PENDAHULUAN
Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial. Oleh karena itu, dalam kehidupannya manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan orang lain. Tetapi sebagai makhluk sosial, manusia secara tidak langsung diharuskan dapat hidup bermasyarakat ataupun berinteraksi dengan orang lain. Ia harus membaur dengan lingkungan sekitarnya karena kalau tidak kemungkinan besar ia akan dikucilkan dan merasa terasingkan.
Dengan adanya keadaan yang
demikian, tentunya tingkah laku maupun perbuatan individu, baik ataupun
buruknya akan dipandang dan dinilai oleh masyarakat ataupun orang lain yang ada
di sekitarnya sehingga konsekuensi atauoun akibat dari tiap perbuatannya itu
harus ia pertanggungg jawabkan kepada orang lain ketika hidup di sunia dan juga
di hadapan Allah Swt ketika di akhirat kelak.
PEMBAHASAN
MANUSIA
DAN TANGGUNG JAWAB
I.
Tanggung Jawab
A.
Arti Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan
tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung
jawab berarti juga berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang
bertanggung jawab. Disebut demikian karena manusia selain makhluk individual
dan makhluk sosial juga makhluk Tuhan. Manusia mempunyai tuntunan yang besar
untuk bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks
sosial, individual ataupun teologis.
Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban
karena kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan kepada seseorang. Kewajiban
merupakan bandingan terhadap hak dan dapat juga tidak mengacu kepada hak, maka
tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya.
Pembagian kewajiban bermacam-macam dan
berbeda-beda. Setiap keadaan hidup menentukan kewajiban tertentu. Status dan
peranan menentukan kewajiban seseorang. Kewajiban di bagi menjadi 2 bagian
yaitu:
1.
Kewajiban
terbatas
2.
Kewajiban
tidak terbatas
Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh
kebahagiaan sebab dapat menunaikan kewajibannya. Kebahagiaannya itu dapat
dirasakan oleh dirinya dan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak bertanggung
jawab akan menghadapi kesulitan sebab ia tidak mengikuti aturan, norma, atau
nilai-nilai yang berlaku.[1]
Pengertian yang kita peroleh sehari-hari untuk
kata “pertanggungjawaban” dari kata “tanggung jawab”, yaitu beban psikis
(kejiwaan) yang melandasi pelaksanaan kewajiban (atau dalam melakukan
kewajiban) dari tugas tertentu.
Kesanggupan seseorang untuk melaksanakan suatu
tugas wajib (atau lazimnya disebut kewajiban) yang diberikan kepadanya. Dapat
dikatakan bahwa ia bertanggung jawab khususnya bertanggung jawab terhadap
tugasnya itu.
Tidak mempunyai kewajiban, tidak dapat disamakan
dengan tidak mempunyai tanggung jawab, sebab memang tidak ada kewajiban dan
tugas yang harus dikerjakan.
Di dalam ajaran Islam dikenal adanya tugas-tugas
yang bersifat wajib (fardhu) dan bersifat sunnah. Dari fardhu inilah nampaknya
kemudian berkembang nilai-nilai tanggung jawab di kalangan masyarakat.
Kewajiban lahir karena adanya hubungan manusia
dengan manusia lain dan juga hubungan antara manusia dengan tuhannya dan dari
dalam bentuk dan kadar yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Dalam hubungannya dengan tanggung jawab, Prof.
Drijarraka ia mengatakan bahwa manusia itu mempunyai hukum kodrat. Agar ia
menjadi manusia yang baik, ia harus mempunyai sikap dasar seperti selalu siap
sedia untuk berbuat kebaikan. Sikap dasar tersebut mempunyai banyak aspek.
Salah satu aspek tersebut adalah tanggung jawab bila dihubungkan dengan
kewajiban menurut beliau, rasa tanggung jawab itu dapat berupa siap sedia untuk
melakukan kewajiban.[2]
B.
Macam-Macam Tanggung Jawab
1.
Tanggung
Jawab kepada Tuhan
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai
ciptaan Tuhan, manusia dapat mengembangkan diri sendiri dengan sarana-sarana
yang ada pada dirinya yaitu pikiran, perasaan, seluruh anggota tubuhnya dan
alam sekitarnya.
Dalam mengembangkan dirinya, manusia bertingkah
laku dan berbuat sudah tentu dalam perbuatannya manusia membuat banyak
kesalahan, baik yang disengaja ataupun tidak.[3] Sebagai hamba Tuhan,
manusia harus mempertanggungjawabkan atas segala perbuatan yang salah itu atau
dalam istilah lain bertanggung jawab atas segala dosanya.
2.
Tanggung
Jawab kepada Keluarga
Masyarakat kecil ialah keluarga. Keluarga terdiri
dari suami, istri, ayah, ibu, dan anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada
keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung
jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan dan kehidupan.[4]
3.
Tanggung
jawab kepada masyarakat
Suatu
kenyataan pula bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia merupakan anggota
masyarakat karena itu, dalam berpikir, bertingkah laku, berbicara dan
sebagainya, manusia terikat oleh masyarakat. Wajar saja apabila segala tingkah
laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.[5]
4.
Tanggung
jawab kepada bangsa dan negara
Merupakan suatu kenyataan bahwa tiap manusia, tiap
individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berbuat, bertindak, bertingkah
laku dan sebagainya, manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang
dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila
perbuatannya salah, maka ia harus mempertanggung jawabkannya kesalahannya
kepada negaranya.
II.
Kesadaran
A.
Makna Kesadaran
Kesadaran adalah keinsyafan akan perbuatan sadar artinya merasa, tahu ata ingat (kepada keadaan yang sebenarnya). Keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman (dari tidur), ingat, tahu dan mengerti, misal rakyat telah sadar akan politk.
Jadi kesadaran adalah hati yang telah terbuka atau pikiran yang telah terbuka tentang apa yang telah dikerjakan. Kesadaran moral amat penting untuk diperhatikan orang, karena pelanggaran moral dapat berakibat merusakkan nama. Semua kesadaran penting karena ketidaksadaran adalah salah satu hal yang dapat menggoncangkan atau sekurang-kurangnya membuat kepincangan dalam hidup.
Justru pada
umumnya orang sadar akan perbuatannya, akan tetapi tidak disadari, apakah
perbuatan itu melanggar norma sopan santun, norma hukum atau norma moral. Orang yang berbuat
tanda kesadaran ini amat sedikit jumlahnya. Hal itu bisa terjadi karena kekeliruan, tetapi mungkin jga yang
berbuat dalam keadaan tidak sadar atau anak kecil karena itu orang dapat bebas
dari hukuman.[6]
Dapat disimpulkan bahwa kesadaran berasal dari
kata sadar artinya tahu, mengerti, ingat, terbuka hati/pikiranya untuk berbuat
sesuai dengan kata hatinya.
Dalam berbuat kadang orang hanya melanggar satu
norma, kadang-kadang sekaligus melanggar dua-tiga norma, bahkan ada yang
langsung melanggar tiga norma sekaligus.
B.
Makna Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang beurpa
pikiran, penapat ataupun tenaga sebagai perwujudan ksetiaan antara lain kepada
raja, cinta, kasih sayang, hormat atau suatu ikatan dan semua dilakukan dengan
ikhlas.
Timbulnya pengabdian itu, hakikatnya karena ada
rasa tanggung jawab. Apabila seorang ayah bekerja dari pagi hingga sore hari
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, itu berarti mengabdi kepada keluarga
karena kasih sayang seorang ayah kepada keluarga.
1.
Pengabdian kepada keluarga
Pada hakikatnya manusia hidup berkeluarga. Hidup berkeluarga ini didasarkan
atas cinta dan kasih sayang, kasih sayang ini mengandung pengertian
“pengorbanan dan pengabdian”. Bila kasih sayang tanpa disertai pengabdian
berarti kasih sayang itu palsu atau semu.
2.
Pengabdian kepada masyarakat
Manusia adalah anggota masyarakat. Ia tak dapat hidup tanpa orang lain,
karena tiap-tiap orang saling membutuhkan. Anggota masarakat harus mengabdikan
diri kepada masyarakat. Ia harus mempunyai rasa tanggung jawab kepada
masyarakat. Oleh karena itu, nama baik tempat ia tinggal, membawa nama baiknya
pula.
3.
Pengabdian kepada negara
Manusia pada hakikatnya adalah bagian dari suatu bangsa atau warga negara
suatu negara, karena itu seseorang wajib mencintai bangsa dan negaranya.
Mencintai ini biasanya diwujudkan dalam bentuk pengabdian. Banyak contoh pengabdian
kepada bangsa dan negara dalam kehidupan kita.
4.
Pengabdian kepada Tuhan
Manusia tidak ada dengan sendirinya, tetapi merupakan ciptaan Tuhan,
sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian
berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan itu merupakan perwujudan
tanggung jawabnya keada Tuhan Yang Maha kuasa.
III.
Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban yang artinya
memberikan secara ikhlas harta benda, waktu, tenaga, pikiran bahkan mungkin
nyawa, demi cintanya atau ikatannya dengan sesuatu atau demikesetiaan,
kebenaran.[7]
a.
Pengorbanan
kepada agama
Berkorban kepada agama berarti juga berkorban demi cintanya kepada Allah,
Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini terjadi karena adanya manusia bukan dengan
sendirinya, tetapi ada karena diciptakan Allah Swt. Karena itu wajiblah manusia
berkorba demi cintanya kepada agama dan juga kepada penciptanya. Agama pada
hakikatnya adalah kebenaran. Karena itu dalam berkorban demi agama ata
kebenaran, manusai tidak sayang kehilangan harta, tenaga, waktu bahkan nyawa
pun rela dikorbankan.[8]
b.
Pengorbanan
kepada keluarga
Pada hakikatnya, manusia hidup berkeluarga. Dasar hidup berkeluarga adalah
kasih sayang. Kasih sayang memerlukan pengorbanan. Tanpa pengorbanan tidak ada
kasih sayang atau tidak ada cinta.[9]
c.
Pengorbanan
kepada masyarakat
Manusa adalah makhluk sosial, karena manusia tidak dapa hidup sendiri dan
saling membutuhkan. Sebagai makhluk sosial, manusia merasa terikat dengan
masyarakatnya karena itu demi pengabdiannya kepada masyarakat ia berkorban.[10]
d.
Pengorbanan
kepada bangsa dan negara
Setiap warga negara mempunyai kewajiban antara lain membela negaranya.
Pembelaan itu disebut juga pengorbanan. Dalam membela negara, tiap orang akan
rela mengorbankan jiwa raganya.
e.
Pengorbanan
karena kebenaran
Ada peribahasa “berani karena benar, takut karena salah”. Demi kebenaran,
orang tidak akan takut menghadapi apapun. Seseorang yang benar-benar penegak
kebenaran akan rela mengorbankan segala miliknya demi memperjuangkan kebenaran
itu.
PENUTUP
Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Ada beberapa macam tanggung
jawab, diantaranya tanggung jawab kepada Tuhan, kepada keluarga, kepada
masyarakat, juga kepada bangsa dan negara.
Dalam tanggung jawab, erat
kaitannya dengan pengabdian, kesadaran dan pengorbanan. Pengabdian adalah
perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan
kesetiaan, yang dilakukan dengan ikhlas. Kesadaran adalah keinsyafan akan
perbuatannya. Pengorbanan berasal dari kata korban, yang artinya memberikan
secara ikhlas segala miliknya, termasuk nyawanya, demi cintanya atau ikatannya
dengan sesuatu atau demi kesetiaan, kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa, Ahmad, Drs. 1999. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Pustaka Setia.
Tri Prasetyo, Joko, Drs. 1998. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
[1]
Drs. Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya
Dasar, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 132-133
[2]
Drs. Joko Tri Prasetyo, Ilmu
Budaya Dasar. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), h. 149-154
[3]
Drs. H. Ahmad Mustofa, Ilmu
Budaya Dasar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 136
[4]
Ibid., h. 135
[5]
Drs. Joko Prasetyo, dkk, op.cit.,
h. 156
[6]
Ibid., h. 107
[7]
Drs. H. Ahmad Mustofa, Ilmu
Budaya Dasar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 140
[8]
Drs. Joko Tri Prasetyo, dkk, op.cit.,
h. 166
[9]
Ibid., h. 164.
[10]
Drs. Djoko Widagdo, dkk, op.cit.,
h. 155
EmoticonEmoticon