BAB
I
PENDAHULUAN
Penderitaan adalah sebuah kata yang sangat dijauhi dan paling tidak disenangi oleh siapapun.
Berbicara tentang penderitaan ternyata penderitaan tersebut berasal dari dalam
dan dar luar diri manusia. Biasa orang menyebut dengan faktor internal dan
faktor eksternal.
Di dalam Al-Qur’an maupun dalam
kitab suci agama lain banyak surat dan ayat yang menguraikan tentang
penderitaan yang dialami manusia itu berisi peringatan bagi manusia akan adanya
penderitaan. Tetapi umumnya manusia itu kurang memperhatikan peringatan
tersebut, sehingga manusia mengalami penderitaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasa dari kata derita. Kata derita
berasal dari bahasa sansekerta yaitu dhra artinya menahan atau
menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin atau lahir batin. Yang
termasuk penderitaan itu ialah keluh kesah, kesengsaraan, kekenyangan, kepanasan
dan lain-lain.
Hampir semua karya besar dalam bidang seni dan
filsafat lahir dari imajinasi penderitaan. Epos Ramayana dan Mahabharata
merupakan salah satu contoh cerita yang penuh penderitaan.
Karya Shakespeare pun banyak mengungkapkan
penderitaan batin yang dialami para pelakunya. Dalam drama Romeo dan Juliet,
Shakespeare ingin mengkomunikasikan penderitaan batin dua remaja yang sedang
dilanda cinta. Kedua orang tuanya saling bermusuhan, sehingga tak mungkin bagi
mereka untuk melangsungkan cintanya sampai jenjang perkawinan. Betapa terharu dan pilu hati
pembaca atau penonton (film) menyaksikan ketragisan kedua remaja itu yang
berakhir dengan kematian.
Di sini kita diharapkan pada pihak-pihak yang
dicekam oleh harga diri yang palsu atau lebih tepat kesombongan orang tua.
Karena sifat dan sikap yang congkak itu, anak mereka sangat dicintai menjadi
korban.
Contoh lainnya adalah Bung Hatta, yang beberapa
kali menjalani pembuangan di tengah Hutan Irian Jaya yang penuh belukar dan
penyakit, namun Tuhan tetap melindunginya sehingga ia dapat menjadi pemimpin
bangsanya.
Pada waktu kita membaca riwayat hidup para tokoh
itu, kita dihadapkan pada jiwa besar, harga diri, berani karena benar, rasa
tanggung jawab, semangat membaca, dan sebagainya. Semua itu menjadi pelajaran
yang sangat berharga bagi kita. Di sana tidak kita temui jiwa munafik,
plin-plan, cengeng, dengki, iri, dan sebagainya.
B. Siksaan
Apabila berbicara tentang siksaan, terbayang di
benak kita sesuatu yang sangat mengerikan, bahkan mendirikan bulu kuduk kita.
Di dalam benak kita, terbayang seseorang yang tinggi besar, kokoh kuat dan
dengan muka yang seram sedang memegang
cemeti yang siap mencambukkah tubuh orang yang akan disiksa; atau ia memegang
batangan besi yang dipanaskan ujugnya sampai merah dan siap ditempelkan pada
tubuh orang yang akan disiksa; atau ia memegang tang dan siap mencopot
kuku-kuku orang yang disiksa. Mungin juga si penyiksa sedang merokok dan
bermaksud untuk menyulut sekujur tubuh orang yang sedang disiksa. Semua itu
dengan maksud agar orang yang disiksa itu memenuhi permintaan penyiksa atau
sebagai perbuatan balas dendam.
Siksaan semacam itu banyak terjadi dan banyak
dibaca di berbagai media masa. Bahkan
kadang-kadang ditulis di halaman pertama dengan judul huruf besar, dan
disertai gambar si korban.
Siksaan manusia juga menimbulkan kreativitas bagi
orang yang pernah mengalami siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang
menyaksikan langsung atau tak langsung. Halitu terbukti dengan banyaknya
tulisan, baik berupa berita, cerpen, ataupun novel yang mengisahkan siksaan.
Dengan membaca hasil seni yang berupa siksaan, kita akan dapat mengambil
hikmmahnya. Karena kita dapat menilai arti manusia harga diri, kejujuran,
kesabran, dan ketakawaan, tetapi juga
hati yang telah dikuasai nafsu setan, kesadisan, tidak mengenal
perikemanusiaan, dan sebagainya.
Kita dapat menilai diri kita sendiri, di mana kita
berdiri, di mana kita berpihak, dan sejauh mana ketakwaan kita.
C. Kekalutan Mental
Penderitaan batindalam ilmu psikologi dikenal
sebagai kekalutan metal. Secara lebih sederhana kekalutan mental dapat
dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan bertingkah secara
kurang wajar.
1. Gejala-gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah:
a. Nampak pada jasmani yang sering merasakan
pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
b. Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas,
ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
2. Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah:
a. Gangguan kejiwaan nampak dalam
gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rokhaninya.
b. Usaha mempertahankan diri dengan cara
negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara menahan dirinya salah; pada
orang yang tidak menderita gangguan kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru
lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan
melarikan diri dan persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
c. Kekalutan merupakan titik patah (mental
breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan.
3. Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental,
dapat banyak disebutkan antara lain sebagai berikut:
a. Kepribadian yang lemah akibat kondisi
jasmani atau mental yang kurang sempurna; hal-hal tersebut sering menyebabkan
yang bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsur-angsur akan
menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
b. Terjadinya konflik sosial budaya akibat
norma berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat,
sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi; misalnya orang pedesaan yang
berat menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, orang tua yang telah mapan sulit
menerima keadaan baru yang jauh berbeda dan masa jayanya dulu.
c. Cara pematangan batin yang salah dengan
memberikan realesi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial; over acting
sebagai overcompensatie.
4. Proses proses kekalutan mental yang
dialami oleh seseorang mendorongnya ke arah
a. Positif: trauma (luka jiwa) yang dialami
dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup, misalnya
melakukan shalat tahajud waktu malam hari untuk memperoleh ketenangan dan
mencari jalan keluar untuk mengetasi kesulitan yang dihadapinya, ataupun
melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam kehidupan.
b. Negatif: trauma dialami diperlannkan atau diperturutkan,
sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak
tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk frustasi antara lain:
1) Agresi berupa kemarahan yang meluap-luap
akibat emosi yang tidak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadinya
hypertensi (tekanan darah tinggi) atau tindakan sadis yang dapat membahayakan
orang sekitarnya.
2) Regresi adalah kembali pada pola reaksi
yang primitif atau kekanak-kanakan (infantil), mislanya dengen menjerit-jerit,
menangis sampai meraung-raung, memecah barang-barang.
3) Fiksasi adalah peletakan atau pembatasan
pada satu pola yang sama (tetap), misalnya dengen membisu, memukul-mukul
dadasendiri, membentur-benturkan kepala pada benda keras.
4) Proyeksi merupakan usaha melemparkan atau
memproyeksi kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain,
kata pepatah: awak yang tidak padai menari, dikatakan lantai yang terjungkit.
5) Identifikasi adalah menyamakan diri dengan
seseorang yang sukses dalam imaginasinya, misalnya dalam kecantikan yang
bersangkutan menyamakan diri dengan bintang film, dalam soal harta kekayaan
dengan pengusaha kaya yang sukses.
6) Narsisme adalah self love yang berlebihan,
sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior daripada orang lain.
7) Autisme adalah gejala menutup diri secara
total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas
dengen fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting
D. Penderitaan dan Perjuangan
Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik
berat ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia mnusia yang
bersifat kodrati. Karena itu terserah kepada manusia itu sendiri untuk berusaha
mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau
menghilangkan sama sekali. Manusia adalah makhluk berbudaya, dengan budayanya
itu ia berusaha mengatasi penderitaan yang mengancam atau dialaminya. Hal ini
membuat manusia itu kreatif, baik bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain
yang melihat atau mengamati penderitaan.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia,
artinya sudah menjadi konsekuensi manusia hidup, bahwa manusia hidup
ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu
manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian
penderitaan. Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidp.
Allah telah berfirman dalam surat Arra’du ayat 11, bahwa Tuhan tidak akan
merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.
E. Penderitaan, Media Massa dan Seniman
Dalam kehidupan sekarang banyak terjadi penderitaan
karena teknologi semakin hari semakin maju dan membuat manusia menderita. Media
massa merupakan alat yang tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa penderitaan
manusia secara cepat pada masyarakat. Tetapi pada seniman langsung bisa
menghayati pada penderitaan yang terjadi.
F. Penderitaan dan Sebab-sebabnya
Penderitaan, memang tidak hanya terjadi lantaran
perang ataupu tingkah manusia agresif lainnya. Banyak hal sebenarnya yang bisa
menjadi penyebab penderitaan manusia, yaitu bencana alam, musibah atau kecelakaan,
penindasan, perbudakan, kemiskinan, dan lain sebagainya. Namun demikian tidak
jarang justru penderitaan datang diseabkan oleh unsur manusia itu sendiri.
Banyak bukti menunjukkan bahwa faktor-faktor yang telah disebut di atas mampu
menjadi penyebab timbulnya penderitaan lewat sentuhan tangan-tangan manusia.
Siapa yang menyulut perang? Mengapa ada bencana alam? Dan kenapa banyak
kecelakaan terjadi? Semuanya bisa kita kembalikan kepada ulah manusia itu
sendiri. Apalagi kalau kita berbicara tentang penindasan, kemiskinan, ataupun
perbudakan. Jelas, semuanya melibatkan unsur manusia itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penderitaan berasal dari kata derita, kata
derita berasal dari bahasa sansekerta yaitu dhra yang artinya menanggung/merasakan sesuatu.
2. Penderitaan itu intinya berasal dari
manusia itu sendiri
3. Penderita mempunyai suatu hubungan dengan
perjuangan, media masa, seniman dan lain sebagainya
DAFTAR PUSTAKA
Widagdho, Djoko. Ilmu
Budaya Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2004.
Hidayati, Nur dan Mawardi. IAD-ISD-IBD.
Bandung: Pustaka Setia. 2002.
Wikipedia. Kekalutan Mental. www.geogle.com. (19 November 2010)
EmoticonEmoticon