November 15, 2022

Pemikiran Al Gazali

 



A. RIWAYAT HIDUP AL-GHAZALI

Nama lengkap Al-Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad Al-Ghazali. Beliau dilahirkan disebuah kampung bernama Ghazala pada Tahun 450 H / 1059 M. Dan wafat di Tabristan wilayah provinsi Tus pada tanggal 14 Jumadil Akhir Tahun 505 H atau 1 Desember 1111 M.  Al- Ghazali memulai pendidikannya di wilayah kelahirannya dengan mempelajari Dasar-dasar pengetahuan. Selanjutnya ia pergi ke Nisyafur dan Khurasan untuk berguru kepada Imam al-Haramain Abi Al-Ma’ali Al-Jawainy, seorang ulama yang bermazhab syafi’I yang pada saat itu menjadi guru besar di Nisyafur. Diantara ilmu yang dipelejari Al-Ghazali di kota tersebut adalah teologi, hukum Islam, Filsafat, Logika, Sufisme dan ilmu-ilmu alam.

Setelah Imam Al-Haromain wafat, Al-Ghazali pergi ke Al-Azhar untuk berkunjung kepada menteri Nizam al-Mulk dari pemerintahan dinasti Saljuk. Ia disambut dengan penuh kehormatan sebagai seorang ulama besar. Menteri Nizam al-Mulk akhirnya melantik Al-Ghazali pada tahun 484 H/1091 M sebagai guru besar (professor) pada Perguruan Tinggi Nizamiyah yang berada di kota Baghdad dan kemudian mengajar di sana selama empat tahun.

Pada tahun 488 H Al-Ghazali pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji, dan kemudian setelah selesai mengerjakan haji, ia pergi ke Syiria untuk mengunjungi Baitul Maqdis , kemudian melanjutkan perjalanannya ke Damaskus dan menetap untuk beberapa lama. Pada saat itulah ia sempat mengarang sebuah kitab yang sampai saat ini kitab tersebut sangat terkenal  yaitu Ihya’ Ulumuddin. Ia tinggal di Damaskus selama kurang lebih 10 tahun dimana ia hidup dengan sederhana apa adanya.

Setelah Penulisan kitabnya selesai, ia kembali ke Baghdad untuk diminta mengajar kembali ke di Perguruan Nizamiyah, tetapi hanya berlangsung 2 tahun, dan akhirnya kembali ke kampong asalnya, Thus. Di kota Thus inilah akhirnya ia meninggal pada hari senin tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H/1111 M.

Sesaat sebelum meninggal beliau sempat mengucapkan kata-kata yang juga diucapkan oleh Francis Bacon, filosuf Inggris, yaitu : “ kuletakkan arwahku di hadapan Allah dan tanamkanlah jasadku di lipat bumi yang sunyi senyap. Namaku akan bangkit kembali menjadi seutan dan buah bibir umat manusia di masa yang akan datang”.

Dalam sejarah Filsafat Islam mencatat bahwa Al-Ghazali pada mulanya dikenal sebagai orang yang ragu terhadap berbagai ilmu pengetahuan baik ilmu yang dicapai melelui panca indera maupun akal pikiran. Dalam ilmu kalam (teologi) yang dipelejarinya dari Al-Juwaini ia mendapat keraguan, hal ini disebabkan karena dalam ilmu kalam terdapat beberapa aliran yang saling bertentangan sehingga dapat membingungkan dalam menetapkan aliran mana yang betul-betul benar diantara semua aliran.

Sebagaimana dalam ilmu kalam, dalam filsafatpun Al-Ghazali meragukannya karena dalam filsafat dijumpai argument-argumen yang tidak kuat dan menurut keyakinannya ada yang bertentangan dengan ajaran Islam sehingga ia menentang Filsafat. Al-Ghazali tidak hanya menentang pengetahuan yang dihasilkan akal pikiran tetapi ia juga menentang pengetahuan yang dihasilkan panca indera.  Karena menurutnya panca indera tidak dapat dipercaya yang mengandung kedustaan. Setelah tidak percaya pada kebenaran akal dan panca indera, lalu Al-Ghazali menempuh hidup tasawuf dan dalam tasawuflah ia merasa memperoleh kebenaran yang dicarinya.

  1. TIGA PERSOALAN METAFISIKA YANG BERLAWANAN DENGAN ISLAM

Ada pemikiran tentang filsafat Islam yang menurut Al-ghazali sangat berlawanan dengan Islam, dan karenanya para filosuf harus dinyatakan sebagai orang ateis ialah:

1)      Qadimnya alam,

2)      Tidak mengetahuinya Tuhan terhadap soal-soal peristiwa-peristiwa kecil,dan

3)      Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani

Qadimnya alam

Filosuf-filosuf mengatakan bahwa alam ini qadim. Qadimnya Tuhan atas alam sama dengan qadimnya illat atas ma’lulnya, yaitu dari segi zat dan tingkatan , bukan dari segi zaman. Berikut adalah alas an=alas an mereka dan jawaban Al-Ghazali.


 


 


 


 


 


DAFTAR PUSTAKA

 

Leaman, Oliver. 1989. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta : Rajawali

Hanafi, Ahmad. 1996. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta : PT Bulan Bintang

Nasution, Harun. 1998. Islam Rasional. Bandung : Mizan

Madkour, Ibrohim. 1996. Filsafat Islam Metode dan Penerapan. Jakarta : PT Raja       Grafindo Persada

Mustafa, H.A. 1997. Filsafat Islam. Bandung : C.V. Pustaka Setia

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon