November 14, 2022

Aliran Progresivisme




I.          PENDAHULUAN

Filsafat pendidikan adalah filsafat yang diterapkan dalam dunia pendidikan. Hal ini mengandung pengertian bahwa filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil – hasil dari kerja filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai aliran,  seperti aliran progesivisme. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat memiliki berbagai macam aliran, maka dalam filsafat pendidikan akan kita temukan juga berbagai macam aliran. Adapun aliran progresivisme dalam filsafat pendidikan akan kita bahas pada makalah ini.

II.       PERMASALAHAN

Dari perkembangan pemikiran para filosof yang berbeda dalam menanggapi segala sesuatu, maka muncullah berbagai macam karakteristik pemikiran – pemikiran yang kemudian menjadi sebuah ciri khas dari seorang filosof sebagai hasil pemikiran tertinggi. Sejarah mencatat bahwa dalam pertumbuhan dan perkembangan filsafat terdapat berbagai macam perbedaan yang jelas dari masing – masing tokoh filsafat.
Begitu pula halnya dengan filsafat pendidikan, bahwa dalam sejarahnya telah melahirkan berbagai pandangan atau aliran. Dimana sebuah pemikiran manusia tidak akan pernah final ketika memikirkan sesuatu yang masih mungkin bisa dipikirkan. Oleh sebab itu, dunia filsafat pendidikan pun mempunyai berbagai pandangan ataupun aliran yang berbeda.
Dalam hal ini, ada masalah – masalah dalam aliran progresivisme, yaitu bagaimana latar belakang munculnya aliran progresivisme, ciri – ciri pendidikan progresivisme, prinsip – prinsip pendidikan menurut aliran progresivisme, dan aliran progresivisme dan kurikulum.

III.    PEMBAHASAN MASALAH
a.      Latar belakang
Aliran ini muncul dan berkembang pada permulaan abad XX terutama di Amerika Serikat. Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia filsafat pendidikan terutama sebagai lawan terhadap kebijakan – kebijakan konvensional yang diwarisi dari abad XIX.
Disamping itu, ada pula pengaruh kebudayaan yang secara khusus ditulis oleh Brameld sebagai faktor kebudayaan yang berpengaruh atas perkembangan progresivisme, yaitu antara lain :
1.      Revolusi industri
2.      Modern Science
3.      Perkembangan demokrasi
Aliran Progresivisme biasanya dihubungkan dengan pandangan hidup yang mempunyai sifat – sifat sebagai berikut :
“Fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu), curious (ingin mengetahui, ingin menyelidiki), toleran dan open-minded (mempunyai hati terbuka).[1]
b.      Ciri – ciri pendidikan Progresivisme
Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan – kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi masalah – masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri.
Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat diperkirakan mempunyai kesulitan untuk mencapai tujuan – tujuan (yang baik), karena kurang menghargai dan memberikan tempat semestinya kepada kemampuan – kemampuan tersebut dalam proses pendidikan. Padahal semuanya itu adalah ibarat motor penggerak manusia dalam usahanya untuk mengalami kemajuan atau progres.
Oleh karena kemajuan atau progres ini menjadi perhatian Progresivisme, maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang oleh progresivisme merupakan bagian utama dari kebudayaan.
Ciri utama yang menjadi identitas progresif dalam mistion filsafat pendidikan tercermin dalam :
1.      Pendidikan dalam kebudayaan liberal
2.      Menjadi pelopor pembaharuan ide – ide lama menuju asas – asas baru menyongsong kebudayaan dan zaman baru
3.      Peralihan menuju kebudayaan baru
Progresif menghendaki pendidikan yang membina dan berdasarkan minat belajar yang mencakup seluruh pengalaman sosial anak dan orang dewasa sekaligus menaruh perhatian kepada minat anak secara individual. Aliran ini lebih memusatkan perhatian pada proses yang continue dari pada interaksi antar pribadi dengan masyarakat dibandingkan dengan ketentuan – ketentuan normatif yang sesungguhnya adalah produk interaksi itu sendiri.
c.       Prinsip – prinsip pendidikan menurut aliran Progresivisme
Prinsip – prinsip pendidikan yang didasarkan pada aliran progresivisme antara lain :
1.         Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup. Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang intelegen yaitu kehidupan yang mencakup interpretasi dan rekonstruksi pengalaman. Tidak ada tujuan pendidikan umum atau akhir pendidikan. Pendidikan adalah pertumbuhan untuk menghasilkan pertumbuhan berikutnya.
2.         Pendidikan harus berhubungan secara langsung dengan minat anak yang dijadikan sebagai dasar motivasi belajar, sekolah menjadi child centered dimana proses belajar ditentukan terutama oleh anak.
3.         Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi preseden pemberian subjek materi. Jadi belajar harus dapat memecahkan masalah yang penting dan bermanfaat bagi kehidupan anak.
4.         Peranan guru tidak langsung, melainkan memberikan petunjuk kepada peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kebebasan merencanakan perkembangan diri mereka, dan pendidik hendaknya membimbing kegiatan mereka
5.         Sekolah harus memberikan semangat untuk bekerja sama, bukan mengembangkan persaingan. Progresif berpandangan bahwa kasih sayang dan persaudaraan lebih berharga bagi kehidupan dari pada persaingan dan usaha pribadi.
6.         Kehidupan yang demokratis merupakan kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan. Demokrasi, pertumbuhan, dan pendidikan saling berhubungan. Untuk mengajar demokrasi, sekolah itu sendiri harus demokratis.[3]
Para pendidik aliran ini sangat menentang praktik sekolah tradisional, khususnya dalam lima hal: 1. guru yang otoriter, 2. terlampau mengandalkan metode berbasis buku teks, 3. pembelajaran pasif dengan mengingat fakta, 4. filsafat empat tembok, yakni terisolasinya pendidikan dari kehidupan nyata, dan 5. penggunaan rasa takut atau hukuman badan sebagai alat untuk menanamkan disiplin pada siswa.[4]

d.      Aliran Progresivisme dan Kurikulum
Ada lima aspek kurikulum dalam aliran Progresivisme, yaitu:
1.     Reorganisasi di dalam suatu subyek khusus sebagai langkah pertama mencari pola dan design yang baru
2.     Korelasi antara dua atau lebih subject-matter, misalnya antara bahasa nasional dengan social-studies
3.     Pengelompokan dan hubungan integratif dalam satu bidang pengetahuan, misalnya: “pendidikan umum” dalam ilmu pengetahuan alam dan arts
4.     “Core-curriculum” suatu kelompok mata pelajaran yang memberi pengalaman dasar dan sebagai kebutuhan umum yang utama
5.     “Experience-centered curriculum” yakni kurikulum yang mengutamakan pengalaman dengan menekankan pada unit – unit tertentu.[5]

IV.    ANALISIS
Dari penjelasan di atas, dapat diambil analisis bahwa aliran Progresivisme menganggap manusia mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri. Sehingga tidak perlu manusia diatur secara otoriter. Karena manusia ingin mencari kebebasan. Dengan adanya proses pengembangan diri, maka akan muncul suatu kebudayaan baru.

V.       KESIMPULAN
Aliran Progresivisme adalah salah satu aliran dalam filsafat pendidikan yang memandang bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan masalah. Pendidikan menurut aliran ini adalah pendidikan yang membina dan mengembangkan minat belajar yang mencakup seluruh pengalaman sosial anak maupun orang dewasa. Aliran ini tidak menghendaki pendidikan yang otoriter dan absolut dalam segala bentuk seperti yang terdapat dalam agama, moral, dan ilmu pengetahuan.

VI.    PENUTUP
Demikian makalah aliran Progresivisme ini kami buat, semoga isi dalam kandungan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kekurangan dalam makalah aliran Progresivisme ini, itu merupakan suatu kekhilafan dari kami.

DAFTAR PUSTAKA


Alwasilah, Chaedar. 2008. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Khobir, Abdul. 2007. Filsafat Pendidikan Islam. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press
Syam, Mohammad Nor. 1988. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsfat Kependidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional


[1] Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007), hal. 46-47.
[3] Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007), hal. 48-50.
[4] Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 105.
[5] Mohammad Nor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsfat Kependidikan Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional, 1988), hal. 254.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon