Showing posts with label Bimbingan dan Penyuluhan. Show all posts
Showing posts with label Bimbingan dan Penyuluhan. Show all posts

November 14, 2022

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING

                         
A.A.     Pendahuluan
Kehidupan yang terus berubah sering kali muncul dalam kehidupan manusia. Kadang manusia tak sanggup untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya dan akan muncul berbagai permasalahan seperti stress, depresi dan lainnya.
Manusia butuh bimbingan untuk menyelesaikan masalah dan tidak semua orang bisa membimbing untuk memberikan solusi dalam permasalahannya. Pembimbing tersebut haruslah orang yang benar-benar mampu untuk membimbing atau konselor. Sebelum melangkah lebih jauh, kiranya kita sebagai calon pembimbing atau konselor haruslah mengetahui terlebih dahulu tentang seluk beluk bimbingan tersebut, mulai dari pengertian dan ruang lingkupnya.
     B.     Pembahasan
1.      Pengertian bimbingan dan konseling
a.       Pengertian bimbingan
Secara terminologi kata “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata guidance berasal dari kata kerja to guide yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu”. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum kata bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.[1]
Bantuan dalam pengertian bimbingan menurut terminologi bimbingan dan konseling haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut ini.
1.      Definisi yang pertama dikemukakan dalam years book of educations 1995:
Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagian pribadi dan kemanfaatan sosial”.
2.      Stoop dan Walquist mendefinisikan:
Bimbingan adalah proses terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat”.
3.      Moh. Surya mengemukakan definisi bimbingan sebagai berikut:
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan”.[2]
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah “Proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku”.[3]
b.      Pengertian Konseling
Dalam kamus bahasa Inggris conseling dikaitkan dengan kata counsel, yang diartikan sebagai nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take counsel). Dengan demikian conseling diartikan sebagai pemberian nasihat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
Kemudian orang-orang yang memberikan nasihat dan informasi yang relevan diberbagai bidang kehidupan, akan menyebut dirinya sebagai seorang counselor misalnya pengacara hukum (defense counselor), notaris (legal counselor), ahli perpajakan (tax counselor), ahli penanaman modal (invesment counselor).[4]
Istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan konseling (bimbingan dan konseling-red) itu suatu kegiatan yang integral. Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan diantara beberapa teknik lainnya.[5]
Dengan demikian dapat dipahami bahwa counseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dari tatap muka antara guru pembimbing (konselor) dengan murid yang dibimbing (klien) dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih terhadap dirinya mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki kearah perkembangan yang optimal sehingga ia dapat mencapai kebahagian pribadi dan kemanfaatan sosial.[6]
Bimbingan dan konseling tidak terbatas pada kelompok atau golongan problematika dan tidak terbatas pada lapisan masyarakat tertentu saja dan tidak serta merta pada struktur kepribadian tertentu saja.[7]
     C.    Kesimpulan
  1.     Bimbingan mempunyai arti menunjukan, membimbing, menuntun ataupun membantu sesuai dengan istilahnya maka secara umum bimbingan dapat diartikan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
  2.      Konseling dapat diartikan sebagai pemberian nasihat, pemberian anjuran, dan pembicaraan bertukar pikiran. Konseling merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam pelayanan bimbingan.
  3.    Adapun ruang lingkup bimbingan dan konseling tidak terbatas dalam lingkungan pendidikan meskipun keduanya begitu akrab terdengar dalam ruang lingkup pendidikan, namun semua orang yang membutuhkan bimbingan dan tidak terbatas pada beberapa golongan tertentu saja.




[1] Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press, 2002, hal. 3
[2] Ibid, hal. 3-5
[3] Priyatno dan Erman Anti, Dasaar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 99
[4] W.S. Winkle, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta: PT. Grafindo, hal. 90
[5] Hallen, Op. Cit, hal. 9
[6] Ibid, hal. 11-12
[7] W.S. Winkle, Op.Cit, hal. 75

KUALIFIKASI KONSELOR

                                                                    

A.    Pendahuluan
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terarah, continue dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal, sehingga sangatlah dibutuhkan tenaga pembimbing (konselor).
Mengingat begitu pentingnya tenaga pembimbing (konselor) dalam suatu sekolah, maka perlu diketahui dan diperhatikan tentang kualifikasi tenaga pembimbing (konselor), agar proses bimbingan dapat berjalan lancar.
B.     Pembahasan
1.      Kualifikasi konselor
Suatu program bimbingan yang efektif menghendaki pelayanan seorang anggota staff yang cakap dan berwenang disamping guru-guru biasa. Anggota staff yang dimaksud itu adalah guru penyuluh atau konselor.
Untuk menghadapi kebutuhan dewasa ini seorang konselor harus memilki beberapa kualifikasi yang memungkinkannya. Untuk dapat melaksanakan tugas penyuluhan dengan hasil yang baik, diantaranya:
a.       Memiliki kecapakan scholastik
Kecakapn scholastik seorang konselor harus memadai, karena cepat atau lambat ia harus mampu menatar dirinya sehingga menjadi sarjana penuh.
b.      Memiliki minat terhadap pekerjaannya dan berpribadi baik.
c.       Memahami prinsip-prinsip yang mendasari bimbingan individuil serta hubungannya dengan keseluruhan program pendidikan.
d.      Kemampuan untuk bertindak secara ramah dan bijaksana terhadap anak-anak dan orang dewasa selama diadakan wawancara.
e.       Kemampuan untuk memahami dan menghargai anak-anak.
f.       Kemampuan untuk mendengarkan dan mendapatkan informasi dari murid-murid dari orang tua.
g.      Pengetahuan yang memadai mengenai teori-teori perkembangan jiwa.[1]
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor adalah:
·         Keterampilan interpersonal
Konselor yang efektif mampu mendemonstrasikan perilaku mendengar, berkomunikasi, empati, kehadiran (present), kesadaran komunikasi non-verbal, sensitifitas terhadap kualitas suara, responsivitas terhadap ekspresi emosi, pengambil alihan, menstruktur waktu, dan menggunakan bahasa.
·         Keyakinan dan sikap personal.
Kapasitas untuk menerima yang lain, yakin adanya potensi untuk berubah, kesadaran terhadap pilihan etika dan moral, sensitivitas terhadap nilai yang dipegang oleh klien dan diri.
·         Kemampuan konseptual
Kemampuan untuk memahami dan menilai masalah klien, mengantisipasi konsekuensi tindakan dimasa depan, memahami proses kilat dalam kerangka skema konseptual yang lebih luas, mengingat informasi yang berkenaan dengan klien, fleksibilitas kognitif dan keterampilan dalam memecahkan masalah.
·         Ketegaran personal.
Tidak adanya kebutuhan pribadi atau keyakinan irasional yang sangat merusak hubungan konseling, percaya diri, kemampuan untuk menoleransi perasaan yang kuat atau tak nyaman dalam hubungan dengan klien, batasan pribadi yang aman, mampu untuk menjadi klien, tidak mempunyai prasangka sosial, etnosentris, dan autoritarianisme.
·         Mengusai teknik
Pengetahuan tentang kapan dan bagaimana melaksanakan intervensi tertentu, kemampuan untuk menilai efektifitas intervensi, memahami dasar pemikiran di belakang teknik, memiliki simpanan intervensi yang cukup.
·         Kemampuan untuk paham dan bekerja dalam sistem sosial
Termasuk kesadaran akan keluarga dan hubunga kerja dengan klien, pengaruh agensi terhadap klien, kapasitas untuk mendukung jaringan dan supervisi. Sensitivitas terhadap dunia sosial klien yang mungkin bersumber dari perbedaan gender, etnis, orientasi seks, atau kelompok umur.
·         Terbuka untuk belajar dan bertanya
Kemampuan untuk waspada terhadap latar belakang dan masalah klien. Terbuka terhadap pengetahuan baru. Menggunakan riset untuk menginformasikan praktik.[2]
Kerangka etika praktik yang baik dari BACP (2001: 4) secara eksplisit bersumber dari perspektif “kebajikan” dengan mengidentifikasikan serangkaian personal yang harus dimiliki oleh semua praktisi:
-          Empati : kemampuan untuk mengkomunikasikan pemahaman terhadap pengalaman orang lain dari perspektif orang itu sendiri.
-          Ketulusan : komitmen pribadi untuk konsisten terhadap apa yang dinyatakan dan apa yang dilakukan.
-          Integritas : kesederhanaan, kejujuran, dan koherensi pribadi.
-          Fleksibilitas : kemampuan untuk menangani apa yang menjadi perhatian klien tanpa harus mengacuhkannya secara personal.
-          Rasa hormat : menunjukan keyakinan untuk menilai dan memahami kekuatan dan kelemahan seseorang.
-          Kesederhanaan : kemampuan untuk menilai dan memahami kekuatan dan kelemahan seseorang.
-          Kompetensi : keterampilan dan pengetahuan efektif yang dibutuhkan untuk melakukan apa yang dipersyaratkan.
-          Keadilan : aplikasi kriteria yang tepat secara konsisten untuk menginformasikan keputusan dan tindakan.
-          Kebajikan : memiliki kemampuan untuk menilai sebagai dasar untuk bertindak.
-          Keberanian : kapasitas untuk bertindak tanpa terpengaruh rasa takut, resiko dan ketidakpastian.[3]
Menurut W.S Winkel, Konselor yang tergabung dalam Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) harus memiliki :
v Sikap, keterampilan dan pengetahuan
-       Agar dapat memahami orang lain dengan sebaik-baiknya, konselor harus terus menerus berusaha menguasai dirinya. Ia harus mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya mutu layanan profesional serta merugikan kliennya.
-       Dalam melakukan tugasnya membantu klien, konselor harus memperhatikan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercaya, sadar diri, dan tidak boleh dogmatis. Disamping itu, konselor harus jujur, tertib, hormat dan percaya pada paham hidup sehat.
-       Ia harus memiliki sikap tanggung jawab terhadap lembaga dan individu yang dilayani, maupun terhadap ikatan profesinya.
-       Konselor harus lebih terbuka terhadap saran ataupun peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan-rekan seprofesi dalam hubungannya dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana yang diatur dalam kode etik.
-       Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus mengusahakan mutu kerja yang setinggi mungkin. Untuk itu ia harus terampil menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar ilmiah.
-       Untuk melakukan pekerjaan konselor dengan kewenangan penuh diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang hakikat dan tingkah laku orang. Tentang teknik dan prosedur layanan bimbingan dan pengetahuan-pengetahuan penunjang lain. Penguasaan dalam pengetahuan tersebut memerlukan pendidikan lengkap tingkat sarjana dibawah pembinaan ahli.
-       Pekerjaan sebagai konselor muda atau guru pembimbing (disekolah-sekolah) memerlukan jenis pengetahuan dasar yang sama seperti yang dituntut dari seorang konselor yang berkewenangan penuh dan yang diperolehnya dari pendidikan khusus (tingkat sarjana muda atau kurang) dibawah pembinaan ahli.
v Pengetahuan kewenangan
Untuk dapat bekerja sebagai konselor ata guru pembimbing, diperlukan pengakuan keahlian kewenangan oleh badan khusus yang dibentuk oleh IPBI atas dasar wewenang yang diberikan kepada badan tersebut oleh pemerintah.[4]
Ditambahkan pula oleh Michael yang dikutip oleh Slameto dalam bukunya “Bimbingan di Sekolah”, menurutnya ada beberapa kualitas pribadi yang perlu diperhatikan oleh konselor, yaitu:
-          Sanggup berbicara dengan bahasa orang lain atau murid
-          Fleksibel dan sanggup mengubah tingkah lakunya.
-          Memiliki sense of humor dan rasa aman.
-          Mampu menyimpan rahasia.
-          Menjadi pengamat yang aktif.
-          Sanggup mengendalikan emosi
-          Menunjukan empati dan memiliki integritas.
-          Tulus ikhlas dan dapat dipercaya.[5]
-          Seorang pembimbing harus sehat fisik maupun psikisnya.
-          Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang cukup baik sehingga dapat diharapkan adanya kemajuan didalam usaha bimbingan dan penyuluhan kearah keadaan yang lebih sempurna demi kemajuan sekolah.[6]
-          Kemampuan untuk paham dan bekerja dalam sistem sosial.
-          Kemampuan konseptual.
-          Terbuka untuk belajar dan bertanya.[7]
2.      Yang berhak menjadi pembimbing (Klasifikasi Personil Bimbingan)
Klasifikasi tenaga-tenaga bimbingan taraf keahlian dalam menangani pelayanan bimbingan dilembaga pendidikan sekolah, antara lain:
a.       Konselor sekolah, yaitu tenaga profesional yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan.
b.      Guru pembimbing atau konselor, yaitu seorang guru yang disamping mengajar disatu bidang studi terlibat juga dalam rangkaian pelayanan bimbingan termasuk layanan konseling.[8]
3.      Keuntungan dan kelemahan Personil Bimbingan
a.       Koselor Sekolah
v Keuntungan-keuntungan :
-          Adanya kemungkinan bagi pembimbing untuk memusatkan segala perhatian dan kemampuannya khusus pada soal-soal bimbingan, terlepas dari kewajiban mengajar. Dengan demikian, maka dapat diharapkan bimbingan dan penyuluhan akan berlangsung lebih sempurna.
-          Perhatian pembimbing dapat menyeluruh meliputi seluruh kelas dan seluruh anak dengan perhatian yang sama.
-          Anak dapat dengan bebas menyatakan segala sesuatu kepada pembimbing, tidak terhalang adanya prasangka didalam menyatakan problemnya.
v Kelemahan-kelemahan :
-          Pembimbing tidak mempunyai alat yang praktis untuk mengadakan hubungan secara menyeluruh dengan anak-anak.
-          Kadang-kadang keadaan bersifat kaku, karena lebih menitik beratkan pada struktur dari soal fungsi.
-          Kalau pembimbing dipegang oleh tenaga yang khusus, maka soal ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendidiknya.
b.      Guru pembimbing atau guru konselor.
v Keuntungan-keuntungan :
-          Guru mempunyai alat yang praktis untuk mengadakan pendekatan terhadap anak-anak, dengan demikian dapat melihat keadaan anak-anak dengan lebih seksama dan didalam kelas guru pembimbing dapat mengamati anak dengan sebenarnya.
-          Situasi menjadi luwes, tidak kaku, dan setiap waktu guru dapat bertindak sebagai pembimbing.
-          Kebutuhan akan tenaga pembimbing segera dapat dipenuhi, hal ini dapat ditempuh dengan job training bagi guru-guru.
v Kelemahan-kelemahan :
-          Karena guru berhubungan dengan mata pelajaran dan ini berhubungan langsung dengan dengan nilai, maka anak-anak akan kurang terbuka untuk menyatakan problemnya.
-          Tanpa disadari ada kemungkinan guru pembimbing lebih menekankan kepada kelas yang diajarnya melebihi dari kelas-kelas yang lain.
-          Dengan ditambahnya tugas guru itu, berarti menambah beban pertanggung jawaban dari guru.
-          Jalannya bimbingan bisa saja terjadi secara simpang siur.[9]
C.    Penutup.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.      Seorang pembimbing (konselor) adalah seorang pemimpin dikalangan anak didik/ anak bimbingannya. Yang berkemampuan tinggi dalam melakukan komunikasi dengan mereka dan menjadi suri tauladan dalam tingkah laku serta bersikap melindungi anak bimbingannya dari kesulitan-kesulitan yang ada, serta menunjukan jalan pemecahan terhadap kesulitan yang dialami.
2.      Seorang konselor harus memiliki kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang luas agar proses bimbingan berjalan dengan lancar.
3.      Tenaga pembimbing di lembaga sekolah ada dua macam, yaitu: konselor sekolah dan guru pembimbing atau guru konselor, yang masing-masing memiliki keuntungan dan kelemahan sendiri-sendiri.


[1] I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: Ilmu, 1975, hal. 133
[2] John Mc Leod,  Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus, Edisi Ketiga, Jakarta: Kencana, 2006,  hal. 536-537
[3] Ibid, hal. 441-442
[4] W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 1997, hal. 772
[5] Slameto, Bimbingan dan di Sekolah, Jakarta: Bina Aksara, 1988,  hal. 91
[6] M. Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: Pustaka Setia, 2001, hal. 44
[7] John Mc Leod, Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, hal. 537
[8] W.S Winkel, Op. Cit, hal. 187
[9] M. Umar dan Sartono, Op.Cit, hal. 46

PENDEKATAN DAN METODE BIMBINGAN DAN PENYULUHAN


  1. Pendahuluan
Kebanyakan seseorang didalam menghadapi masalah yang ada yang meminta bantuan orang lain untuk memecahkannya. Didalam pemecahan masalah terlihat adanya perbedaan antara satu orang dengan orang lain. Perbedaan ini terletak pada segi pendekatan dan metodenya yang digunakan dalam menghadapi masalah. Demikian banyak jenis pendekatan yang dapat digunakan dalam membantu seseorang menghadapi masalah.
  1. Pembahasan
a.      Pendekatan bimbingan dan penyuluhan
Pendekatan dalam bimbingan dan penyuluhan ada 3 (tiga) macam, yaitu:
1.      Pendekatan Afektif
a.       Psikoanalisis
Psikoanalisis atau rekonstruktive terapi berpangkal pada teori Sigmund Freud yang menyatakan inti neurosa adalah represi dan segala macam ketakutan dan pengalaman masa kanak-kanak yang tetap berpengaruh dan menekan individu untuk bertingkah laku pada saat ini seperti waktu lampau. Dengan penyuluhan atau terapi diharapkan hal-hal yang ditekankan itu keluar ke alam sadar.[1]
b.      Psikologi Individual
Dalam terapi ini perhatian utama diberikan pada kebutuhan seseorang untuk menempatkan diri dalam kelompok sosialnya. Ketiga konsep pokok dalam corak terapi ini adalah:
·      rasa rendah hati (inferiority feeling)
·      usaha untuk mencapai keunggulan (striving for superiority)
·      gaya hidup perorangan (a person’s life style).[2]
c.       Terapi gestalt
Dalam terapi ini konselor membantu konseli untuk menghayati diri sendiri dalam situasi kehidupannya yang sekarang dan menyadari halangan yang diciptakan diri sendiri untuk merasakan serta meresapi makna dari konstelasi pengalaman hidup. Keempat konsep pokok dalam terapi ini adalah:
·      Penghayatan diri sendiri dalam situasi hidup yang konret (awareness)
·      Tanggung jawab perorangan (personal responsibility)
·      Keutuhan dan kebulatan kepribadian seseorang (unity of the person)
·      Penyadaran akan berbagai halangan yang menghambat penghayatan diri sendiri (bloked awareness).[3]
d.      Konseling Eksistensial
Konseling eksistensial sangat menekankan implikasinya dari falsafah hidup ini dalam menghayati makna kehidupan manusia didunia ini. Konseling eksistensial berfokus pada:
·      Situasi kehidupan manusia dialam semesta yang mencakup kemampuan kesadaran diri
·      Kebebasan untuk memilih dan menentukan nasib hidupnya sendiri
·      Tanggung jawab pribadi
·      Kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin
·      Usaha untuk menemukan makna dari kehidupan manusia
·      Keberadaan dalam komunikasi dengan manusia lain
·      Kematian serta kecenderungan dasar untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.
2.      Pendekatan kognitif
a.       Analisis Transaksional
Analisis transaksional menekankan pada pola interaksi antara orang-orang, baik yang verbal maupun yang non verbal (transactions). Corak konseling ini diterapkan dalam konseling individual, tetapi dianggap paling bermanfaat dalam konseling kelompok.
b.      Sistematika Carkhuff
Dalam sistematika carkhuff, proses konseling dipandang sebagai suatu proses belajar baik bagi konseli sebagai orang yang dibantu maupun konselor sebagai orang yang membantu. Konseli akan belajar bagaimana caranya menghadapi dan mengatasi suatu masalah dengan berpikir dan bertindak secara lebih konstruktif. Bahkan konseli belajar bahwa cara menyelesaikan masalah tertentu saat sekarang dapat pula diterapkan dalam menghadapi kesulitan atau persoalan dikemudian hari.[4]
3.      Pendekatan Behavioristik
Pendekatan ini menekankan pada perilaku klien disini dan saat ini. Perilaku saat ini dari individu dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat ini pula.
a.       Reality Therapy
Yang dimaksud dengan istilah reality adalah suatu standar atau patokan objektif, yang menjadi kenyatan atau realitas yang harus diterima. Sesuai dengan pandangan behavioristik yang terutama disoroti pada seseorang adalah tingkah lakunya yang nyata. Tingkah laku itu dievaluasi menurut kesesuaian atau ketidaksesuaiannya dengan realitas yang ada.
b.      Multimodal counseling
Pendekatan ini berakal dalam medan teori behavioristik, tapi sekaligus mencakup banyak unsur lain yang saling berkaitan dalam lingkup sejarah dan perkembangan, proses belajar dan hubungan anta pribadi. Selain itu, pendekatan ini dirancang untuk mengembangkan suatu proses konseling yang dapat memenuhi kebutuhan masing-masing konseli.
c.       Secara umum, pendekatan bimbingan dan penyuluhan dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam:
1.      Pendekatan secara kelompok
Pendekatan ini dipergunakan dalam membantu murid atau kelompok murid untuk memecahkan masalah dengan melalui kegiatan kelompok.
2.      Pendekatan individual.
Dalam pendekatan ini pemberian bimbingan dan penyuluhan dilakukan dengan hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata).[5]
Sedangkan menurut Prof. Dr. Bimo Walgoto dalam bukunya yang berjudul bimbingan dan penyuluhan di sekolah mengemukakan bahwa pendekatan bimbingan dan penyuluhan ada 2 (dua), yaitu:
1.      Pendekatan non scientific
Pendekatan ini tidak mendasarkan atas hal-hal objektif, tidak mendasarkan hal-hal yang nyata, lebih bersifat spekulatif.
2.      Pendekatan scientific
Pendekatan ini berdasarkan atas hasil-hasil interview, hasil penelitian, hasil tes dan sebagainya. Jadi pendekatan ini mendasarkan atas hal-hal yang objektif, tidak berspekulatif, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.[6]
b.      Metode bimbingan dan penyuluhan
Metode secara harfiah adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai satu tujuan. Karena metode berasal dari kata meta yang berarti melalui dan kata hodos yang berarti jalan. Namun pengertian yang hakikatnya adalah segala saran yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik fisik maupun non fisik.[7]
Macam-macam metode bimbingan dan penyuluhan:
1.      Metode survei
Metode survei dapat diterapkan untuk mendapatkan data tentang lingkungan yang didalamnya program bimbingan harus beroperasi, tentang pengelolaan program bimbingan, sikap dan pandangan pembimbing terhadap program bimbingan, dan tentang sikap dan pandangan siswa terhadap pelayanan bimbingan yang mereka terima.
Metode survei bertujuan untuk memperoleh data yang menghasilkan gambaran latar belakang.
2.      Metode observasi
Observasi yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung. Penyelidik langsung mendatangi sasaran penyelidikan, melihat, mendengarkan, serta membuat catatan untuk dianalisa.
3.      Metode kasus
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai berbagai aspek tentang seseorang yang dijadikan objek studi kasus dan menilai arah serta taraf perubahan yang dialami oleh orang itu sebagai akibat dari pelayanan.
Dapat diketahui pula macam metode bimbingan dan penyuluhan secara garis besar dari buku “bimbingan pendidikan dan pekerjaan” karangan Prof. DR. Attia Mahmud Hana, yang menyebutkan bahwa metode bimbingan dan penyuluhan secara umum ada 2 (dua) yaitu:
1.      Metode bimbingan langsung (directive aproch)
Wiliam Sun membagi langkah-langkah dasar dalam bimbingan langsung pada enam macam, yaitu:
a.       Analisa, yang dimaksud adalah mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan untuk memahami klien.
b.      Penyusunan, adalah mengumpulkan data kemudian menyusunnya sehingga diketahui segi keistimewaan dan kelemahan klien.
c.       Diagnosa, yang dimaksud diagnosa adalah menyusun persoalan yang dikemukakan oleh klien dan sebaliknya.
d.      Perkiraan, yang dimaksud adalah memperkirakan perkembangan yang mungkin terjadi.
e.       Follow up, yang dimaksud adalah membantu klien untuk membantu mengatasi persoalan baru atau lama jika muncul kembali dan penentuan kadar kemajuan dalam proses bimbingan.
2.      Metode bimbingan tidak langsung.
Metode ini didasarkan atas prinsip ilmu “jiwa” yang dapat disimpulkan bahwa setiap kelakuan ada sebabnya. Sebab-sebab tersebut ditentukan oleh cara individu mengenal dirinya dan lingkungan. Dan hanya individu sajalah yang dapat mengenal betul-betul faktor-faktor dinamik yang mempengaruhi cara mengenal dirinya dan lingkungannya.[8]
  1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan dalam bimbingan dan penyuluhan ada tiga macam:
1.      Pendekatan afektif, yang meliputi psikoanalisis, psikologi individual, terapi gestalt, konseling eksistensial.
2.      Pendekatan kognitif, yang analisis transaksional dan sistematika carkhuff.
3.      Pendekatan behavioristik, yang meliputi reality therapy dan multimedial counseling.
Sedangkan macam-macam metode bimbingan dan penyuluhan diantarannya ialah metode survey, metode observasi, dan metode studi kasus.
Menurut para ahli metode bimbingan dan penyuluhan secara umum dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu: metode bimbingan langsung (directive approach) dan metode bimbingan tidak langsung.


[1] MD. Dahlan, Beberapa Pendekatan dalam Penyuluhan Konseling, Bandung: CV. Dipenogoro, 1985, hal. 17
[2] W.S. Winkle, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta: PT. Grafindo, hal. 422

[3] Ibid, hal. 423-424
[4] Ibid, hal. 426
[5] Muhamad Surya, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV. Ilmu, 1973, hal. 106-110
[6] Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset, 1995, hal. 9
[7] Muhammad Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: Pustaka Setia, 1998, hal.130
[8] Attia Mahmud Hana, Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan, Jakarta: Bulan Bintang, hal. 171-174