merasa terlindung meskipun umpan balik yang diberikan itu bersifat negatif.
3.      Menjaga kerahasiaan pribadi (privacy) siswa yang menerima umpan balik.[11]
3.      Fungsi Komunikasional
Pemberian umpan balik merupakan upaya komunikasi antara siswa dan guru. Guru menyampaikan evaluasi kepada siswa, dan bersama siswa membicarakan upaya peningkatan atau perbaikan. Dengan demikian, melalui umpan balik siswa mengetahui letak kelemahannya, dan sendiri atau bersama guru bereaksi terhadap hasil tersebut.[12]
Kelanjutan umpan balik adalah upaya peningkatan atau perbaikan belajar siswa. Siswa yang sudah memperoleh nilai yang baik dalam evaluasi diharapkan dapat berusaha (sendiri/bersama guru) meningkatkan pengetahuannya mengenai materi yang dievaluasi. Upaya tersebut dikenal dengan istilah pengayaan (enrichment). Sebaliknya, siswa yang memperoleh nilai kurang atau tidak baik diharapkan dapat berusaha (sendiri/bersama guru) memperbaiki belajarnya untuk dapat meningkatkan pengetahuannya mengenai materi yang dievaluasi. Upaya tersebut dinamakan istilah perbaikan (remidial/improvment).

D.    Teknik Apersepsi Anak Didik
Sebagai orang yang menginginkan keberhasilan dalam mengajar, guru selalu mempertahankan agar umpan balik selalu berlangsung dalam diri anak didik. Umpan balik itu tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam bentuk mental yang selalu berproses untuk menyerap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Untuk mendapatkan  umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa teknik yang sesuai dan tepat dengan diri setiap anak didik sebagai mahluk individual. Ada beberapa teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik, diantaranya:
1.      Memancing Apersepsi Anak Didik
Anak didik adalah makhluk individual, setiap anak didik mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri yang khas sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya yang dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia tinggal. Oleh sebab itu, sebagai makhluk individual anak didik harus hidup berdampingan dengan semua orang dalam lingkup kehidupan sosial di masyarakat.
Kehidupan sosial di masyarakat tidak terlalu sama, tapi ada juga perbedaannya. Sikap, perilaku dan pandangan hidup anak dipengaruhi oleh lingkungan yang membentuknya. Pengetahuan yang anak miliki sesuai dengan apa yang ia dapati dari lingkungan sebelum masuk sekolah. Anak didik yang hidup di kota tentu kehidupannya sangat berlainan dengan anak didik yang hidup di desa. Dengan perbedaan ini pula akan melahirkan karakteristik yang berbeda. Hal itu pula yang menyebabkan perbedaan latar belakang kehidupan sosial anak.
Latar belakang kehidupan sosial anal penting untuk diketahui oleh guru. Sebab dengan mengetahui dari mana anak berasal, dapat membantu guru untuk memahami jiwa anak. Pengalaman yang dimiliki anak adalah hal yang sangat membantu untuk memancing perhatian anak.
Dalam mengajar, pada saat yang tepat, guru dapat memanfaatkan hal-hal yang menjadi kesenangan anak untuk diselipkan dalam melengkapi isi dari bahan pelajaran yang disampaikan pendekatan realisasi ini dirasakan kempuhannya untuk memudahkan pemahaman anak didik terhadap bahan ajar yang disajikan. Anak mudah menyerap bahan yang bersetuhan dengan apersepsinya.
Pengalaman anak mengenai bahan pelajaran yang telah diberikan merupakan bahan apersepsi yang dipunyai oleh anak. Pertama kali anak menerima bahan pelajaran dari guru dalam suatu pertemuan, merupakan pengalaman pertama anak untuk menerima sesuatu yang baru; dan hal itu tetap menjadi milik anak. Pertemuan berikutnya, pengetahuan anak tersebut dapat dimanfaatkan untuk memancing perhatian anak terhadap bahan pelajaran yang akan diberikan, sehingga anak terpancing untuk memperhatikan penjelasan guru. Dengan demikian, usaha guru menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki anak didik dengan pengetahuan yang masih relevan yang akan diberikan, merupakan teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik dalam pengajaran.
Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam usaha mengolah kesan-kesan dari bahan pelajran yang diberikan oleh guru. Akhirnya, pengetahuan guru mengenai apersepsi dapat memancing aktivitas belajar anak didik secara optimal.[13]
2.      Memanfaatkan Teknik Alat Bantu yang Akseptabel
Bahan pelajaran adalah isi yang disampaikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Alat ini berfungsii untuk melengkapi kekurangan guru yang memiliki keterbatasan kemampuan dalam menjelaskan bahan ajar yang disebabkan karateristik materi, kebiasaan guru dan cara belajar anak didik.[14]
Walaupun begitu, seorang guru yang pandai bermain kata dan kalimat pun terkadang menemukan kesulitan untuk menanamkan pengertian atas bahan pelajaran yang diberikan kepada anak didik. Bahan pelajaran yang rumit dan kompleks cukup sukar untuk digambarkan melalui kata-kata dan kalimat. Daya serap anak didik terhadap kalimat yang guru sampaikan relatif kecil, karena anak didik hanya dapat menggunakan indra pendengarannya (audio), bukan penglihatannya (visual). Selain itu, juga karena penguasaan bahasa anak relatif belum banyak.
Guru menyadari kelamahan dirinya untuk menjelaskan isi dari bahan pelajaran yang disampaikan sebaiknya memanfaatkan alat bantu untuk membantu memperjelas isi bahan. Fakta, konsep atau prinsip yang kurang dapat dijelaskan lewat kata-kata atau kalimat dapat diwakilkan kepada alat bantu untuk memperjelaskannya. Penjelasan yang guru berikan ditambah dengan menghadirkan alat bantu lebih mendukung untuk menguraikan fakta, konsep atau prinsip.
Kalau sampai kehadiran alat bantu yang lebih menarik anak didik daripada pelajaran yang akan diberikan, maka guru sebaiknya berusaha mengalihkan perhatian anak didik ke bahan pelajaran yang akan dijelaskan dengan memanfaatkan alat bantu itu. Di sini alat bantu dijadikan sebagai taktik untuk meningkatkan konsentrasi anak didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan, bukan sebagai tujuan bagaimana alat bantu itu dibuat. Tujuan belajar anak didik bukan untuk mengetahui bagaimana guru membuatnya, melainkan bagaimana anak didik dapat menguasai bahan pelajaran dengan tuntas.[15]


3.      Memilih Bentuk Motivasi yang Akurat
Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dengan sengaja diciptakan untuk kepentingan anak didik. Agar anak didik senang dan bergairah. Guru harus berusaha menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas yang ada. Keinginan ini selalu ada pada setiap guru, hanya saja tidak semua keinginan dapat terkabul semuanya karena berbagai faktor penyebabnya, diantaranya adalah masalah motivasi.
Motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seorang anak didik. Apalah artinya anak didik ke sekolah tanpa motivasi untuk belajar.
Ada beberapa bentuk motivasi yang guru gunakan guna mempertahankan minat anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Bentuk-bentuk yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.       Memberi angka
e.       Memberi tugas
b.      Hadiah
f.       Memberi ulangan
c.       Pujian
g.      Mengetahui hasil
d.      Gerakan tubuh
h.      hukuman[16]


4.      Mengunakan metode
Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode-metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Setiap tujuan yang dirumuskan menghendaki penggunaan metode yang sesuai. Untuk mencapai satu tujuan tidak mesti menggunakan satu metode, tetapi bisa juga menggunakan lebih dari satu metode.
Penggunaan metode belajar yang bervariasi dapat menggairahkan belajar anak didik. Pada suatu kondisi tertentu anak didik merasa bosan dengan metode ceramah, disebabkan mereka harus dengan setia dan tenang mendengarkan penjelasan guru tentang suatu masalah. Kegiatan pengajaran seperti itu perlu guru alihkan dengan suasana yang lain, yaitu menggunakan metode diskusi, tanya jawab atau metode penugasa, baik kelompok atau individual, sehingga kebosanan itu dapat terobati dan berubah menjadi suasana kegiatan pengajaran yang jauh dari kelesuan.
Penggunaan metode yang bervariasi dapat dijembatani dengan gaya-gaya belajar anak didik dalam menyerap bahan pelajaran. Umpan balik dari anak didik akan bangkit sejalan dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan kondisi psikologis anak didik. Maka penting memahami kondisi psikologis anak didik sebelum menggunakan metode mengajar guna mendapatkan umpan balik optimal dari setiap anak didik.[17]


PENUTUP

Umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan pencapaian atau hasil belajar.
Umpan balik bertujuan untuk mencari informasi sampai di mana murid mengerti bahan yang telah dibahas. Selain itu murid atau mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk memeriksa sampai di mana mereka mengerti bahan tersebut.
Umpan balik memiliki tiga fungsi, yaitu:
1.      Fungsi informasional
2.      Fungsi motivasional
3.      Fungsi komunikasional
Teknik mendapatkan umpan balik ada empat, yaitu:
1.      Memancing apersepsi anak didik
2.      Memanfaatkan teknik alat bantu yang akseptabel
3.      Memilih bentuk motivasi yang akurat, diantaranya:
a.       Memberi angka
e.       Memberi tugas
b.      Hadiah
f.       Memberi ulangan
c.       Pujian
g.      Mengetahui hasil
d.      Gerakan tubuh
h.      hukuman
4.      Menggunakan metode yang bervariasi


DAFTAR PUSTAKA


Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Fahurrohman, Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama.

Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran. Yogakarta: Gama Media Yogyakarta.

Silivenus, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT. Grasindo.



[1] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Yogyakarta: Gama Media Yogyakarta, 2009), h. 14.
[2] Suke Silivenius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik (jakarta: PT. Grasindo, 1991), h. 149.
[3] Zaenal Mustakim, Op.Cit., h. 15.
[4] Ibid. h. 16.
[5] Ibid. h. 17.
[6] Ibid. h. 17-18.
[7] Ibid. h. 19-20.
[8] Ibid. h. 20.
[9] Suke Silivenus, Op.Cit., h. 151.
[10] Ibid. h. 151.
[11] Zaenal Mustakim, Op.Cit., h. 22-23.
[12] Suke Silivenus, Op.Cit., h. 152.
[13] Drs. Syaiful Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 143-145.
[14] Prof. Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (bandung: PT. Refika Aditama, 2007), h. 98.
[15] Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., h. 145-147.
[16] Ibid., h. 140-157.
[17] Ibid., h. 158-159.