A. RIWAYAT HIDUP AL-GHAZALI
Nama
lengkap Al-Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad Al-Ghazali. Beliau
dilahirkan disebuah kampung bernama Ghazala pada Tahun 450 H / 1059 M. Dan
wafat di Tabristan wilayah provinsi Tus pada tanggal 14 Jumadil Akhir Tahun 505
H atau 1 Desember 1111 M. Al- Ghazali
memulai pendidikannya di wilayah kelahirannya dengan mempelajari Dasar-dasar
pengetahuan. Selanjutnya ia pergi ke Nisyafur dan Khurasan untuk berguru kepada
Imam al-Haramain Abi Al-Ma’ali Al-Jawainy, seorang ulama yang bermazhab syafi’I
yang pada saat itu menjadi guru besar di Nisyafur. Diantara ilmu yang
dipelejari Al-Ghazali di kota tersebut adalah teologi, hukum Islam, Filsafat,
Logika, Sufisme dan ilmu-ilmu alam.
Setelah
Imam Al-Haromain wafat, Al-Ghazali pergi ke Al-Azhar untuk berkunjung kepada
menteri Nizam al-Mulk dari pemerintahan dinasti Saljuk. Ia disambut dengan
penuh kehormatan sebagai seorang ulama besar. Menteri Nizam al-Mulk akhirnya
melantik Al-Ghazali pada tahun 484 H/1091 M sebagai guru besar (professor) pada
Perguruan Tinggi Nizamiyah yang berada di kota Baghdad dan kemudian mengajar di
sana selama empat tahun.
Pada
tahun 488 H Al-Ghazali pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji, dan
kemudian setelah selesai mengerjakan haji, ia pergi ke Syiria untuk mengunjungi
Baitul Maqdis , kemudian melanjutkan perjalanannya ke Damaskus dan menetap
untuk beberapa lama. Pada saat itulah ia sempat mengarang sebuah kitab yang
sampai saat ini kitab tersebut sangat terkenal
yaitu Ihya’ Ulumuddin. Ia tinggal di Damaskus selama kurang lebih
10 tahun dimana ia hidup dengan sederhana apa adanya.
Setelah
Penulisan kitabnya selesai, ia kembali ke Baghdad untuk diminta mengajar
kembali ke di Perguruan Nizamiyah, tetapi hanya berlangsung 2 tahun, dan
akhirnya kembali ke kampong asalnya, Thus. Di kota Thus inilah akhirnya ia
meninggal pada hari senin tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H/1111 M.
Sesaat
sebelum meninggal beliau sempat mengucapkan kata-kata yang juga diucapkan oleh
Francis Bacon, filosuf Inggris, yaitu : “ kuletakkan arwahku di hadapan
Allah dan tanamkanlah jasadku di lipat bumi yang sunyi senyap. Namaku akan
bangkit kembali menjadi seutan dan buah bibir umat manusia di masa yang akan
datang”.
Dalam
sejarah Filsafat Islam mencatat bahwa Al-Ghazali pada mulanya dikenal sebagai
orang yang ragu terhadap berbagai ilmu pengetahuan baik ilmu yang dicapai
melelui panca indera maupun akal pikiran. Dalam ilmu kalam (teologi) yang
dipelejarinya dari Al-Juwaini ia mendapat keraguan, hal ini disebabkan karena
dalam ilmu kalam terdapat beberapa aliran yang saling bertentangan sehingga
dapat membingungkan dalam menetapkan aliran mana yang betul-betul benar
diantara semua aliran.
Sebagaimana
dalam ilmu kalam, dalam filsafatpun Al-Ghazali meragukannya karena dalam
filsafat dijumpai argument-argumen yang tidak kuat dan menurut keyakinannya ada
yang bertentangan dengan ajaran Islam sehingga ia menentang Filsafat.
Al-Ghazali tidak hanya menentang pengetahuan yang dihasilkan akal pikiran
tetapi ia juga menentang pengetahuan yang dihasilkan panca indera. Karena menurutnya panca indera tidak dapat
dipercaya yang mengandung kedustaan. Setelah tidak percaya pada kebenaran akal
dan panca indera, lalu Al-Ghazali menempuh hidup tasawuf dan dalam tasawuflah
ia merasa memperoleh kebenaran yang dicarinya.
- TIGA
PERSOALAN METAFISIKA YANG BERLAWANAN DENGAN ISLAM
Ada
pemikiran tentang filsafat Islam yang menurut Al-ghazali sangat berlawanan
dengan Islam, dan karenanya para filosuf harus dinyatakan sebagai orang ateis
ialah:
1)
Qadimnya alam,
2)
Tidak mengetahuinya Tuhan terhadap
soal-soal peristiwa-peristiwa kecil,dan
3)
Pengingkaran terhadap kebangkitan
jasmani
Qadimnya
alam
Filosuf-filosuf
mengatakan bahwa alam ini qadim. Qadimnya Tuhan atas alam sama dengan qadimnya
illat atas ma’lulnya, yaitu dari segi zat dan tingkatan , bukan dari segi
zaman. Berikut adalah alas an=alas an mereka dan jawaban Al-Ghazali.
DAFTAR PUSTAKA
Leaman,
Oliver. 1989. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta : Rajawali
Hanafi,
Ahmad. 1996. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta : PT Bulan Bintang
Nasution,
Harun. 1998. Islam Rasional. Bandung : Mizan
Madkour,
Ibrohim. 1996. Filsafat Islam Metode dan Penerapan. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada
Mustafa,
H.A. 1997. Filsafat Islam. Bandung : C.V. Pustaka Setia
EmoticonEmoticon