Showing posts with label Sosiologi Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Sosiologi Pendidikan. Show all posts

November 14, 2022

Kecenderungan Kehidupan Masyarakat Global

                                                            

A.      Pengertian Globalisasi
Istilah globalisasi berasal dari kata ( global atau globe = bola dunia ; global : mendunia ). Berdasarkan akar katanya tersebut, dapat diartikan globalisasi sebagai suatu proses masuk ke lingkungan dunia. Pada era modern harus diakui bahwa peradaban manusia telah memasuki tahapan baru, yaitu dengan revolusi komunikasi.[1]
Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia.
Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain.
 Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global. [2]
Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992). Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya.[3]
Globalisasi menjadikan dunia menjadi sebuah kampung kecil yang memudahkan setiap warga untuk berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Situasi yang demikian mengakibatkan terbukanya ide atau gagasan dari suatu tempat ketempat lain sehingga sulit disensor jika bertentangan dengan nilai – nilai budaya penerima ide atau gagasan tersebut.
Secara langsung atau tidak langsung ternyata ide atau gagasan yang berkembang dimana saja dibelahan dunia ini, mengakibatkan terjadinya Perubahan nilai dan norma dibelahan dunia lainya. Adanya kecenderungan untuk memanfaatkan dan saling memanfaatkan ternyata membawa akibat yang besar terhadap perkembangan pendidikan.[4]

B.       Kecenderungan – kecenderungan global
Beberapa kecenderungan global antara lain:
·      Ketergantungan antar negara dan antar bangsa
Globalisasi telah menciptakan dunia yang semakin terbuka dan saling ketergantungan antarnegara dan antarbangsa. Negara – negara dan bangsa – bangsa di dunia kini bukan saja saling terbuka terbuka satu sama lain. Tetapi juga saling tergantung satu sama lain, kalaupun saling  ketergantungan itu akan senantiasa bersifat dinamis, artinya satu negara lebih tergantung pada negara lain dari pada sebaliknya. Karena saling ketergantungan dan saling keterbukaan ini, semua negara pada prinsipnya akan terbuka terhadap pengaruh globalisasi.
Tetapi karena saling ketergantungan dan saling keterbukaan itu tidak simetris, pengaruh globalisasi atas berbagai negara juga berbeda kadarnya. Negara – negara berkembang akan cenderung lebih terbuka pada pengaruh globalisasi daripada negara – negara industri maju, karena ketergantungan kelompok negara pertama pada kelompok  negara – negara kedua memiliki kamampuan ekonomi, SDM, dan teknologi. Begitu pula negara –negara maju, seperti dikatakan diatas lebih bertindak sebagai pelaku atau subjek, sedangkan kelompok negara berkembang lebih sebagai sasaran atau objek globalisasi.[5]
·      Ledakan pengetahuan dan ledakan informasi
Pengetahuan – pengetahuan baru yang diciptakan oleh para  ilmuan  dan partisi ilmu pengetahuan akan sangat besar jumlahnya. Persoalanya ialahpengetahuan – pengetahuan baru serta informasi baru ini mempengaruhi hidup masyarakat. Atau pengetahuan baru serta informasi baru ini harus kita perhatikan, harus kita cerna, kalau kita ingin menjaga kesejahteraan.
Persoalan yang kita hadapi di Indonesia dalam  hal ini ialah bagaimana caranya mengajarkan kemampuan memperoleh informasi kepada generasi muda, baik yang kaya maupun yang miskin.[6]
·      Sikap masyarakat
Globalisasi pada saat sekarang ini, tampaknya tidak akan dapat dihindari oleh negara – negara didunia dalam berbagai aspek kehidupanya. Menolak dan menghindari globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri dari masyarakat internasional. Berbagai tanggapan dan kecenderungan perilaku masyarakat dalam menghadapi globalisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi sikap positif dan negatif sebagai berikut:
1.         Sikap positif
a.  Penerimaan secara terbuka
b.  Mengembangkan sikap antisipasi dan selektif
c.   Adaptif
d.  Tidak meninggalkan unsur – unsur budaya asli.
2.         Sikap negatif
a. Tertutup dan was – was
b.   Acuh tak acuh
c.     Kurang selektif dalam menyikapi perubahan – perubahan modernisasi.[7]

C.  Pengaruh globalisasi di Indonesia
1.    Pengaruh dalam kehidupan masyarakat
ü  Pengaruh positif
a.    Dilihat dari globalisasi politik pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahanya dijalankan secara jujur, bersih, dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
b.      Dilihat dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatnya kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
c.       Dari globalisasi sosial budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bansa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
ü  Pengaruh negatif
a.       Globalisasi mampu menyakinkan masyarakat indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tersebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
b.      Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri membanjiri di Indonesia.
c.       Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
d.      Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi.
e.       Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku sesama warga.[8]
2.      Pengaruh dalam dunia pendidikan
Seiring dengan pesatnya arus globalisasi, tuntutan dan tantangan kehidupan pun meningkat tidak terkecuali dalam dunia pendidikan yang juga memasuki perkembangan baru. Sayangnya, reformasi dunia pendidikan diIndonesia berjalan lambat dikarenakan adanya sistem sentralisasi sementara proses globalisasi terus berjalan. Tradisi, agama dan budaya harus berhubungan dalam proses internalisasi pendidikan dan globalisasi untuk tercapainya target sistem pendidikan. Namun masyarakat kita tidak memiliki kemampuan untuk berfikir secara global dan kurangnya keterpedulian terhadap msalah – masalah global. Sekarang, sekolah – sekolah sudah mulai mencapai standart nasional dan global sehingga siswa harus dapat beradaptasi pada sistem tersebut.[9]
Banyak sekolah di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah – sekolah yang dikenal dengan bilingual school, dengan diterapkanya dari bahasa asing seperti bahasa inggris dan bahasa mandarin sebagai mata ajar wajib disekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan baik negeri maupun swasta juga mebuka program kelas internasional. Globalisai pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi, pendidikan diharapkan tenaga kerja indonesia dapat bersaing dipasar dunia persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama dibidang ekonomi, sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi tentu saja sanagt membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang memampuni disertai dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi penndidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa indonesia. Selain itu hendakya peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras denga kondisi masyarakat indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak masyarakat indonesia  yang masih berada dibawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar.
Pendidikan di Indonesia sekarang membuat rakyat biasa sangat menderita. Pendidikan  menjadi suatu yang tidak terjangkau rakyat kecil. Tidak ada golongan orang miskin dan orang kaya. Lembaga pendidikan telah dijadikan ladang bisnis dan di komersialkan. Implikasinya, jutaan rakyat indonesia belum memperoleh pedidikan yang layak. Bahkan tidak sedikit pula yang masih berkategori masyarakat buta huruf, mereka belum bisa menikmati dunia pendidikan seperti anggota masyarakat yang mampu “membeli” dan menikmati pendidikan.
Realitas menunjukkan, krisis yang menimpa dunia pendidikan di Indonesia. Khususnya kulitas pendidikan yang rendah, merupakan persoalan yang sangat kompleks. Prasarana, sarana, dan fasilitas kurang memadai, Anggaran pendidikan nasional yang sangat minim, dan banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan keahlian atau memang belum layak. Disebut guru merupakan faktor yang menyulitkan pengembangan kualitas pendidikan. Belum lagi masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia indonesia (mutu lulusan) dan penyelewengan – penyelewengan anggaran pendidikan yang dilakukan oleh aparat dinas didaerah dan sekolah.
Solusi:
Pemerintah sebagai pengemban amanat rakyat dapat bertindak cepat menemukan dan memperbaiki celah – celah yang dapat menyulut kesenjangan dalam dunia pendidikan, salah satunya dengan cara menjadikan pendidikan di Indonesia semakin murah atau bahkan gratis tapi bukan pendidikan murahan yang tidak berkualitas. Hal ini memang sudah dimulai dibeberapa daerah di Indonesia yang menyediakan sekolah unggulan berkualitas yang bebas biaya. Namun hal tersebut baru kebijakan regional di daerah tertentu. Alangkah baiknya jika pemerintah pusat menerapkan kebijakan tersebut dalam skala nasional. Untuk dapat mewujudkan tersebut pemerintah perlu melakukan pembenahan terutama didalam birokrasi. Korupsi harus segera diberantas, karena korupsi merupakan salah satu yang menghancurkan bangsa ini.[10]
Selain itu, solusi – solusi lain yang dapat dilaksanakan adalah:
·           Meningkatkan mutu SDM terutama guru dalam penguasan bahasa inggris dan bahasa asing lainya.
·           Peningkatan mutu guru dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.
·           Peningkatan mutu manajemen sekolah dan manejemen pelayanan pendidikan.
·           Peningkatan mutu sarana dan prasarana.
·           Penanaman nilai –nilai keteladanan.
·           Pengemabangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan.
·           Penelitian dan pengembangan pendidikan.
·           Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya.
·           Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya.
·           Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative.
·            Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.

PENUTUP

Dari uraian makalah ini dapat disimpulkan :
·         Globalisasi merupakan suatu proses masuk ke lingkungan dunia pada era modern ini peradaban manusia telah memasuki tahapan baru, yaitu dengan adanya revolusi komunikasi.
·         Adapun kecenderungan – kecenderungan global antara lain
ü  Ketergantungan antar negara dan antar bangsa
ü  Ledakan pengetahuan dan ledakan informasi
ü  Sikap masyarakat
·         Dalam negara Indonesia globalisasi berpengaruh terhadap masyarakat dan dunia pendidikan yang harus diperhatikan di masa depan.
·         Menambah porsi pengetahuan tentang kebudayaan bangsa di sekolah-sekolah baik mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi.
·         Menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia . Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.
 DAFTAR PUSTAKA
http:// mengaisme. Wordpress.com /2010/01/03/sikap-kritis-terhadap-dampak-globalisasi/
http://www.google=pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah.com/
Muhyi, Abd.Batubara. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Ciputat Press.
Sindhunata. 2000. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Yogyakarta: Kanisus
Mochtar Buchori. 1995. Transformasi Pendidikan. Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan
http://www.crayonpedia.org/mw/bse:Prilaku_Masyarakat_dlm_perubahan_Sos_Bud_di_Era
http:// www.wikimu.com /news/displaynews.aspx?id=7124
http://hanakristina. Wordpress.com/2010/03/29/dampak – globalisasi – dalam – dunia- pendidikan.


[1] http:// mengaisme. Wordpress.com /2010/01/03/sikap-kritis-terhadap-dampak-globalisasi/
[2]http://www.google=pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah.com/
[3]http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-kebudayaan-daerah/
[4]Muhyi, Abd.Batubara, Sosiologi Pendidikan. (Jakarta : Ciputat press.2004)hlm.110
[5]Sindhunata, Mangagas Paradigma Baru Pendidikan, (Yogyakarta: kanisus,2000),hal 105
[6] Mochtar Buchori, Transformasi Pendidikan, (Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan ,1995), hal 19-20
[7]http://www.crayonpedia.org/mw/bse:Prilaku_Masyarakat_dlm_perubahan_Sos_Bud_di_Era
[8] http:// www.wikimu.com /news/displaynews.aspx?id=7124
[10] http://hanakristina. Wordpress.com/2010/03/29/dampak – globalisasi – dalam – dunia- pendidikan.

Prinsip-prinsip dasar Pendidikan di Lingkungan keluarga

                                                    

A.     Pengertian dan Fungsi Keluarga
Keluaga adalah wadah yang sangat penting diantara individu dan group dan merupakan kelompok social yang pertam adimana anak-anak menjadi anggotanya. Keluarga merupakan satu-satunya tempat pertama untuk mengadakan sosialisasi kehidupan  anak-anak, ibu , ayah dan saudara-saudaranya yang lain adalah orang-orang yang pertama dimana anak mengadakan kontrak dan belajar. Sebagaimana dia hidup  dengan orang lain sampai  memasuki sekolah, anak-anak  menghabiskan seluruh waktunya dalam unit keluarga, hingga masa adolesent dapat ditaksir bahwa anak-anak  mengahbiskan ½ waktunya dalam  keluarga. [1]
Menurut Aqbum fungsi keluarga  adalah sebagai berikut:
·         Fungsi Kasih sayang
·         Fungsi ekonomi
·         Fungsi pendidikan

B.      Peranan Keluarga Dalam Pendidikan
Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsure-unsur yang ada dalam sebuah keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran anak khususnya ayah dan ibu. Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar dalam berbagai macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan tingkah laku  pembentukan pribadi anak. Seperti keyakinan-keyakinan, pemikiran dan prilaku ayah dan ibu, dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat  dalam terhadap pemikiran dan prilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul  berupa lukisan-lukisan pada berbagai ragam  situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga.
Orang tua  sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian anak dengan cara  mengembangkan pola komunikasi dan interaksi dengan sesamanya agar menjadi pribadi yang mantap dan kaffah (utuh). Marie Jahoda  (Sumpeno, 1998 : 26) berpendapat bahwa seseorang yang memiliki kepribadian yang mantap adalah orang yang dapat  menguasai lingkungannya secara aktif, memperhatikan kesatuan dan segenap kepribadiannya. Memiliki kesanggupan menerima secara tepat dunia  lingkungannya dan dirinya sendiri, bersifat mandiri tanpa terlalu banyak terpengaruh orang lain.
Kedua orang tua memiliki peran  yang sangat penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Islam memiliki berbagai macam metode-metode di dalam rubrik aqidah atau keyakinan, norma atau akhlak serta fiqih sebagai dasar dan prinsip serta cara untuk mendidik anak yang secara awal bisa dilakukan dalam keluarga. Berkaitan dengan pendidikan, Islam menyuguhkan atuaran-aturan di antaranya pada masa pra kelahiran yang mencakup cara memilih pasangan hidup dan adab berhubungan seks sampai masa pasca  kelahiran yang mencakup pembacaan azan dan iqamat pada telinga bayi yang baru lahir, tahnik (meletakan buah kurma pada  langit-langit bayi, mendoakan bayi, memberikan nama yang bagus buat bayi, aqiqah (menyembelih kambing dan dibagikan kepada fakir-miskin), khitan dan mencukur  rambut bayi dan memberikan sedekah seharga emas atau perak yang ditimbang  dengan berat rambut. Pelaksanaan amalan-amalan ini sangat berpengaruh pada jiwa anak.
Keluarga berperan sebagai factor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyaakat. Khususnya bagi seorang ibu yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhla\k, jasmani dan kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa  kehamilan dengan harapan Allah memberikan kepadanya anak yang sehat dan sholeh.
Banyak hadist yang mengisyaratkan atau menjelaskan tentang pengaruh genetic dan lingkungan dalam pendidikan anak. Salah satu hadis yang mengisyaratkan tentang pengaruh genetic, yaitu “orang yagn bahagia adalah orang yang  sudah bahagia semenjak ia berada di dalam perut ibunya dan orang yang celaka adalah orang yagn sudah celaka  semenjak ia berada  di dalam perut ibunya”. Sudah sangat jelas  dikatakan dalam hadis tersebut bahwa manusia  akan bahagia di dunia apabila  semenjak dalam kandungan ia mengalami kebahagiaan, dan bigitu juga sebaliknya seseorang  yang celaka di dunia karena ia waktu di dalam kandungan sudah mengalami celaka.
Hadis  yang mengisyaratkan tentang pengaruh lingkungan : “ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia yahudi, atau nasrani atau majuzi”. Maksudnya yaitu seorang anak yang baru lahir dalam keadaan suci atau dalam keadaan kosong. Ibarat kertas putih belum terisi oleh tulisan apapun. Kertas putih tersebut akan bertuliskan bagus atau buruk tergantung orang yang  yang menulisnya. Sama halnya dengan anak yang baru lahir apakah nantinya akan menjadi anak  yang berkepribadian baik ataukah buruk, tergantung bagaimana orang tua mendidiknya.
Berdasarkan hadis Rasul saw,  yang mengatakan bahwa, “ anak adalah raja selama tujuh tahun pertama dan hamba pada tujuh tahun  kedua serta teman musyawarah  pada tujuh tahun ketiga”. Hadis tersebut  menunjukan bahwa masa kehidupan anak dibagi menjadi tiga masa, yaitu masa menjadi raja, masa menjadi hamba, dan masa menjadi teman musyawarah. Apabila orang tua bisa mengkondisikan seorang anak dalam tiga masa tersebut dan menjalankan metode metode yang diberikan Islam, maka insya Allah mereka akan memproduksi anak yang berkepribadian baik, sehingga tidak merugikan masyarakat maupun diri sendiri.
Kedua orang tua memiliki tugas terhadap anaknya, dimana mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya. Untuk mewujudkan keperibadian pada kemanusiaan dalam al-Qur’an, begitu juga kedua orang tua harus memiliki pertumbuhan manusia. Dengan demikian kedua orang tua dalam menghadapi anaknya baik dalam berpikir atau menghukumi mereka, akan bersikap sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan dalam al-Qur’an.

C.      Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga
Abdullah Nasih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul Aulad Fil Islam, ada 7 prinsip pendidikan intregatif yaitu:
1.       Pendidikan iman merupakan pondasi yang kokoh bagi semua bagian pendidikan
2.       Pendidikan psikis membentuk berbagai karakter positif kejiwaan seperti keberanian, kejujuran, kemandirian, kelembutan, sikap optimistic dan sebagainya
3.       pendidikan fisik tidak kalah penting
4.       pendidikan intelektual harus dilakukan sejak dini
5.       peran social bermaksud menumbuhkan kepribadian sosial anggota keluarga agar mereka mampu bersosialisasi dan menebarkan konstribusi  positif bagi upaya perbaikan masyarakat
6.       pendidikan seksual diperlukan untuk membangun kesadaran anggota keluarga terhadap peran dan tanggungjawabnya berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan
7.       pendidikan politik dalam keluarga diperlukan untuk membangun kesadaran dan membangun kemampuan anggota keluarga dalam menyikapi berbagai persoalan politik yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat.

ANALISIS MASALAH
Keluarga sebagai satuan unit terkecil merupakan lingkungan pendidikan yang paling utama dan pertama, dalam arti keluarga merupakan lingkungan yang paling bertanggung jawab mendidik anak anaknya. Pendidikan yang diberikan orang  tua pada anak seharusnya memberikan dasar bagi pendidikan, proses sosialisasi dan kehidupan di masyarakat. Dalam hal ini keluarga tetap menjadi kelompok  pertama (primary group) tempat meletakan dasar kepribadian di dalam keluarga. Orang tua  memegang  peranan membentuk system interaksi yang intim dan berlangsung lama yang ditandai oleh loyalitas pribadi, cinta kasih dan hubungan yang penuh kasih sayang. Peran  orang tua adalah dengan membenahi mental anak. Terbentuknya kepribadian  dan kreatifitas anak merupakan modal bagi penyesuaian diri anak dan  lingkungannya dan tentunya memberikan dampak  bagi kesejahteraan keluarga  secara menyeluruh, serta dalam dunia pendidikan  mereka selanjutnya.


Daftar pustaka

Ahmadi, Abu Drs. H. Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta, 1991
Handayani, Sarah. Dakwah Keluarga Prioritas Utama Dalam http: / Kota santri.com/
Soekanto, Soerjono, Prof. Dr. Rineka Cipta, Jakarta. 1994



[1] Drs. H. Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan ,Rineka Cipta. Jakarta, 1991 Hal. 108 

Peranan Guru dan Perilaku Murid

                                    

A.    PERANAN GURU
Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik dinataranya peranan yang diharapkan dari guru itu seperti disebutkan dibawh ini:
1.      Korektor
Sebagai korektor guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan buruk, keduanya harus betul-betul dipahami oleh seorang guru dalam kehidupannya di masyarakat. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya di sekolah, tetapi di luar sekolah pun harus dilakukan. Sebab tidak jarang diluar sekolah anak didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma susila, moral, sosial dan agama yang hidup di masyarakat.
2.      Inspirator
Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan ilham atau petunjuk bagi kemajuan belajar anak didik. Petunjuk itu tidak harus dengan teori-teori belajar namun dapat juga melalui pengalaman.
3.      Informator
Sebagai informator guru harus bisa memberikan informasi tentang perkembangan ilmu teknologi, karena informasi yang baik dan efektif masih diperlukan dari seorang guru.
4.      Organisator
Sebagai organisator sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru selain mengajar, guru juga memilki pengelolaan kegiatan akademik, misalnya dalam menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik.
5.      Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar.
6.      Inisiator
Guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.
7.      Fasilitator
Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitator yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.
8.      Pembimbing
Peranan ini harus dipentingkan, karena kehadiran guru di seklah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa, susila yang cakap.
9.      Demonstrator
Tidak semua pelajaran dapat anak didik pahami melihat intelegensia yang anak miliki, guru harus berusaha membantunya.
10.  Pengelola Kelas
Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru.
11.  Mediator
Guru hendaknya memilki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun materiil.
12.  Supervisor
Guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.
13.  Evaluator
Guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik[1]

B.     HUBUNGAN GURU DENGAN MURID YANG BAIK
Hubungan guru – murid dikatakan baik apabila hubungan itu memilki sifat sebagai  berikut:
1.      Keterbukaan, sehingga baik guru maupun murid saling bersikap jujur dan membuka diri satu sama lain;
2.      Tanggap bilaman seseorang tahu bahwa dia dinilai oleh orang lain;
3.      Saling ketergantungan antara satu dengan yang lain;
4.      Kebebasan yang memperbolehkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan keunikannya, kreatifitasnya dan kepribadiannya;
5.      Saling memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan satu orang pun yang tidak terpenuhi.[2]

C.     TIPE HUBUNGAN GURU – MURID
Hubungan guru dan murid banyak ragamnya bergantung pada guru, murid serta situasi yang dihadapi. Tiap guru mempunyai hubungan yang berbeda menurut pribadi dan situasi yang dihadapi. Proses pendidikan banyak terjadi dalam interaksi sosial antara guru dan murid. Sifat interaksi ini banyak tergantung pada tindakan guru yang ditentukan antara lain oleh tipe peranan guru diantaranya sebagai berikut:
1.      Tipe peranan guru yang dominan atau otoriter
Dimana guru selalu mendominasi atau selalu menguasai serta menentukan dan mengatur kelakuan murid dan menginginkan konformitas dalam kelakuan mereka. Guru ini sering mencampuri apa yang dilakukan oleh murid sehingga sering menimbulkan konflik antara guru dengan murid. Dari hasil penelitian guru yang otoriter, suka mencela. Marah dan sering menyindir . biasanya tidak disukai oleh peserta didiknya. Biasan murid atau peserta didik juga tidak akan menyukai pelajaran yang diampu oleh guru tersebut yang pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa itu sendiri.
2.      Tipe peranan guru yang Integratif atau Demokratif
Pada tipe ini guru sekedar memberikan saran kemudian anak didik dapat menentukan sendiri menurut kemampuan dan cara masing-masing. Murid diajak berunding untuk merencanakan pelajaran dalam mecapai tujuan yang ditentukan bersama. Guru yang bersifat demokratif cocok untuk urikulum yang “student – centered”. Sikap serupa ini lebih mengembangkan kepribadian anak menjadi orang yang dapat berdiri sendiri, dapat memilih sendiri dengan tanggung jawab. Dalam suatu penelitian ternyata bahwa pertambahan pengetahuan murid dalam pelajaran rendah korelasinya dengan taraf disukainya guru oleh murid, ternyata gur yang demokratif bukan guru yang efektif dalam menyampaikan ilmu, walaupun penelitian ini belum dapat dipercayai sepenuhnya, namun dapat memberi petunjuk bahwa guru yang demokratif tidak sebaik guru yang otoriter dalam menambah pengetahuan murid.

D.    KELAKUAN MURID BERHUBUNGAN DENGAN KELAKUAN GURU
Kelakuan anak di kelas tidak semuanya diakibatkan oleh tindakan guru. Kelakuan yang sama mungkin berbeda pengaruhnya terhadap murid dan tidak selalu dipastikan bahwa kelakuan anak didik ada hubungannya dengan kelakuan guru, tetapi pada umumnya perbuatan anak sebagai reaksi terhadap kelakuan guru yang dapat bersifat menurut atau tidak menurut, menyesuaikan diri dengan perintah guru atau menentang.
1.      Kelakuan Guru yang otoriter sifatnya sebagai berikut:
a.       Selalu mendominasi sehingga menimbulkan konflik;
b.      Selalu mendominasi tanpa menimbulkan konflik;
c.       Selalu mendominasi dengan mengakibatkan adanya kerjasama dikalangan murid.
Dari ketiga sifatnya, guru membuat keputusan tanpa merundingkannya dengan murid dan tanpa partisipasi murid. Dan sangat tampak dalam kelas kelakuan anak dengan bermain-main sesutau dengan diam-diam, bercakap-cakap dengan anak lain. Dengan reaksi tersebut maka murid kurang berani untuk mengekplor minat dan bakatnya, serta murid sukar diajak bekerjasama dalam proses belajar mengajar.
Tipe otoriter guru tidak selalu berhasil untuk mencapai kepatuhan sepenuhnya, bahkan dapat menimbulkan konflik, selain itu sikap otoriter dapat ditiru oleh murid terhadap murid yang lemah dengan menunjukkan kekuasaannya.
2.      Kelakuan Guru yang demokrasi, dalam sifatnya sebagai berikut:
a.       Selalu demokrasi tanpa bukti adanya kerjasama;
b.      Selalu demokrasi dengan adanya tanda kerjasama.
Dari kedua sifatnya, guru mempertimbangkan keinginan dan minat murid, bahkan mengajak murid turut serta mengambil keputusan. Dengan kelakuan guru yang demokrasi rekasi anak didik akan menunjukkan kerjasama, turut memberi sumbangan pikiran dengan demikian dapat memperlancar pelajaran karena anak-anak didik lebih berani dan bersedia untuk mengemukakan pendapatnya dengan spontan dan suka bekerjasama baik kerjasama terhadap guru maupun terhadap murid yang lainnya.


[1] Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, Jakarta, Rineka Cipta, 2008, h. 43 - 48
[2] Thomas Gordon, Guru yang Efektif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990, h. 26