Showing posts with label Biografi Tokoh. Show all posts
Showing posts with label Biografi Tokoh. Show all posts

November 15, 2022

Pemikiran Ibnu Rusyd

 

A.    Biografi Ibnu Rusyd

Nama lengkap Ibnu Rusyd adalah Abu Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd, di lahirkan di Cordova Andalusia pada tahun 510 H/1126 M. Ia lebh populer dengan sebutan Ibnu Rusyd, orang barat menyebutnya dengan nama Averrois.[1]

Ia berasal dari keluarga hakim-hakim di Andalusia. Ia sendiri pernah menjadi hakim di Seville dan beberapa kota lain di Spanyol. Selanjutnya ia pernah pula menjadi dokter istana di Cordova, dan sebagai filosof dan ahli dalam hukum ia mempunyai pengaruh besar dikalangan istana, terutama di zaman sultan Abu Yusuf  Ya’qub al-Mansur (1184-99M)[2]

Ibnu Rusyd tumbuh dan hidup dalam keluarga yang besar sekali ghirahnya pada ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang ikut melancarkan jalan baginya menjadi ilmuan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika ia dapat mewarisi sepenuhnya intelektualitas keluarganya dan berhasil menjadi seorang sarjana yang menguasai berbagai disiplin ilmu, sperti hukum, filsafat, kedokteran, astronomi, sastra arab, dan lainnya.

Suatu hal yang mengagumkan ialah hampir seluruh hidupnya ia pergunakan untuk belajar dan membaca. Menurut ilmu Abrar, sejak mulai berakal Ibnu Rusyd tidak pernah meninggalkan berfikir dan membaca, kecuali pada malam ayahnya meninggal dan malam perkawinannya.[3]

Kesibukan Ibnu Rusyd sebagai pejabat negara, ketua Mahkamah Agung, Guru Besar, dan Dokter Islam, menggantikan Ibnu Thufail yang sudah tua tidak menghalanginya dari menulis, bahkan ia sangat produktif dengan karya-karya ilmiah dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan.

Karirnya Ibnu Rusyd tidaklah mulus dan lancar, memang saat permulaan pemerintahan kholifah Ya’qub Ibnu Yusuf, Ibnu Rusyd tetap menerima kehormatan. Akan tetapi tahun 1195 M, ia dituduh kafir, diadili dan dihukum di buang ke Lucena, dekat Cordova dan dicopot dalam segala jabatannya. Lebih dari itu, semua bukunya di bakar, kesuali buku yang bersifat ilmu pengetahuan murni.

Untunglah masa getir yang dialami Ibnu Rusyd tak berlangsung lama. Tahun 1197 M, kholifah mencabut hukumannya dan posisinya dirahabilitasi kembali. Namun Ibnu Rusyd tidak lama menikmati keadaan tersebut. Ia meninggal pada tanggal 10 Desember 1198 M/9 Shafar 595 H di Marakesh dalam usia 72 tahun.[4]

 

B.     Karya-Karya Ibnu Rusyd

 

Telah dikemukakan bahwa Ibnu rusyd seorang pengarang yang produktif. Namun amat disayangkan, karangannya sulit ditemukan dan sekiranya ada, sudah diterjemahkan kedalam bahas alatin dan Hebrew, bukan dalam bahasa aslinya.

Kendatipun demikian, sampai hari ini karya tulis Ibnu Rusyd yang dapat kita temukan adalah sebagai berikut:[5]

1.      Bidayatul Mujtahid, berisi perbandingan madzhabi (aliran-aliran) dalam fiqih.

2.      Fashul-Maqal fi a baina al hikmati was-syari’at min al ittisal

3.      Manahij al adilah fi aqaidi ahl al millah

4.      Tahafut at tahafut.[6]

 

 

 

 

 

C.    FILSAFAT IBNU RUSYD

1.    Dalil Wujud Tuhan

Ibnu Rusyd menerangkan tentang dalil-dalil wujud Tuhan menurut syara’ yang meyakinkan, yaitu dalil Inayah dan Ikhtira, yang kedua-duanya terdapat dalam al-Qur’an.

Menurut penelitian Ibnu Rusyd, ayat-ayat al-Qur’an bisa dibagi dalam tiga golongan. Pertama, ayat-ayat yang berisi peringatan terhadap dalil Inayah. Kedua, ayat-ayat yang berisi peringatan terhadap dalil Ikhtira. Kertiga, ayat-ayat yang berisi peringatan terhadap kedua dalil tersebut bersama-sama.

Kedua dalil tersebut sesuai untuk orang-orang awam dan filosof dan bisa diterima oleh keduanya. Perbedaan antara keduanya hanya bersifat kualitatif saja.[7]

a.    Dalil Inayah

Dikemukakan bahwa alam ini seluruhnya sangat sesuai dengan kehidupan manusia, persesuaian ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan, tetapi menunjukan adanya pencipta yang sangat bijaksana

b.    Dalil Ikhtira’

Termasuk dalam dalil ini adalah wujud segala macam hewan, tumbuh-tumbuhan, langit dan bumi. Segala yang maujud di dalam ini adalah diciptakan. Segala yang diciptakan harus ada yang menciptakan.

c.    Dalil Harkah

Alam semesta ini bergerak dengan sesuatu gerakan yang abadi. Gerakan tersebut menunjukan adanya penggerak yang pertama yang tidak bergerak dan bukan benda yaitu Tuhan.[8]

 

2.    Tanggapan Terhadap Al-Ghozali

Sehubungan dengan sanggahan yang mematikan dari Al Ghazali terhadap para filosof muslim, 3 butir diantaranya para filosof muslim dihukumnya kafir: kadimnya alam, Allah tidak megnetahui rincian di alam dan kebangkitan jasmani diakhirat tidak ada

a.    Alam Kadim

Menurut al Ghozali, sesuai dengan keyakinan kaum teolog muslim alam diciptakan Allah dari tiada menjadi ada. Sementara itu, menurut filosof muslim, alam ini kadim, dengan arti alam ini diciptakan dari materi yang sudah ada.[9]

Pendapat Ibnu Rusyd yang mengatakan bahwa alam ini diciptakan dari materi yang sudah ada, didukung oleh beberapa ayat al-Qur’an, seperti pada surat Hud ayat 7:

“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa dan arsy-Nya diatas air agar dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya.”

Alam ini juga bersifat kekal dalam zaman yang akan datang, sebagaimana dapat disimpulkan dari surat Ibrahim ayat 47-48.

“ Karena itu janganlah sekali-kali kamumengira Allah akan menyalahi janjinya kepada raul-rasulnya. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi mempunyai pembalasan. (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit dan mereka semuanya (dipadang mahsyar) berkumpul menghadap kehadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.”

Dengan berpegang pada ayat ini, Ibnu Rusyd berpendapat bahwa alam ini betul diwujudkan, tetapi diwujudkan terus menerus. Dengan kata lain alam ini adalah kekal.[10]

 

b.    Allah tidak mengetahui rincian di alam

Ibnu Rusyd mengatakan bahwa al Ghozali salah paham, karena tidak pernah kaum filosof mengatakan demikian yang dikatakan kaum filosof, menurut Ibnu Rusyd adalah bahwa pengetahuan Tuhan tentang perincian yang terjadi di alam tidak sama dengan pengetahuan manusia tentang perincian itu.

c.    Kebangkitan jasmani di akhirat tidak ada

Ibnu rusyd menuduh al Ghozali mengatakan hal-hal yang bertentangan. Dalam Tahafut al falasifah. Al Ghozali mengatakan bahwa tidak ada orang Islam yang mengatakan kebangkitan akan terjadi hanya dalam bentuk rohani. Keterangan ini, menurut ibnu Rusyd bertentangan dengan tulisan al Ghozali sendiri dalam buku lain, dalam buku itu al ghozali menyebut bahwa pembangkitan kaum sufi akan terjadi hanya dalam bentuk rohani. Oleh karena itu, tidak terdapat Ijma’ ulama tentang soal pembangkitan dihari kiamat. Dengan demikian, kaum filosof yang berpendapat bahwa pembangkitan jasmani, tidak ada tidaklah dapat dikafirkan.[11]

 

 

 



[1] Sirajuddin, Filsafat Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),hlm. 221

[2] Harun Nasution, Filsafat Dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta:N.V. Bulan Bintang, 1983), hlm. 47

[3] Sirajuddin, op. cit.,hlm. 222

[4] Ibid., hlm. 223-224

[5] Ibid., hlm. 225

[6] Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam (Jakarta: PT. Bulan bintang, 1996), hlm. 166

[7] Ibid., hlm. 170

[8] Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), hlm. 118

[9] Sirajuddin, Filsafat Islam (Filosof Dan Filsafatnya), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 225-226

 

[10] Op. Cit., hlm. 121-122

[11] Harun Nasution, Filsafat Dan Mistisisme Dalam Islam (Jakarta:N.V. Bulan Biintang, 1983), hlm. 53-54


Pemikiran Al Gazali

 



A. RIWAYAT HIDUP AL-GHAZALI

Nama lengkap Al-Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad Al-Ghazali. Beliau dilahirkan disebuah kampung bernama Ghazala pada Tahun 450 H / 1059 M. Dan wafat di Tabristan wilayah provinsi Tus pada tanggal 14 Jumadil Akhir Tahun 505 H atau 1 Desember 1111 M.  Al- Ghazali memulai pendidikannya di wilayah kelahirannya dengan mempelajari Dasar-dasar pengetahuan. Selanjutnya ia pergi ke Nisyafur dan Khurasan untuk berguru kepada Imam al-Haramain Abi Al-Ma’ali Al-Jawainy, seorang ulama yang bermazhab syafi’I yang pada saat itu menjadi guru besar di Nisyafur. Diantara ilmu yang dipelejari Al-Ghazali di kota tersebut adalah teologi, hukum Islam, Filsafat, Logika, Sufisme dan ilmu-ilmu alam.

Setelah Imam Al-Haromain wafat, Al-Ghazali pergi ke Al-Azhar untuk berkunjung kepada menteri Nizam al-Mulk dari pemerintahan dinasti Saljuk. Ia disambut dengan penuh kehormatan sebagai seorang ulama besar. Menteri Nizam al-Mulk akhirnya melantik Al-Ghazali pada tahun 484 H/1091 M sebagai guru besar (professor) pada Perguruan Tinggi Nizamiyah yang berada di kota Baghdad dan kemudian mengajar di sana selama empat tahun.

Pada tahun 488 H Al-Ghazali pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji, dan kemudian setelah selesai mengerjakan haji, ia pergi ke Syiria untuk mengunjungi Baitul Maqdis , kemudian melanjutkan perjalanannya ke Damaskus dan menetap untuk beberapa lama. Pada saat itulah ia sempat mengarang sebuah kitab yang sampai saat ini kitab tersebut sangat terkenal  yaitu Ihya’ Ulumuddin. Ia tinggal di Damaskus selama kurang lebih 10 tahun dimana ia hidup dengan sederhana apa adanya.

Setelah Penulisan kitabnya selesai, ia kembali ke Baghdad untuk diminta mengajar kembali ke di Perguruan Nizamiyah, tetapi hanya berlangsung 2 tahun, dan akhirnya kembali ke kampong asalnya, Thus. Di kota Thus inilah akhirnya ia meninggal pada hari senin tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H/1111 M.

Sesaat sebelum meninggal beliau sempat mengucapkan kata-kata yang juga diucapkan oleh Francis Bacon, filosuf Inggris, yaitu : “ kuletakkan arwahku di hadapan Allah dan tanamkanlah jasadku di lipat bumi yang sunyi senyap. Namaku akan bangkit kembali menjadi seutan dan buah bibir umat manusia di masa yang akan datang”.

Dalam sejarah Filsafat Islam mencatat bahwa Al-Ghazali pada mulanya dikenal sebagai orang yang ragu terhadap berbagai ilmu pengetahuan baik ilmu yang dicapai melelui panca indera maupun akal pikiran. Dalam ilmu kalam (teologi) yang dipelejarinya dari Al-Juwaini ia mendapat keraguan, hal ini disebabkan karena dalam ilmu kalam terdapat beberapa aliran yang saling bertentangan sehingga dapat membingungkan dalam menetapkan aliran mana yang betul-betul benar diantara semua aliran.

Sebagaimana dalam ilmu kalam, dalam filsafatpun Al-Ghazali meragukannya karena dalam filsafat dijumpai argument-argumen yang tidak kuat dan menurut keyakinannya ada yang bertentangan dengan ajaran Islam sehingga ia menentang Filsafat. Al-Ghazali tidak hanya menentang pengetahuan yang dihasilkan akal pikiran tetapi ia juga menentang pengetahuan yang dihasilkan panca indera.  Karena menurutnya panca indera tidak dapat dipercaya yang mengandung kedustaan. Setelah tidak percaya pada kebenaran akal dan panca indera, lalu Al-Ghazali menempuh hidup tasawuf dan dalam tasawuflah ia merasa memperoleh kebenaran yang dicarinya.

  1. TIGA PERSOALAN METAFISIKA YANG BERLAWANAN DENGAN ISLAM

Ada pemikiran tentang filsafat Islam yang menurut Al-ghazali sangat berlawanan dengan Islam, dan karenanya para filosuf harus dinyatakan sebagai orang ateis ialah:

1)      Qadimnya alam,

2)      Tidak mengetahuinya Tuhan terhadap soal-soal peristiwa-peristiwa kecil,dan

3)      Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani

Qadimnya alam

Filosuf-filosuf mengatakan bahwa alam ini qadim. Qadimnya Tuhan atas alam sama dengan qadimnya illat atas ma’lulnya, yaitu dari segi zat dan tingkatan , bukan dari segi zaman. Berikut adalah alas an=alas an mereka dan jawaban Al-Ghazali.


 


 


 


 


 


DAFTAR PUSTAKA

 

Leaman, Oliver. 1989. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta : Rajawali

Hanafi, Ahmad. 1996. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta : PT Bulan Bintang

Nasution, Harun. 1998. Islam Rasional. Bandung : Mizan

Madkour, Ibrohim. 1996. Filsafat Islam Metode dan Penerapan. Jakarta : PT Raja       Grafindo Persada

Mustafa, H.A. 1997. Filsafat Islam. Bandung : C.V. Pustaka Setia

Biografi As-syaibani




A.  BIOGRAFI
Mohammad Al-Syaibany yang mempunyai nama lengkap Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, beliau lahir di Libya. Beliau menempuh pendidikan hingga memperoleh gelar sarjana. Beliau memperoleh gelar B.A. dalam Studi Islam dan Sastra Arab dari Fakultas Daar El Ulum, Universitas Cairo, Mesir. Kemudian beliau melanjutkan kembali studinya hingga memperoleh gelar M.A dan Ph.D dalam Psikologi dan Pendidikan dari Universitas Ein Syams, Cairo, Mesir.
Setelah menyelesaikan studinya, kini beliau menjadi Professor dalam falsafah pendidikan di Universitas Tripoli Libya. Banyak pengalaman yang beliau terima, salah satunya pada tahun 1977 beliau mewakili Negara Libya dalam Konggres Pendidikan Islam sedunia di Makkah, dimana beliau juga menulis sebuah kertas kerja. Beliau merupakan seorang penulis yang karya-karyanya sudah cukup banyak dikenal di kalangan ahli falsafah, sebab hampir semua karyanya berkisar dalam falsafah Islam dan falsafah Pendidikan.

B.  PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN
Dari pemikiran pendidikan yang dikemukakan oleh Al-Syaibany, diantaranya adalah tentang konsep tujuan dalam pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam, dan metode mengajar dalam pendidikan Islam. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu, yaitu sebagai berikut :
Ø Tujuan pendidikan Islam
1.    Konsep Tujuan dalam Pendidikan Islam
Adapun konsep tentang tujuan pendidikan, maka definisi yang paling sederhana adalah “perubahan”, perubahan disini yaitu adanya perubahan tingkah laku setelah melalui proses pendidikan, baik dalam kehidupan individu maupun masyarakat. Ada juga yang mengartikan proses pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi dalam masyarakat.
Jadi, tujuan pendidikan yang merupakan suatu perubahan yang diinginkan ada dalam 3 bidang, diantaranya :
a.    Tujuan individual, yaitu yang berkaitan dengan individu itu sendiri.
b.    Tujuan social, yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara menyeluruh.
c.    Tujuan pengajaran, yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu.
Hubungan antara tujuan dan nilai-nilai, maka dapat dianggap tujuan;tujuan pendidikan itu sebagai nilai-nilai yang disukai untuk melaksanakannya. Nilai-nilai yang menjadi dasar tujuan-tujuan pendidikan dan membimbing proses pendidikan berbeda jenisnya, diantaranya adalahaa sebagai berikut :
a.    Nilai-nilai materi yang memelihara wujud manusia manusia dari segi material.
b.    Nilai-nilai social yang tumbuh dari kebutuhan manusia dari pergaulan dengan orang lain.
c.    Nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran yang mempunyai kepentingan yang besar bagi orang-orang yang mencari pengetahuan,
d.   Nilai-nilai keindahan yang bersangkutan dengan penghargaan kepada keindahan.
e.    Nilai-nilai akhlak yang menjadi sumber-sumber kewajiban dan tanggungjawab.
f.     Nilai-nilai keagamaan dan kerohanian yang menghubungkan manusia dengan penciptanya dan membimbingnya ke arah kesempurnaan.
2.    Tahap-tahap Tujuan Pendidikan
a.    Tujuan tertinggi atau terakhir bagi pendidikan adalah tujuan paling tinggi dari tujuan lainnya, yaitu pendidikan yang berorientasi kepada Allah untuk tujuan utamanya, disamping terdapat tujuan-tujuan yang lain.


b.    Tujuan-tujuan umum bagi pendidikan
Adalah maksud-maksud metode atau perubahan-perubahan yang dikehendaki yang diusahakan oleh pendidikan untuk mencapainya. Tujuan-tujuan tersebut, antara lain :
Prof. Moh. Athiya El-Abrasyi menyimpulkan ada 5 tujuan umum yang asasi bagi pendidikan Islam,[1] yaitu :
o  Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.
o  Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
o  Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.
o  Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan memuaskan keinginan arti untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu.
o  Menyiapkan pelajar dari segi professional dan teknis supaya ia dapat menguasai profesi tertentu.
c.    Tujuan-tujan khas pendidikan
Diantara tujuan khas atau tertentu yaitu tentang “penumbuhan dorongan agama dan akhlak”, antara lain sebagai berikut :
o  Memperkenalkan kepada generasi muda akan akidah-akidah Islam.
o  Menumbuhkan kesadaran yang benar pada diri pelajar terhadap agama, termasuk prinsip-prinsip, dan dasar-dasar akhlak yang mulia.
o  Menanamkan keimanan kepada Allah, beserta rukun iman yang lainnya.
o  Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambah pengetahuan dalam adab dan pengetahuan keagamaan dan untuk mengikuti hokum-hukum agama dan kecintaan dan kerelaan.
o  Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada Alquran.
o  Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan Islam.
o  Menumbuhkan akhlak terpuji.
o  Mendidik naluri, motivasi, dan keinginan generasi muda agar selalu membentenginya dengan akidah dan nilai-nilai.
o  Menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka.
o  Membersihkan hati mereka dari berbagai penyakit hati.
3.    Ciri-ciri Tujuan Pendidikan Islam dan Prinsip-prinsipnya.
Diantara ciri-ciri tujuan pendidikan Islam yang paling menonjol   adalah :
o  Sifatnya yang bercorak agama dan akhlak.
o  Sifat keseluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat.
o  Sifat seimbang pada penumpuannya, kejelasannya, tidak adanya pertentangan diantara unsur-unsurnya dan cara-cara pelaksanaannya.
o  Sifat realistis dan dapat dilaksanakan, dan penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku.
Adapun prinsip-prinsip yang menjadi dasar tujuan pendidukan Islam, antara lain sebagai berikut :
o  Prinsip Menyeluruh (Universal)
o  Prinsip Keseimbangan dan Kesederhanaan.
o  Prinsip Kejelasan.           
o  Prinsip Tidak Ada Pertentangan.
o  Prinsip Realisme dan Dapat Dilaksanakan.
o  Prinsip Perubahan Yang Diingini.
o  Prinsip Menjaga Perbedaan-perbedaan Perseorangan.
o  Prinsip Dinamisme dan Menerima Perubahan dan Perkembangan Dalam Rangka Metode-metode Keseluruhan yang Terdapat Dalam Agama.


Ø  Kurikulum Pendidikan Islam
1.    Pengertian Kurikulum Dalam Pendidikan Islam
Pengertian kurikulum dalam pendidikan Islam yang terdapat dalam kamus bahasa arab terdapat kata “manhaj” (kurikulum) yang artinya jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya. Jalan terang disini yang dimaksud adalah pendidik atau guru bersama dengan anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap mereka.
Addamardasy Sarhan dan Munir Kamil mendefinisikan kurikulum adalah sebagai sejumlah pengalaman-pengalaman pendidikan, budaya, social, olah raga, dan seni, yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.[2]
Kurikulum merupakan aspek-aspek utama dalam proses pendidikan yang mendapat perhatian khusus dari aspek-aspek kekurangannya dan ingin dikembangkan, diperbaiki dan dirubah konsepnya.
Kurikulum mempunyai 4 aspek utama, yaitu :
o  Tujuan-tujuan pendidikan.
o  Pengetahuan-pengetahuan.
o  Metode atau cara-cara mengajar.
o  Evaluasi atau penilaian.
Kurikulum sangat penting dalam pendidikan Islam, yaitu sebagai :
o  Alat untuk mendidik generasi muda dan menolong mereka untuk membuka dan mengembangkan kesediaan, minat, bakat, kekuatan, dan ketrampilan.
o  Alat untuk menciptakan perubahan yang diinginkan pada kebiasaan, kepercayaan, sikap, system, dan gaya hidup masyarakat.
2.    Ciri-ciri Umum Kurikulum Dalam Pendidikan Islam[3]
o  Menonjolnya tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya, metode-metode, alat-alat, dan tekniknya bercorak agama.
o  Kandungannya luas dan menyeluruh, antara lain memperhatikan perkembangan pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologis, dan spiritual. Disamping juga memperhatikan aspek spiritual dan pembinaan aqidah.
o  Adanya keseimbangan antara kandungan-kandungan kurikulum dengan ilmu-ilmu seni. Kurikulum dalam pendidikan Islam juga menaruh perhatian untuk mencapai perkembangan yang menyeluruh dalam masyarakat.
3.    Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam[4]
o  Adanya hubungan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran-ajaran, dan nilai-nilainya (berdasar pada agama dan akhlak Islam).
o  Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum.
o  Adanya keseimbangan antara tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum.
o  Mengaitkan dengan bakat, minat, kemampuan, kebutuhan, dan sikap pelajar.
o  Adanya hubungan antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.
4.    Dasar-dasar dan Tujuan Kurikulum Pendidikan Islam[5]
o  Dasar agama (kurikulumnya berdasarkan pada agama Islam).
o  Dasar psikologis (sesuai dengan keadaan pelajar).
o  Dasar social (bisa diterapkan dalam kehidupan masyarakat).



Tujuannya kurikulum, antara lain :
o  Memberikan sumbangan untuk mencapai perkembangan menyeluruh bagi diri pelajar.
o  Memberikan sumbangan untuk mencapai perkembangan menyeluruh bagi masyarakat Islam.

Ø  Metode Dalam Pendidikan Islam[6]
1.    Pengertian Metode Dalam Pendidikan Islam
o  Metode mengajar adalah jalan seorang guru untuk memberi pemahaman kepada murid-muridnya dan merubah tingkah lakunya sesuai dengan tujuan-tujuan yang diinginkan.
o  Metode mengajar mempunyai arti lebih dari pada hanya sebagai alat untuk menyampaikan maklumat dan pengetahuan kepada otak murid.
o  Pelaksanaan pengajaran yang baik atau perubahan yang diinginkan pada tingkah laku pelajar adalah tujuan asasi bagi proses pengajaran.
o  Kegiatan pengajaran adalah kegiatan yang terarah dan sekaligus mempunyai berbagai segi, bertujuan untuk mencapai proses belajar yang diinginkan.
o  Metode mengajar adalah suatu proses lebih dari segala-galanya.
2.    Metode Mengajar Dalam Pendidikan Islam
o  Metode pengambilan kesimpulan atau induktif (dari khusus ke umum), artinya seorang pembimbing mengajarkan kepada peserta didik untuk mengetahui fakta-fakta dan hukum-hukum umum melalui jalan pengambilan kesimpulan atau induksi.
o  Metode kuliah.
Merupakan suatu metode yang lebih cocok diterapkan pada anak yang sudah dewasa, misalnya mahasiswa. Karena metode ini memerlukan pemahaman yang lebih yang sulit dijangkau oleh anak kecil.
o  Metode dialog dan perbincangan.
Metode dialog adalah metode yang berdasarkan pada dialog, perbincangan melalui tanya jawab untuk sampai kepada fakta yang tidak dapat diragukan, dikritik, dan dibantah lagi.
o  Metode lingkaran (halaqah).
Yaitu para pelajar mengelilingi gurunya dalam setengah bulatan untuk mendengarkan penjelasannya.
o  Metode riwayat.
Biasanya metode ini digunakan dalam materi hadits, bahasa, sastra arab, fiqih, dan ilmu kalam.
o  Metode mendengar.
Murid hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya.
o  Metode membaca.
o  Metode Imla’ (dictation).
Merupakan metode yang selanjutnya setelah mendengarkan, artinya selain siswa mendengarkan, siswa juga mencatatnya.
o  Metode Lawatan.
Mengadakan penelitian ilmiah untuk mendapatkan suatu pengetahuan.
3.    Cirri-ciri dan tujuan-tujuan umum metode dalam pendidikan Islam
Cirri-cirinya,[7] antara lain :                                                          
o  Berpadunya metode dan cara-cara, dari segi tujuan dan alat dengan jiwa ajaran dan akhlak Islam yang mulia.
o  Bersifat luwes dan dapat menerima perubahan dan menyesuaikan dengan keadaan serta mengikuti sifat pelajar.
o  Mengaitkan antara teori dan praktek.
o  Mengajar secara keseluruhan, tidak boleh diringkas.
o  Memberikan kebebasan kepada murid untuk berdiskusi, berdebat, dan berdialog, selama masih dalam batas kesopanan dan saling menghormati.
Tujuan-tujuannya, antara lain :
o  Menolong pelajar untuk mengembangkan pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilannya.
o  Membiasakan pelajar untuk menghafal, memahami, dan berpikir sehat.
o  Memudahkan proses pengajaran.
o  Menciptakan suasana yang sesuai dengan keadaan pelajar.
4.    Dasar-dasar dan Prinsip-prinsip Metode dalam Pendidikan Islam
o  Dasar Agama.
o  Dasar Biologis.
o  Dasar Psikologis.
o  Dasar Sosial.
Prinsip-prinsipnya, antara lain :
o  Pentingnya menjaga motivasi pelajar dan kebutuhan, minat, dan keinginannya pada proses belajar.
o  Pentingnya menjaga tujuan pelajar dan menolongnya mengembangkan tujuan tersebut.
o  Memelihara tahap kematangan yang dicapai oleh pelajar dan derajat kesediaannya untuk belajar.
o  Pendidik seharusnya mempersiapkan peluang partisipasi yang praktikal.
o  Pentingnya memperhatikan kefahaman, mengetahui hubungan, kepaduan dan kelanjutan pengalaman, sifat baru, keaslian dan kebebasan berfikir.
o  Pentingnya membuat proses pendidikan itu suatu proses yang menggembirakan dan menciptakan kesan yang baik pada diri pelajar.
  
ANALISIS

Berdasarkan fenomena dan kondisi objektif dunia pendidikan Islam pada konteks  masa kini yang terangkum dalam konsep tujuan yang berorientasi pada perubahan tingkah laku setelah melalui proses pendidikan baik dalam kehidupan individu maupun masyarakat, konsep yang ditawarkan Al Syaibani ini sungguh memiliki relevansi yang tinggi serta layak dipertimbangkan dan di implementasikan dalam dunia pendidikan Islam.
Secara Akademis pemikiran kritis dan inovatif seperti yang diungkapkan Al Syaibani, dalam konteks demi kemajuan dunia pendidikan Islam merupakan suatu keniscayaan, untuk ditumbuhkembangkan secara terus menerus, hal tersebut merupakan konsekuensi dan refleksi rasa tanggung jawab yang memiliki fungsi dan tugas utama sebagai khalifah di muka bumi.

PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Mohammad Al-Syaibany merupakan tokoh pemikiran pendidikan, dimana beliau merupakan ahli falsafah, baik dalam falsafah Islam maupun dalam falsafah pendidikan. Pemikiran pendidikan yang dikemukakan oleh Al-Syaibany, diantaranya adalah tentang konsep tujuan dalam pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam, dan metode mengajar dalam pendidikan Islam.
Dalam tujuan beliau mengemukakan bahwa, tujuan dari pendidikan adalah adanya suatu “perubahan”, perubahan disini yaitu adanya perubahan tingkah laku setelah melalui proses pendidikan, baik dalam kehidupan individu maupun masyarakat.
Kurikulum merupakan aspek-aspek utama dalam proses pendidikan yang mendapat perhatian khusus. Kurikulum sangat penting dalam pendidikan Islam, yaitu sebagai : Alat untuk mendidik generasi muda dan menolong mereka untuk membuka dan mengembangkan kesediaan, minat, bakat, kekuatan, dan ketrampilan serta alat untuk menciptakan perubahan yang diinginkan pada kebiasaan, kepercayaan, sikap, system, dan gaya hidup masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Syaubany, at-Toumy, omar Muhammad.1975. Falsafah Pendidikan Islam, alih Bahasa oleh Hasan Langgulung. Jakarta: Bulan Bintang.
Addamardasy Sarhan & Munir Komil, Al-Manhaj, Kaherah Dar al-Ueloum Lithiba’ah, p. 7.




[1] Mohammad Al-Syaibani, Falsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 416-417.
[2] Addamardasy Sarhan & Munir Komil, Al-Manhaj, Kaherah Dar al-Ueloum Lithiba’ah, p. 7.
[3] M. Syaibani, Op.Cit., h. 489-493.
[4] Ibid., h. 519-521.
[5] Ibid., h. 523-530.
[6] Ibid., h. 550-579.
[7] Ibid., h. 582-603.