Showing posts with label Evaluasi Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Evaluasi Pendidikan. Show all posts

November 14, 2022

Evaluasi Formatif

                                            

PENDAHULUAN

Dalam pendidikan, tujuan merupakan sasaran ideal yang hendak dicapai. Untuk mengetahui kapasitas, dan kualitas anak didik perlu diadakan evaluasi. Dalam evaluasi perlu adanya teknik dan sasaran untuk menuju keberhasilan dalam proses belajar mengajar,
Evaluasi yang baik haruslah didasarkan atas tujuan pengajaran yang ditetapkan dan kemudian benar-benar diusahakan oleh guru untuk siswa.


EVALUASI FORMATIF

1.      Pengertian Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar dengan penilaian formatif, diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya.[1]
Tes jenis ini disajikan di tengah program pengajaran untuk memantau (memonitor) kemajuan belajar siswa demi memberikan umpan balik baik kepada siswa maupun kepada guru. Berdasarkan hasil tes itu guru dan siswa dapat mengetahui apa yang masih perlu dijelaskan kembali agar materi pelajaran dapat dikuasai dengan baik. Siswa dapat mengetahui bagaimana dan bahan pelajaran yang masih belum dikuasainya agar dapat mengupayakan perbaikannya. Guru dapat melihat bagian mana yang umumnya belum dikuasai siswa sehingga dapat mengupayakan penjelasan yang lebih baik dan luas agar bahan tersebut dapat dikuasai siswa.[2]

2.      Tahap Evaluasi Formatif
Ada tiga tahap evaluasi formatif yaitu evaluasi satu lawan satu (one to one), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation) dan evaluasi lapangan (field evaluation).
a.      Evaluasi Satu Lawan Satu
Pada tahap ini pilihlah dua orang atau lebih siswa yang dapat mewakili populasi target dari media yang anda buat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media itu anda disain untuk belajar mandiri biarkan dia mempelajarinya sementara anda mengamatinya. Kedua orang siswa yang anda pilih tersebut hendaknya satu orang dari populasi target yang kemampuan umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu orang lagi di atas rata-rata.
Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1)      Jelaskan kepada siswa bahwa anda sedang merancang suatu media baru dan anda ingin mengetahui bagaimana reaksi mereka terhadap media yang anda buat tersebut;
2)      Katakan kepada mereka bahwa apabila nanti mereka berbuat salah bukanlah karena kekurangan mereka tersebut, sehingga perlu diperbaiki;
3)      Usahakan agar mereka bersikap relaks dan bebas mengemukakan pendapatnya tentang media tersebut;
4)      Berikan tes awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa terhadap topik yang dimediakan;
5)      Sajikan media dan catat berapa lama waktu yang anda butuhkan atau dibutuhkan siswa untuk menyajikan / mempelajari media tersebut. Catat pula bagaimana reaksi siswa dan bagian-bagian yang sulit untuk dipahami apakah contoh-contohnya, penjelasan, petunjuk-petunjuknya ataukah yang lain;
6)      Berikan tes yang mengukur keberhasilan media tersebut (post test);
7)      Analisis informasi yang terkumpul.
b.      Evaluasi kelompok kecil
Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-120 orang siswa yang dapat mewakili populasi target. Siswa yang anda pilih dalam kegiatan ini hendaknya mencerminkan karakteristik populasi. Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang kurang pandai, sedang dan pandai, laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan dan latar belakang prosedur yang ditempuh adalah :
1)      Jelaskan bahwa media tersebut berada pada tahap formatif dan memerlukan umpan balik untuk menyempurnakannya.
2)      Berikan test awal (Pre test) untuk mengukur kemampuan dan pengetahuan siswa tentang topik yang dimediakan.
3)      Sajikan media atau minta kepada siswa untuk mempelajari media tersebut;
4)      Catat waktu yang diperlukan dan semua umpan balik (langsung ataupun tidak langsung) selama penyajian media;
5)      Berikan tes untuk mengetahui sejauh mana tujuan bisa dicapai (post test);
6)      Bagikan kuesioner dan minta siswa untuk mengisinya.
7)      Analisis data yang terkumpul.
c.       Evaluasi Lapangan
Evaluasi lapangan atau field evaluation adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Usahakan memperoleh situasi yang semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah media yang kita buat sudah mendekati kesempurnaannya. Namun dengan itu masih harus dibuktikan lewat evaluasi lapangan inilah kebolehan media yang kita buat itu diuji. Pilih sekitar 30 orang siswa dengan berbagai karakteristik (tingkat kepandaian, kelas, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar dan sebagainya) sesuai dengan karakteristik populasi sasaran.
Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1)      Mula-mula pilih siswa-siswi yang benar-benar mewakili populasi target. Kira-kira 30 orang siswa. Usahakan agar mereka mewakili berbagai tingkat kemampuan dan keterampilan siswa yang ada. Tes kemampuan awal perlu dilakukan bila karakteristik siswa belum diketahui;
2)      Jelaskan kepada mereka maksud uji lapangan tersebut dan apa yang anda harapkan pada akhir kegiatan. Pada umumnya siswa tak terbiasa untuk mengerti bahan-bahan atau media yang diberikan, karena mereka beranggapan sudah benar dan efektif. Usahakan mengemukakan penilaian, jauhkan sedapat mungkin perasaaan bahwa uji coba ini menguji kemampuan mereka.
3)      Berikan tes awal untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dan keterampilan mereka terhadap topik yang dimediakan;
4)      Sajikan media tersebut kepada mereka. Bentuk penyajiannya tentu sesuai dengan rencana pembuatannya untuk prestasi kelompok besar. Untuk kelompok kecil atau belajar mandiri;
5)      Catat semua respon yang muncul dan siswa selama sajian. Begitu pula waktu yang diperlukan;
6)      Berikan tes untuk mengukur seberapa jauh pencapaian hasil belajar siswa setelah sajian media tersebut. Hasil test ini (Post test) dibandingkan dengan hasil tes pertama (pre test) akan menunjukkan seberapa efekltif dan efisien media yang anda buat tersebut;
7)      Berikan kuesioner untuk mengetahui pendapat-pendapat atau sikap mereka terhadap media tersebut dan sajian yang diterimanya;
8)      Ringkas dan analisis data-data yang anda peroleh dengan kegiatan-kegiatan tadi. Kemampuan awal, skor tes awal dan tes akhir, waktu yang diperlukan, kecepatan sajian dan sebagainya.[3]
Di dalam evaluasi pendidikan yang menyangkut evaluasi hasil beljar, sedikitnya kita mengenal empat macam kegunaan tes:
1)      Tes digunakan untuk penentuan penempatan siswa dalam suatu jenjang atau jenis program pendidikan tertentu (placement test);
2)      Tes yang digunakan untuk mencari umpan balik (feed back) guna memperbaiki proses belajar mengajar bagi guru maupun siswa (test formatif);
3)      Tes yang digunakan untuk mengukur atau menilai sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan dan selanjutnya untuk menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan siswa yang bersangkutan (test sumatif);
4)      Tes yang bertujuan untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa seperti latar belakang psikologis, fisik dan lingkungan sosial-ekonomi siswa (test diagnostic).[4]

3.      Manfaat Evaluasi
a.       Manfaat Bagi Siswa
1)      Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh;
2)      Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa
Dengan mengetahui bahan tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru, dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu akan bertambah membekas diingat. Disamping itu tanda keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar lebih giat agar dapat mempertahankan nilai yang sudah baik itu atau memperoleh yang lebih baik lagi.
3)      Usaha perbaikan
Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan es, siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya. Dengan demikian aka nada motivasi untuk meningkatkan penguasaan.
4)      Sebagai diagnostik
Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian pengetahuan, keterampilan atau konsep. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagaimana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit.[5]
b.      Manfaat Bagi Guru
Dengan telah mengetahui hasil tes formatif yang diadakan maka guru:
1)      Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru itu harus mengganti cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap saja menggunakan cara sebelumnya (strategi yang lama).
2)      Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa. Apabila bagian yang belum dikuasai kebetulan bagian itu harus diterangkan lagi dan barangkali memerlukan cara atau media lain untuk memperjelas. Apabila bahan ini tidak diulangi maka akan mengganggu kelancaran pemberian bahan pelajaran selanjutnya dan siswa akan semakin tidak dapat menguasaianya;
3)      Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.[6]
c.       Manfaat Bagi Program
Setelah diadakan tes formatif maka diperoleh hasil. Dari hasil tersebut dapat diketahui :
1)      Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak;
2)      Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan\pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan;
3)      Apakah diperlukan alat, sarana dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai
4)      Apakah metode pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.
Hal-hal yang berhubungan dengan masalah evaluasi formatif ialah :
1)      Penilaian dilakukan pada akhir setiap satuan pelajaran;
2)      Penilaian formatif bertujuan mengetahui sejaunmana tujuan instruksional khusus (TIK) pada setiap satuan pelajaran yang telah tercapai;
3)      Penilaian formatif dilakukan dengan mempergunakan tes hasil belajar kuesioner ataupun cara lainnya yang sesuai;
4)      Siswa dinilai berhasil dalam penilaian formatif jika mencapai taraf penguasaan sekarang kurangnya 75% dari tujuan yang ingin dicapai.


4.      Perbedaan antara Tes Formatif dan Tes Sumatif
No
Aspek
Tes Formatif
Tes Sumatif
1
Fungsi
Umpan balik untuk menilai pelaksanaan satu unit program
Menentukan posisi kemampuan siswa terhadap teman-temannya
2
Waktu
Selama pelajaran berlangsung
Akhir semester
3
Titik berat penilaian
Ditekankan pada kognitif
Kognitif, namun pada tingkatan di atas hafalan/ingatan
4
Alat evaluasi
Tes buatan guru, pengamatan dan tes prestasi belajar
Tes ujian akhir
5
Tujuan yang dievaluasi
Mengukur semua tujuan instruksional khusus
Mengukur tujuan instruksional umum
6
Tingkat kesulitan
Belum dapat ditentukan
Indeks kesukaran 0,35-0,7 soal mulai dari yang mudah hingga yang sulit
7
Scoring
Standar mutlak
Standar relatif tapi bisa juga standar mutlak
8
Tingkat pencapaian
75%
Norma kelulusan atau kenaikan kelas / tempat
9
Cara pencatatan hasil
Catatacn berhasil/gagal menguasai suatu tugas
Keseluruhan / sebagian skor dari tujuan yang ingi dicapai



PENUTUP

Proses evaluasi pembelajaran perlu mendapat penekanan dalam proses pembelajaran. Ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi yang semuanya tergantung pada tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi bukanlah semata-mata untuk mendefinisikan siswa yang berhasil dan tidak berhasil, melainkan sebuah proses yang akan memperbaiki mutu pembelajaran dan mengetahui seberapa efektif pembelajaran yang dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA


Daryanto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Purwanto, Ngalim, MP. 1991. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sardiman, Arif S., dkk. 1996. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Grafindo Persada. Cet. 4.

Silveerus, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Grasindo.

Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Rosdakarya.



[1] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Rosdakarya, 1995), h. 5.
[2] Suke Silverus, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: Grasindo, 1991), h. 9-10.
[3] Arif S. Sardiman, dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Grafindo Persada, Cet. 4, 1996), h. 179.
[4] Ngalim Purwanto, MP., Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), h. 25.
[5] Daryanti, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), h. 39.
[6] Daryanto, op.cit., h. 4041.

Merancang Penilaian Kognitif

                                           

PENDAHULUAN

Pada umumnya hasil belajar dapat kelompokkan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Secara eksplisit ketiga aspek tersebut tidak dipisahkan satu sama lain. Adapun jenis mata ajarannya selalu mengandung tiga aspek tersebut, namun memiliki penekanan yang berbeda. Untuk aspek kognitif lebih menekankan pada teori aspek psikomotorik menekankan pada praktik dan kedua aspek tersebut selalu mengandung aspek afektif.
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, aspek kognitif terebut akan dibahas secara lebih luas dalam pembahasan. 

PEMBAHASAN
MERANCANG PENILAIAN KOGNITIF

1.    Mengidentifikasi Tipe Hasil Belajar Aspek Kognitif
Bloom membagi tingkat kemampuan / tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu pengetahuan, hafalan, pemahaman atau komprehensi, penerapan aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi.[1]
Sedangkan dalam bukunya Mimin Haryanti menjelaskan tipe hasil belajar kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek beljar yang berbeda-beda, keenam tingkat tersebut yaitu
a.    Tingkat pengetahuan (knoelwdge)
b.    Tingkat pemahaman (comprehension)
c.    Tingkat penerapan (application)
d.   Tingkat analisis (analysis)
e.    Tingkat sintesis (synthesis)
f.     Tingkat evaluasi (evaluation).[2]
Dari kedua sumber di atas masing-masing menyatakan bahwa tipe hasil belajar aspek kognitif dibedakan menjadi 6.

2.    Membedakan Masing-masing Tahap Tipe Hasil belajar Kognitif
Sumber pertama penulis kutip dari bukunya DR. Daryanto bahwa perbedaan masing-masing tahap tipe hasil belajar kognitif yaitu :
a.    Pengetahuan
Pengetahuan adalah aspek yang paling mendasar dalam taksonomi Bloom, seringkali disebut juga aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali / mengetahui adanya konsep, fakta/ istilah-istilah dan tersebut tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.
b.    Pemahaman
Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar, siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain.
c.    Penerapan
Dalam jenjang kemampuan ini dituntut kesanggupan ide-ide umum, tat cara ataupun metode-metode, prinsip serta teori-teori dalam situasi baru dan konkrit.
d.   Analisis
Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur / komponen pembentuknya.
e.    Sintesis
Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dpat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.
f.     Penilaian
Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan/konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu.[3]
Untuk sumber selanjutnya penulis kutip dari buku pengantar evaluasi pendidikan, perbedaan antara masing-masing tipe hasil belajar kognitif yaitu:
a.         Pengetahuan adalah kemampuan untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
b.        Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat
c.         Penerapan adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan / menggunakan ide-ide umum, tata cara atau metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi baru dan konkrit.
d.        Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil danmampu memahami hubungan diantara bagian-bagian / faktor-faktor yang satu dengan faktor yang lain.
e.         Sintesis adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis
f.              Evaluasi adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut taksonomi Bloom.[4]
Dari dua sumber yang telah penulis kutip, masing-masing hampir sama dalam membedakan tahap tipe hasil belajar kognitif. Dan dapat penulis simpulkan perbedaan masing-masing tahap tipe hasil belajar kognitif adalah sebagai berikut:
a.    Pengetahuan adalah kemampuan untuk menghafal materi atau untuk menyebutkan kembali (recall)
b.    Pemahaman adalah memahami arti atau konsep situasi serta fakta yang diketahuinya
c.    Aplikasi adalah seseorang dituntut kemampuannya untuk menganalisis atau menguraikan suatu situasi tertentu ke dalam komponen-komponen pembentuknya
d.   Sintesis adalah seseorang dituntut untuk dapat menemukan hubungan kausal / urutan tertentu
e.    Evaluasi adalah mengharapkan seseorang mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode atau produk.

3.    Macam-Macam Bentuk Soal Ranah Kognitif
a.    Pertanyaan Lisan
Pertanyaan lisan digunakan untuk mengetahui pencapaian peserta didik dari kompetensi dasar tertentu yang dapat mengungkapkan aspek ingatan, pemahaman dan penerapan.[5]
b.   Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif, hal ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelamahan dari tes bentuk esai. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 soal.[6]
c.    Soal Uraian (subjektif)
Soal uraian adalah soal yang menuntut peserta didik menggunakan respons atau menguraikan langkah untuk memperoleh jawaban atas soal.[7]
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan tes uraian, antara lain:
Kelebihan:
ü  Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan fikiran sendiri
ü  Dapat menghindarkan sifat terkaan dalam menjawab soal
ü  Melatih peserta didik untuk memilih fakta yang relevan dengan persoalan
ü  Jawaban yang diberikan diungkapkan dalam kata-kata dan kalimat yang disusun sendiri
Kelemahannya:
ü  Soal benuk uraian ini tepat untuk mengukur kemampuan analisis, sintetik dan evaluatif
ü  Bahan yang diujikan relative sedikit dan tingkat kebenarannya menjadi bertingkat-tingkat.
ü  Pemberian skor jawaban kadang-kadang tidak ajeg.
ü  Soal jenis ini apabila digunakan terusa-menerus dapat berakibat peserta didik belajar dengan cara untung-untungan.[8]

d.   Soal terbuka
Soal terbuka adalah soal yang mempunyai lebih dari satu cara untuk memperoleh jawaban yang benar dan menuntut peserta didik untuk menemukan jawaban itu beserta syarat khususnya. Soal terbuka memerlukan penskoran holistic (menyeluruh) yang didasarkan pada respons peserta didik secara keseluruhan, skor terhadap respon peserta didik bervariasi dari rendah sampai tinggi tergantung pula tingkat respon peserta didik.[9]

KESIMPULAN

Aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Tipe hasil belajar kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat sampai pada kemampuan memecahkan maslaah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan maslah tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Drs. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta : Bumi Aksara. Cet. 3.

Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Haryati, Mimin. 2008. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

Purwanto, M. Ngalim. 1994. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sudiyono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: AR-RUZZ Media. cet. Kesatu.

Thoha, M. Chabib. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo. cet. Kedua.




[1] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1994), h. 43.
[2] Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 24.
[3] Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 103-113.
[4] Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 50-52.
   [5] Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: AR-RUZZ Media, 2006) cet. Kesatu. h. 109.
   [6] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-9, h. 164.
   [7] Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: AR-RUZZ Media, 2006) cet. Kesatu. h. 110.
[8] M.Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994) cet. Kedua, h. 56.
[9]Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: AR-RUZZ Media, 2006) cet. Kesatu. h. 110.