November 14, 2022

Pengertian Apersepsi I





Arti kata
Apersepsi berasal dari kata apperception, yang berarti  menafsirkan buah pikiran, jadi menyatukan dan mengasimilasi suatu pengamatan berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki dan dengan demikian memahami dan dapat menafsirkanya.
1.     Leibnitz, membedakan persepsi dan apersepsi. dengan persepsi yang dimaksud adanya perangsang diterima seseorang, adanya pengamatan. apersepsi dimaksud bahwa ia tahu bahwa ia melakukan pengamatan.
2.     Herbart, apersepsi adalah menerima tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada.
3.     Wundt, bahwa apersepsi bukan hanya asosiasi belaka melainkan memasukan tanggapan-tanggapan baru dalam suatu hubungan kategorial atau hubungan yang lebih umum.
4.     menurut para ahli psikologi modern, apersepsi dimaksud pengamatan dengan penuh perhatian sambil memahami serta mengolah tanggapan-tanggapan baru itu dan memasukanya ke dalam hubungan yang kategorial.

Apersepsi dan Asosiasi
menurut Hebart antara tanggapan baru dan lama terjadi asosiasi menurut hukum-hukum asosiasi.
Wundt, menolak pendapat tersebut, mengatakan bahwa apersepsi itu didorong oleh kemauan dengan tujuan tertentu,
Kaitanya dengan pendidikan
  pada bahan apersepsi diperlukan untuk mentafsirkan tanggapan-tanggapan baru, nah itu sebabnya peserta didik harus memiliki sejumlah pengetahuan sebelum bersekolah, karena belum tersusun baik tugas para pengajar untuk menyusunya menurut kategori-kategori tertentu dan memperluas serta memperdalamnya dalam segala mata pelajaran. pengalaman yang lampau sering kurang lengkap dan senantiasia dapat disempurnakan, jadi terus direorganisasi.
Apersepsi Menurut Herbart
mengemukakan bahwa yang diketahui digunakan untuk memahami sesuatu yang belum di ketahui. Apersepsi membangkitkan minat dan perhatian untuk sesuatu. dari pedoman itu Hebart mengajurkan dalam dunia pendidikan seperti berikut :
1.     Kejelasan : sesuatu diperlihatkan untuk memperdalam pengertian
2.     Asosiasi : peserta didik di beri kesempatan untuk menghubungkan pengertian baru dengan pengalaman-pengalaman lama.
3.     Sistem: disini bahan baru itu ditempatkan dalam hubunganya dengan hal-hal lain.
4.     Metode: peserta didik mendapat tugas untuk dikerjakan. Pengajar memperbaiki dan memberi petunjuk dimana perlu.
pengikut Herbart yakni Ziller merubahnya dan menggantikanya dengan 5 langkah berikut :
1.     Analisis: apersepsi anak dibangkitkan dan ditujukan kepada bahan baru.
2.     Sintesis: bendanya diperlihatkan dan dijelaskan untuk memperdalam pengertian
3.     Asosiasi: bahan baru dihubungkan dengan bahan yang bertalian itu.
4.     Sistem:bahan baru dimaksukan ke dalam sistem pengetahuan.
5.     metode:bahan baru dilatih dan digunakan.
Menurut Rein, pengikut dari Herbart juga mengemukakan :
1.     Preparasi (persiapan): peserta didik dipersiapkan untuk menerima bahan baru dengan membangkitkan bahan apersepsi.
2.     Presentasi(penyajian):pada fase ini pengajar menyodorkan bahan pelajaran baru.
3.     Asosiasi: bahan baru dianalisis dan dibandingkan dengan hal-hal lain ynag berhubungan dengan bahan itu.
4.     Generalisasi : pada fase ini diambil kesimpulan merupakan prinsip-prinsip dan pengertian-pengertian.
5.     Aplikasi(penggunaan): Peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan dan melatih bahan yang dipelajari.
 Menurut Morrison-plan
1.     Eksplorasi. dengan tes atau diskusi diselidiki pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik tentang suatu masalah
2.     Mengetahui, sampai manakah peserta didik mencapai tujuan pelajaran dan pendidikan
3.     Menunjukan kekurangan dan kelemahan peserta didik, sehingga mereka dapat diberi bantuan yang khusus untuk mengatasi kekurangan tersebut.
4.     Menunjukan kelemahan metode mengajar yang digunakan pengajar, kekurang murid sering bersumber dari metode dan cara mengajar yang kurang baik.
5.     Memberi petunjuk yang lebih jelas tentang tujuan pelaharan yang hendak dicapai.
6.     memberi dorongan kepada murid untuk belajar dengan giat.
Sumber :
Prof.Dr.S.Nasution,M.A.
Didaktik Asas Asas Mengajar
Penerbit : Jemmars Bandung (edisi keempat) 1982

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon