November 14, 2022

Intelegensi



I.       Pengertian Intelegensi / Kecerdasan
Intelegensi atau kecerdasan adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.[1]
Intelegensi atau kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia. Intelegensi ini diperoleh manusia, dan sejak itulah potensi intelegensi ini mulai berfungsi mempengaruhi tempo dan kualitas perkembangan inidividu, dan mempengaruhi kualitas penyesuaian dirinya dengan lingkungan.
Namun, membicarakan tentang definisi intelegensi bahwa intelegensi merupakan kemampuan lain yang berpendapat bahwa :
a.       Charles Sperman (1863 – 1945), berpendapat bahwa intelegensi merupakan kemampuan yang tunggal.[2]
b.      L.L. Thorstone (1887 – 1955), dia menyatakan dengan tegas bahwa intelegensi umum terbagi atas tujuh kemampuan, diantaranya :
-    Untuk menjauhi, mengurangi, mengakhiri dan membagi
-    Menulis dan berbicara dengan mudah
-    Memahami danmengerti makna kata yang ditetapkan
-    Memperoleh kesan akans esuatu
-    Mampu memecahkan persoalan dan mengambil pelajaran dari pengalaman lampau
-    Dengan tepat dapat melihat danmengerti hubungan benda dalam ruang
-    Mengenali objek dengan tepat dan cepat
  1. William Stern, berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan.
  2. V. Heas, intelegensi ialah sifat kecerdasan jiwa.
  3. Prof. Kahnstermin, berpendapat bahwa intelegensi itu dapat dikembangkan dengan menemukan syarat-syarat di bawah ini :
-    Bahwa pengembangan itu hanya sampai batas kemampuan saja
-    Terbatas juga pada mutu intelegensi
-    Perkembangan intelegensi, bergantung pula pada cara berfikir yang metodis.
  1. Prof. Waterink, menurut penyelidikannya belum dapat dibuktikan bahwa intelegensi dapat diperbaiki atau dilatih.[3]
Dari batasan yang dikemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa :
a.       Intelegensi itu ialah faktor total
b.      Intelegensi hanya dapat diketahui melalu tingkah laku yang tampak
c.       Bagi suatu perbuatan intelegensi bukan hanya kemampuan-kemampuan yang dibawa sejak lahir saja yang penting faktor-faktor lingkungan  dan pendidikan memegang peranan
d.      Bahwa manusia itu dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara tertentu untuk mewujudkan tujuan itu.[4]
II.    Macam-Macam Intelegensi / Kecerdasan
Dalam Al Qur’an surat as-Sajdah ayat 9, bahwa manusia terlahir dengan dibekali kecerdasan.
¢OèO çm1§qy yxÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ¾ÏmÏmr ( Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur 4 WxÎ=s% $¨B šcrãà6ô±n@ ÇÒÈ  
Artinya :
“Kemudian Dia memberinya bentuk (dengan perbandingan ukuran yang baik) dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”(QS. As-Sajdah (32) : 9)[5]
Ayat di atas memberikan syarat bahwa manusia terlahir dengan dibekali kecerdasan yang terdiri dari lima bagian utama kecerdasan yaitu :
a.       Kecerdasan rohaniah (Spiritual intellegence), yaitu kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya, baik buruk dan rasa moral dalam caranya menempatkan diri dalam pergaulan.
b.      Kecerdasan intelektual (IQ), yaitu kemampuan seseorang dalam memainkan potensi logika, kemampuan berhitung, menganalisa dan matematik.
c.       Kecerdasan Emosional (EQ), ayitu kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri (sabar).
d.      Kecerdasan sosial , yaitu kemampuan seseorang dalam emnjalin hubungan dengan orang lain baikk individu maupun kelompok.
e.       kecerdasan fisik, yaitu kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan dan memainkan.[6] Isyarat tubuh.[7]
Menurut gunanya, intelegensi terbagi menjadi dua macam, yaitu : intelegensi praktis dan intelegensi teoritis.
Menurut kekuatannya, kecerdasan ada dua macam, yaitu : kecerdasan kreatif dan kecerdasan eksekutif.[8]

III. Ciri-Ciri Perbuatan Intelegensi / Kecerdasan
Carl Witherington, mengemukakan enam ciri dari perbuatan yang cerdas, yaitu :
1.      Memiliki kemampuan yang cepat dalam bekerja dengan bilangan (facility in the use of numbers)
2.      Efisien dalam berbahasa (language efficiency)
3.      Kemampuan mengamati dan menarik kesimpulan dari hasil pengamatan yang cukup cepat (speed of perception)
4.      Kemampuan mengingat yang cukup cepat dan tahan lama (facility in memorizing)
5.      Cepat dalam memahami hubngan (facility in relationship)
6.      memiliki daya khayal atau imajinasi yang tinggi (imagination).[9]
Dari beberapa definisi dan ciri-ciri perilaku cerdas di atas, dapatlah disimpulkan adanya beberapa perilaku individu yang memiliki kecerdasan tinggi, diantaranya, sebagai berikut:
  1. Terarah kepada tujuan (purposeful behavior)
  2. Tingkah laku terkoordinasi (organizied  behavior)
  3. Memiliki daya adaptasi yang tinggi (adaptable behavior)
  4. Berorientasi kepada sukses (success oriented behavior)
  5. Mempunyai motivasi yang tinggi (clearly motivated behavior)
  6. Dilakukan dengan cepat (rapid behavior)
  7. Menyangkut kegiatan yang luas (broad behavior) [10]

IV. Teori Intelegensi / Kecerdasan
Banyak teori tentang intelegensi ini dan tiap teori karena bertolak dari asumsi yang berbeda memberikan rumusan yang berbeda pula. Diantara teori – teori tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Teori “Uni – Faktor” (Weihelm Stern)
Menurut teori ini, intelegensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum.
2.      Teori “Two – Faktor” (Charles Spearman)
Spearman mengembangkan teori intelgensi berdasarkan suatu faktor mental umum yang diberikan kode “G” dan faktor spesifik yang diberi kod “S”; menentukan tindakan-tindakan mental untuk mengatasi permasalahan
3.      Teori “Multi – Faktor” (El. Thorndike)
Menurut teori ini, integensi terdiri dari bentuk hubungan-hubungan neural antara stimulus dan respon.
4.      Teori “Primari – Mental – Ability” (L.I. Thurstone)
Menurut teori ini, intelegensi merupakan penjelasan dari kemampuan “primer” (kemampuan umeral/matematis, verbal/bahasa, abstraksi/visualisai/berfikir, kemampuan menghubungkan kata”, dan kemampuan membuat keputusan).
5.      Teori Sampling
Menurut teori ini, intelegensi beroperasi dengan terbatas pada setiap sample dari berbagai kemampuan.[11]

V.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi / Kecerdasan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intelegensi, diantaranya :
a.       Pembawaan
b.      Kematangan
c.       Penbentukan
d.      Minat dan pembawaan khas
e.       Kebebasan[12]

VI. Perbedaan Tingkat Intelegensi / Kecerdasan
Secara umum, tingkat kecerdasan atau intelektualitas mengandung arti kemampuan nalar seperti memahami atau mengingat dan juga kemampuan belajar.
Dalam hadits digambarkan perbedaan antar manusia dalam kemampuan belajat, memahami dan mengingatnya. Ketiga kemampuan ini tergolong dalam pengertian intelektualitas. Berdasarkan hadis ini, dapat disimpulkan bahwa intelektualitas manusia dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan, seperti tanah subur, tanah gersang atau tanah tandus.
Rasulullah SAW menunjukkan secara jelas tentang perbedaan antar manusia dalam tingkat kecerdasan atau intelektualitas dalam hadisnya :
نَحْنُ مَعَا شِرَ اْلأَمْبِيَاءِ أَمَرْ نَا أَنْ نُنَزَّلَ النَّاسَ مَنَا زِلَهُمْ, وَنُكَلِّمُهُمْ عَلَى قَدْ رِعُقُوْ لِهِمْ
“Kami para Nabi diperintahkan untuk mengunjungi rumah orang dan mengajari mereka sesuai dengan kemampuan akalnya.”[13]

VII.          Pengukuran Intelegensi / Kecerdasan
Masing-masing individu berbeda-beda segi intelegensinya, karena individu satu dengan yang lain tidak sama kemampuannya dalam memecahkan sesuatu persoalan yang dihadapi. Adapun cara untuk mengetahui taraf intelegensi tersebut dengan menggunakan tes intelegensi diantaranya, sebagai berikut:
1.      Intelegensi Tes Binet Simon
Cara pengukuran tes Binet – Simon ini dengan menggunakan sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang telah dikelompokkan menurut umur (untuk anak 3 – 15 tahun)
Tes Binet – Simon ini memperhitungkan 2 hal, yaitu :
a.       Umur kronologis (chronological age – disingkat “CA), yaitu umur anak yang diselidiki, kemudian dikalikan 100.
b.      Umur mental  (mental age – disingkat “MA”), yaitu jumlah nilai jawaban yang betul dibagi umur kalender.
2.      Tes Weschsler
Tes Weschsler meliputi dua sub verbal dan performance (tes lisan dan perbuatan dan ketrampilan dengan menggunakan skala angka)
a.       Tes lisan meliputi pengetahuan umum pemahaman, ingatan, mencari kesamaan, hubungan dan bahasa.
b.      Tes ketrampilan meliputi menyususn gambar dan sandi (kode-kde angka)
3.      Tes Army Alfa dan Betha / tes Tentara Mental test
a.       Tes army Alfa khusus untuk calon tentara yang pandai membaca
b.      Tes Army Betha, untuk calon tentara yangtidak pandai membaca[14]
4.      Mental test
Ialah tes untuk mengetahui segala kemampuan jiwa seseorang, yang meliputi fantasi, ingatan, pikiran, kecerdasan, perasaan.
5.      Schalastic Test
Ialah tes untuk mengetahui tingkat pengajaran pada tiap-tiap mata pelajaran, pada tiap-tiap kelas. Yang dipentingkan ialah bekerja dengan cepat dan baik. Test ini berguna untuk mengganti ulangan umum / ujian.[15]

KESIMPULAN


Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa intelegensi atau kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia.
Pembahasan kecerdasan meliputi :
A.    Macam-macamm Intelegensi / Kecerdasan
1.      Menurut QS. As-Sajdah: 9, kecerdasan terbagi menjadi 5 bagian, yaitu :
-          kecerdasan ruhaniah
-          kecerdasan intelektual
-          kecerdasan emosional
-          kecerdasan sosial
-          kecerdasan fisik
2.      Menurut gunanya, kecerdasan terbagi menjadi 2 macam, yaitu : kecerdasan praktis dan kecerdasan teoritis.
3.      Menurut kekuatannya, dibagi menjadi dua macam: kecerdasan krestif, dan kecerdasan eksekutif.
B.     Teori Intelegensi / Kecerdasan
-          Teori “Uni – Faktor”
-          Teori “Two –Faktor”
-          Teori “Multi –Faktor”
-          Teori “Primeri – Mental  -  Ability”
C.     Faktr-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan antara lain : pembawaan, kematangan, pembentukan, minat dan pembawaan khas, kebebasan.
D.    Macam-macam Tes Kecerdasan
-          Intelegensi Tes Binet Simon
-          Tes Weschsler
-          Tes Army Alfa dan Betha / tes Tentara Mental test
-          Mental test
-          Schalastic Test



DAFTAR PUSTAKA



Ahmadi, H. Abu. 1998. Psikologi Umum. Jakarta : Rineks Cipta.

Departemen Agama. T.t.  Al Qur’an dan Terjemahannya. Semarang : CV. Toha Putra.

Fauzi, H. Ahmad. 1998. Psikologi Umum. Jakarta : Pustaka Setia Jaya.

Najah, Dr. Moh. Utsman. 2004. Psikologi dalam Perspektif hadis (Al Hadis Wa Ulum an-Nafs). Jakarta: Pustaka al-Hujna Baru.

Najati, Usman. 2004. Belajar EQ dan SQ dari Sunnah Nabi, (Jakarta : Penerbit Hikmah.

Shaleh, Abd. Rahman & Muhbib Abd. Wahab. 2009. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam.  Jakarta: Kencana.

Sulimadinata, Dr. Hana Sy’adin. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.



[1] H. Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Jakarta : Pustaka Setia Jaya, 1998), h. 100
[2] Abd. Rahman Shaleh & Muhbib Abd. Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 180.
[3] Abd. Rahman Shaleh & Muhbib Abd. Wahab. Psikologi Suatu Pengantar . . . . , h. 181
[4] Abd. Rahman Shaleh & Muhbib Abd. Wahab. Psikologi Suatu Pengantar . . . . , h. 183-184
[5] Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : CV. Toha Putra, t.t), h. 661
[6] Usman Najati, Belajar EQ dan SQ dari Sunnah Nabi, (Jakarta : Penerbit Hikmah, 2004), h. 10
[7] Usman Najati, Belajar EQ dan SQ dari Sunnah Nabi, . . . . , h. 11
[8] H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), h. 91-92
[9] Dr. Hana Sya’adin Sulimadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 94
[10] Dr. Hana Sya’adin Sulimadinata, Landasan Psikologi . . . . , h. 95
[11] Usman Najati, Belajar EQ dan SQ dari Sunnah Nabi, . . . . , h. 185-188
[12] Usman Najati, Belajar EQ dan SQ dari Sunnah Nabi, . . . . , h. 189-191
[13] Dr. Moh. Utsman Najah, Psikologi dalam Perspektif hadis (Al Hadis Wa Ulum an-Nafs), (Jakarta: Pustaka al-Hujna Baru, 2004), h. 274.
[14] Abd. Rahman Shaleh & Muhbib Abd. Wahab. Psikologi Suatu Pengantar . . . . , h. 192-195
[15] H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum,. . . ., h. 95

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon