November 16, 2022

MEMBANGUN KARAKTER PEMIMPIN YANG BERTANGGUNG JAWAB

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

Pemimpin merupakan faktor penentu dalam sukses atau gagalnya suatu organisasi dan usaha. Baik di dunia bisnis maupun di dunia pendidikan, kesehatan, perusahaan, religi, sosial, politik, pemerintahan negara dan lain-lain, kualitas pemimpin menentukan keberhasilan lembaga atau suatu negara. Sebab pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi, bias mempengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukkan jalan serta perilaku benar yang harus dikerjakan bersama-sama (melakukan kerjasama).

Dia pasti mampu mengantisipasikan perubahan yang tiba-tiba dapat pengoreksi kelemahan-kelemahan dan sanggup membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. Sehubungan dengan ini, kepemimpinan menjadi kunci pembuka bagi suksesnya suatu organisasi atau suatu negara.

Pemimpin tersebut sanggup mempertinggi produktivitas dan evektifitas usaha bersama. Oleh karena itu, pemimpin merupakan faktor kritis (crucial faktor) yang dapat menentukan maju mundurnya atau hidup matinya suatu usaha atau kegiatan bersama, baik yang berbentuk organisasi sosial, lembaga pemerintah maupun badan korporasi dan usaha dagang.

Dalam makalah ini akan dibahas pembentukan kepemimpinan, syarat-syarat kepemimpinan, karakter pemimpin dan mencetak pemimpin masa depan.


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      PEMBENTUKAN KEPEMIMPINAN

Pemimpin ialah seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku social dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi.[1]

Kepemimpinan merupakan salah satu persoalan urgen yang menghilang dari umat kita dewasa ini. Krisis salam berbagai bidang yang menimpa kita disebabkan oleh tidak adanya tujuan yang menjadi orientasi kita yaitu tujuan yang seharusnya mempersatukan rencana-rencana kita serta memberikan rasionalitas dan keharmonisan.

Posisi pemimpin adalah di depan agar menjadi petunjuk bagi anggotanya dalam kebaikan dan menjadi pembimbing mereka kepada kebenaran. Kepemimpinan adalah kerja keras untuk meraih tujuan. Kepemimpinan adalah proses menggerakkan manusia untuk meraih tujuan.

Kepemimpinan memiliki tiga unsur :

1.    Adanya tujuan yang menggerakkan manusia

2.    Adanya sekelompok orang

3.    Adanya pemimpin yang mengarahkan dan memberikan pengaruh kepada manusia [2]

Menurut O. Jeff Harris[3], orang-orang yang perlu dipilih sebagai calon pemimpin adalah mereka yang mempunyai kualifikasi antara lain sebagai berikut :

-        Memiliki kemauan untuk memikul tanggung jawab

-        Kemampuan untuk menjadi perseptif

-        Kemampuan untuk menanggapi secara objektif

 

-        Kemampuan untuk menetapkan prioritas secara tepat

-       Kemampuan untuk berkomunikasi

Urgensi kepemimpinan yang ada dalam perkataan Al-Afwah Al-Audi penyair jahili mengatakan: “kekacauan tidak akan menyelamatkan manusia selama tidak ada pemimpin, pemimpin tidak akan ada jika orang-orang bodho berkuasa”.

Metode kepemimpinan ialah cara bekerja dan bertingkah laku pemimpin dalam membimbing para pengikutnya untuk berbuat sesuatu. Maka metode kepemimpinan ini diharapkan bisa membantu keberhasilan pemimpin dalam melakukan tugas-tugasnya sekaligus juga dapat memperbaiki tingkah laku serta kualitas kepemimpinannya. Metode tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Memberi perintah

2.      Memberikan celaan dan pujian

3.      Memupuk tingkah laku pribadi pemimpin yang benar

4.      Peka terhadap saran-saran

5.      Memperkuat rasa kesatuan kelompok

6.      Menciptakan disiplin diri dan disiplin kelompok

7.      Meredam kabar angin dan issue-issue yang tidak benar[4]

Seorang pemimpin tugas pokoknya adalah menghantarkan, mengetahui, mempelopori, memberi petunjuk, mendidik, membimbing dan lain sebagainya yang secara singkat dapat dikatakan mempengaruhi mereka yang dipimpin demikian rupa, sehingga mereka itu mau mengikuti kehendak pemimpin untuk bekerja dengan sebaik-baiknya, sehingga memperoleh hasil atau mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Menurut M. Karjadi, maka untuk dapat memenuhi tersebut maka seorang pemimpin itu mempunyai beberapa macam fungsi yang harus ia lakukan, misalnya fungsi-fungsi yang singkatnya seperti tersebut di bawah ini:[5]

a.       Fungsi perencanaan

Pemimpin akan memperoleh keuntungan apabila ia membuat perencanaan atas tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Bukan saja perencanaan yang menyentuh bagi organisasi atau negaranya, tetapi juga rencana bagi diri sendiri selaku pemimpin dan penanggung jawab berhasilnya seluruh pekerjaan.

b.      Fungsi memandang ke depan

Pemimpin hendaknya senantiasa memandang ke depan dan harus memiliki pemikiran dan penglihatan yang mampu meneropong apa yang akan terjadi dan kemampuan untuk melihat segala kemungkinan yang akan terjadi adalah merupakan hal yang benar-benar penting.

Kewaspadaan ini hendaknya dapat merupakan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kewaspadaan ini erat hubungannya dengan kesadaran/rasa khawatir akan kerjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap lingkungan kerja.

Pemimpin harus mempunyai kepekaan yang cukup terhadap perkembangan dalam masyarakat. Ia harus dapat memikirkan bahwa suatu masalah yang kecil apabila dibiarkan dan sempat berlangsung, akan berkembang menjadi masalah besar yang dapat menghalangi jalannya pekerjaan.

c.       Fungsi Pengembangan Loyalitas

Fungsi ini ialah pengembangan loyalitas atau kesetiaan para pembantu dan pengikut kepada pemimpin dan organisasi atau negara bahkan hal ini merupakan tanggung jawab yang besar.

Seorang pemimpin harus mampu menciptakan rasa cinta, rasa hormat, dan kepercayaan terhadap organisasi atau negara, kelompok dan pemimpin, serta tugas dan pekerjaannya. Dengan timbulnya rasa cinta dan hormat inilah maka mereka akan percaya dan patuh serta akan tetap setia kepada segala-galanya itu.

d.      Fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan rencana

Fungsi kepemimpinan selain membuat rencana juga mengawasi apakah betul-betul rencana itu dilaksanakan sebagaimana mestinya sampai tercapainya tujuan yang telah ditentukan atau belum.

Tentang pengawasan ini harus dibuatkan rencana tersendiri, sehingga segala sesuatu dapat berjalan lancar dan tidak akan ada hal-hal yang sampai dilupakan.

e.       Fungsi mengambil keputusan

Untuk menggunakan teknik pengambilan keputusan yang tertentu dibutuhkan suatu kemampuan atau kecakapan tertentu dan apabila seorang pengambil keputusan tidak mempunyai kemampuan teknik yang cukup untuk itu, maka pemimpin terpaksa meminta bantuan kepasa spesialis yang tertentu, misalnya mengenai mesin kepada ahli mesin, tentang pengairan kepadda ahli teknik irigasi dan lain sebagainya.

f.       Fungsi memberi anugerah

Anugerah dalam arti ganjaran / hadiah / pujian dan celaan / pidana / hukuman. Seorang pemimpin yang bijaksana tidak akan menganggap pekerjaannya sudah selesai sebelum ia mengucapkan terima kasih kepada anak buahnya. Ucapan terima kasih ini harus menjadi kebiasaan sehari-hari. Anak buah merasa bangga dan senang apabila hasil jerih payahnya diperhatikan atau dihargai oleh orang lain, lebih-lebih oleh pemimpinnya sendiri.

Pada dasarnya orang yang kuat dalam arti layak, cerdas dan mampu melaksanakan tugas dan orang yang dapat dipercaya merupakan sifat pokok dalam kepemimpinan. Dalam surat Al Qashash ayat 26 dijelaskan “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yan gkuat lagi yang dapat dipercaya”.

Para pemimpin karismatik akan mempunyai kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan, rasa percaya diri, serta pendirian dalam keyakinan-keyakinan dan cita-cita mereka sendiri. Suatu kebutuhan akan kekusaan memotivasi pemimpin tersebut untuk mempengaruhi para pengikut. Rasa percaya diri dan pendirian yang kuat meningkatkan rasa percaya para pengikut terhadap pertimbangan dan pendapat pemimpin tersebut. Seorang pemimpin tanpa pola ciri yang demikian lebih kecil kemungkinannya akan mencoba mempengaruhi orang dan jika berusaha memmpengaruhi maka lebih kecil kemungkinannya untuk berhasil.[6]

 

B. SYARAT-SYARAT KEPEMIMPINAN

Kondisi mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu:

1.      Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas, dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.

2.      Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga orang mampu membawa atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

3.      Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan / keterampilan teknik maupun sosial yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.[7]

 

Diantara beberapa syarat kepemimpinan itu antara lain :

1.    Visioner

Peran yang paling besar bagi seorang pemimpin adalah menjelaskan visi dan tujuan-tujuan masa depan. Selain itu seorang pemimpin juga harus memiliki kemampuan memprediksi masa depan sehingga ia telah mempersiapkan semua kemungkinan yang akan terjadi, bahkan yang paling sulit sekalipun.

“Ketika visi jelas, maka tujuan pun juga jelas dan dengan jelasnya tujuan maka jelas pula jalannya”. (Nusaibah al-Muthawi). Seorang pemimpin harus memiliki sifat optimis dan sabar dalam menghadapi semua permasalahannya karena dengan sabar dan jika dapat menahan atau tahan menanggung beban maka seseorang dapat mengubah impian menjadi hakikat dan khayalan menjadi realita yang tampak dan indah.

2.    Motivasi dan Dorongan

Motivasi muncul dari dalam jiwa. Proses motivasi adalah salah satu syarat yang penting dalam pembentukan kepemimpinan. Semakin besar keberhasilan pemimpin dalam memotivasi orang maka akan semakin mendapatkan penghormatan, kepercayaan, cinta, loyalitas.

3.    Pengikut yang Setia

Para pengikut merupakan unsure yang menentukan pemimpin dalam segala situasi dan kondisi. Para pengikut merupakan sekutu yang merepresentasikan sisi lain yang urgen dari mata uang kepemimpinan, (Warren Black). Seorang pemimpin harus komitmen dengan syarat-syarat dan sifat-sifat istimewa yang membuat orang lain mengikutinya dengan senang hati.

Sikat dari para pengikut biasanya diukur melalui kuesioner dan wawancara. Berbagai ukuran objektif mengenai perilaku, seperti misalnya ketidakhadiran (absenteeism), turnover (tingkat keluar masuk jumlah pegawai pertahunnya), sukarela, keluhan, pengaduan kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi, permintaan untuk dipindahkan, kelambatan (slowdown) dalam pekerjaan, dan sabotase yang disengaja terhadap peralatan dan fasilitas-fasilitas dapat membantu sebagai indikator-indikator tidak langsung dari ketidakpuasan dan sikap permusuhan para pengikut terhadap pemimpinnya.

 

B.       KARAKTER PEMIMPIN

1.    Teori-teori Kepemimpinan

Salah satu teori yang istimewa adalah kepemimpinan transformasi. Dalam teori ini, pemimpin memiliki empat tugas yanitu menentukan misi atau gambaran masa depan yang diinginkan, mengomunikasikan visi kepada pengikut, realisasi visi, dan meningkatkan konsisten pengikut terhadap misi. Teori situasional menegaskan bahwa seorang pemimpin yang cocok dan berhasil pada periode dan kondisi tertentu belum tentu cocok dan pas untuk periode dan kondisi yang lain. Ada dua tugas utama bagi seorang pemimpin yaitu memberikan pengarahan dan motivasi kepada para pengikutnya. Perilaku bagi seorang pemimpin adalah memberikan perhatian kepada manusia, memberikan perhatian kepada pekerjaan.

2.    Sifat-sifat Pemimpin

Sesungguhnya sifat-sifat kepemimpinan yang memiliki pengaruh besar adalah sifat-sifat yang tidak umum, yang berbeda pada satu orang dan orang lain dan dari satu situasi ke situasi lain. Terdapat tujuh sifat yang harus ada bagi seorang pemimpin yaitu seorang pemimpin harus memiliki motivasi, personalitas, kredibilitas, percaya diri, intelegensi, menguasai permasalahan serta pengawasan diri. Selain itu ada pula empat sifat pemimpin dalam Islam yaitu iman dan tauhid, ketaatan, kebersihan hati dan penunjukkan sebagai khalifah di bumi.

Seorang pemimpin itu selalu berkelakuan kurang lebih sama, yaitu: ia tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, dia harus mampu bersikap flexible, luwes, bijaksana, tahu gelagat dan mempunyai daya lenting yang tinggi karena dia harus mampu mengambil langkah-langkah yang penting tepat untuk sesuatu masalah. Sedang masalah social itu tidak akan pernah identik sama di dalam runtunan waktu yang berbeda.

Pola tingkah laku pemimpin tersebut erat berkaitan dengan:

-       Bakat dan kemampuannya

-       Kondisi dan situasi yang dihadapi

-       Good will atau kerugian untuk memutuskan dan memecahkan permaslahan yang timbul

-       Derajat supervise dan ketajaman evaluasinya

 

C.      MENCETAK PEMIMPIN MASA DEPAN

1.    Sumber-sumber Kepemimpinan

Untuk mencetak seorang pemimpin terdapat faktor-faktor terpenting yang dapat menambah kemampuan kepemimpinan yang dimiliki oleh seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah (1) fitrah dan masa kecil (2) kebebasan mencoba (3) pendidikan (4) memberikan tanggung jawab. Selain itu untuk mencetak seorang pemimpin dapat dilakukan di berbagai tempat, seperti rumah, sekolah, masyarakat dan lembaga-lembaga khusus.

2.    Contoh-contoh Kepemimpinan

a.    Ir. Soekarno

Pada masa kolonial, kalangan pribumi yang mendapat manfaat dari sistem kolonial Belanda hanya kaum ningrat dan para pegawai kolonial. Itupun disertai dengan berbagai diskriminasi, misalnya pemberdaan gaji dengan orang Belanda, walaupun tingkat pendidikan dan kemampuan yang sama. Rakyat biasa/kalangan bawah tak diuntungkan, malah dikenai berbagai pajak dan kerja paksa.

Keadaan seperti ini tidak adil dan meresahkan rakyat, karena menyangkut sejumlah besar rakyat, keresahan itu bersifat misal dan kemudian menimbulkan pemberontakan. Pada umumnya, motif utama pemberontakan adalah penderitaan ekonomi dan diskriminasi sosial. Karena bersifat lokal tanpa organisasi yang baik, gerakan-gerakan protes ini mudah dihancurkan.

Gejala dalam masyarakatini diolah Soekarno dan menghasilkan ideologi dan program partai yang anti kolonialisme. Program politik Soekarno adalah menggalang massa yang resah dan tidak puas dalam program partai agar dapat menjadi kekuatan perlawanan. Ia menjadi suara bagi aspirasi rakyat. Ia juga mendidik massa tentang kesadaran politik lewat tulisan, pidato dan partai. Dan ada imbalan berupa dukungan dan perhatian oleh massa yang resah ini terhadap Soekarno. Ia dipandang sebagai pahlawan, massa berkerumun pada saat Soekarno berpidato. Soekarno berjuang dan menderita pemenjaraan dan pembuangan.

Situasi krisis menjelang dan setelah kemerdekaan sekali lagi membuktikan bagaimana Soekarno berhasil tampil dalam situasi kritis. Ia member jalan keluar dalam debat tentang dasar negara, menjadi proklamator, mengatasi pertempuran Surabaya, lalu mengakhiri aksi Tan Malaka yang menyandera perdana menteri Syahrir serta pemberontakan Muso. Bahkan dalam perannya sebagai tokoh lambing saja ia sudah dapat menyelesaikan berbagai krisis cabinet. Dan puncaknya adalah menyelesaikan krisis demokrasi parlementer serta krisis persatuan bangsa lewat Dekret 5 Juli 1959.

b.    Suri Tauladan Nabi Muhammad Saw

Salah satu persoalan yang dihadapi saat ini adalah banyaknya persoalan-persoalan yang harus dihadapi oleh para pemangku jabatan untuk memimpin dan mengelola rumah tangga besar, dimana hajat hidup orang banyak memerlukannya. Kadang-kadang atimbul pertanyaan pada diri sendiri mungkinkah saat ini ada pemimpin yang jujur dan bertanggung jawab ? ; kenapa diperlukan pemimpin yang bertanggung jawab? jika ada bersyukur namun bila belum alangkah indahnya jika kita dapat mengikuti dan mencontoh suri tauladan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

a)    Al-Amin (orang yang jujur dan Bertanggung Jawab)

Sejarah membuktikan bahwa sejak usia muda nabi Muhammad dikenal sebagai Al-Amin (orang yang jujur dan bertanggung jawab, yang membela keadilan dan kebenaran kepada siapapun ketika sangat belia), ia juga dikenal sebagai tokoh yang berkarakter demokratis dan suka perdamaian, karakter itu ditunjukkan ketika ia dipercaya untuk meletakkan Hajar Aswad di tempat semula saat Ka’bah selesai direnovasi.

b)   Pemimpin yang Tangguh, Visioner dan Efektif

Karakter demikian ditunjukkan ketika memasuki Madinah dan hidup di tengah-tengah masyarakat baru yang mencintainya dan mendukungnya, Nabi Muhammad berhasil hijrah ke Madinah dan memperoleh sambutan luar biasa dari penduduk Madinah, termasuk komunitas non-Muslim dan kaum intelektualnya, seperti yang diceritakan Abdullah bin Salam seorang intelektual Yahudi yang disegani.

c)    Pokok-pokok kebijakan

Nabi Muhammad meletakkan dasar-dasar kebijakan selama lebih kurang sepuluh tahun antara lain :

1)   Membangun masjid sebagai pusat komunikasi spiritual antara manusia dan Tuhannya serta pusat interaksi antara sesame mukmin atas dasar kebersamaam dan saling menghormati.

2)   Mempersaudarakan antara sahabat Anshor dan sahabat Muhajirin yang mengalami kesulitan ekonomi karena asetnya banyak ditinggal di Mekkah atau dirampas oleh kafir Quraisy. Kesetiakawanan dibangun diatas dasar ukhuwah Islamiyah. Kesetiakawanan dan sifat berbagi ini mendapatkan legitimasinya setelah diperintahkan oleh wahyu berupa hokum waris, perintah wakaf, sedekah dan lain-lain.

3)   Beberapa saat berada di Madinah, Nabi Muhammad menggagas perlunya mempersatukan penduduk Madinah dan sekitarnya, yang terdiri atas beberapa suku dan pemeluk agama agar bahu membahu menjaga keamanan kota Madinah dan sekitarnya dari gangguan dan ancaman, juga kesepakatan menjaga kebebasan beragamadan menjalankan ibadah, kesepakatan tertuang dalam piagam Madinah sebagai kontrak social, politik yang dilahirkan secara demokratis dan terdokumentasi.

d)   Program strategis

Untuk mewujudkan tugas risalahnya diadakan program-program strategis berupa :

(1)      Membangun hubungan kuat antara umat dan Tuhan

(2)      Membangun hubungan harmonis antar sesama umat seiman, dam

(3)      Membangun hubungan baik dan adil dengan uamat lain.

e)    Perubahan dan Pembaharuan

Perubahan dan pembaharuan yang diperjuangkannya adalah untuk mewujudkan masyarakaat mukmin yang berbudaya sebagai masyarakat yang religious-etis, damai dan demokratis,  sejahtera lahir dan bathin, dan berkeadilan.

f)    Faktor-faktor yang Mendukung Keberhasilan

Bila menilik dan mempelajari kepemimpinan orang-orang besar beberapa faktor yang mendukungnya antara lai :

(1)      Leadership yang kuat: pemimpin yang tidak otoriter tetapi lebih memperhatikan team work dan kemajuan organisasi, selalu berani menyelesaikan masalah, berani mengambil keputusan yang tepat dan mengenai sasaran dan tidak menghindar dari tekanan-tekanan yang ada.

(2)      Dukungan bawahan; semua bawahannya rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan masa depan untuk menciptakan perubahan.

(3)      Komunikasi yang jelas: kemampuan berkomunikasi yang baik memberikan arah yang jelas kepada seluruh bawahannya.

 

 

 

 

 

 

 


 

BAB III

PENUTUP

 

Sulitnya upaya memilih tokoh pemimpin yang baik bagi semua sektor kehidupan, perlu adanya training kepemimpinan bagi para kandidat/calon dan pemimpin-pemimpin yunior. Training semacam ini tidak cukup hanya dengan ceramah-ceramah dan buku-buku bacaan saja. Sebab usaha sedemikian ini sama saja nilainya dengan proses belajar berenang di daratan. Maka yang sangat diutamakan dalam training kepemimpinan, khususnya bagi orang-orang muda ialah banyak melakukan praktek kepemimpinan di bawah supervisi yang ketat.

Sebab, mungkin saja seseorang (calon) pemimpin itu secara tidak sadar melakukan kesalahan-kesalahan, berkata-kata yang menyakiti hati orang lain, menggunakan argumentasi irrasional, sikapnya tidak sabaran, acuh tak acuh terhadap bawahan, tidak dengan sengaja menakut-nakuti pengikutnya, dan lain-lain. Maka melalui banyak praktek pemimpin, di bawah supervisi yang ketat dan mendapatkan cukup banyak kritik-kritik, nasehat dan bimbingan, maka pemimpin-pemimpin yunior (anak muda) akan belajar melakukan introspeksi untuk menemukan kelemahan-kelemahan sendiri.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

As-Suwaidan, Thariq Muhammad dan Faishal Umar Basyarahil. 2005. Melahirkan Pemimpin Masa Depan, Jakarta: Gema Insani.

 

Kartono, Kartini. 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persaja.

 

Ranoh, Ayub. 1999. Kepemimpinan Kharismatik: Tinjauan Teologis Etis Atas Kepemimpinan Sukarno. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

 

Sunin dhia, Y.W. dan Ninik Widiyanti. 1993. Kepemimpinan Dalam Masyarakat Modern. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

 

Udaya, Yusuf. 1998. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta : Prenhallindo

 

http://eriassumarna.blog,friendster.Com/2010/02/Pemimpin-yang-Jujur-dan-Bertanggung-Jawab-bagian-1/

 

http://eriassumarna.blog.friendster.com/2010/02/Merindukan-Pemimpin-Yang-jujur-dan-bertanggung-jawab-bagian-2/

 

 



[1] Henry Pratt Fairchild. Dictionary Of Sociology And Ralated Sciences. Littefield Adam Co.Paterson. New Jersey. 1960, hal 174

[2] Dr. Thariq Muhammad As-Suwaidan & Ir. Faishal Umar Basyarahil. 2005. Melahirkan Pemimpin Masa Depan, hal 10

[3] O. Jeff Harris. People Of Work. John Wiley & Sonc Inc. USA. 1976, Bab

[4] Ordway Tead. The Art Of Administration. 1951

[5] M. Karjadi. Kepemimpinan (Leadership). Politera, Bogor. 1981, hal 57

[6] Yusuf Udaya. 1998. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta : hal 268

[7] Dr. Kartini Kartono. 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal 31


Artikel Terkait


EmoticonEmoticon