PENDAHULUAN
Pada umumnya hasil belajar dapat kelompokkan menjadi tiga aspek
yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Secara eksplisit ketiga aspek
tersebut tidak dipisahkan satu sama lain. Adapun jenis mata ajarannya selalu
mengandung tiga aspek tersebut, namun memiliki penekanan yang berbeda. Untuk
aspek kognitif lebih menekankan pada teori aspek psikomotorik menekankan pada
praktik dan kedua aspek tersebut selalu mengandung aspek afektif.
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, aspek kognitif
terebut akan dibahas secara lebih luas dalam pembahasan.
PEMBAHASAN
MERANCANG PENILAIAN KOGNITIF
1.
Mengidentifikasi Tipe Hasil Belajar
Aspek Kognitif
Bloom
membagi tingkat kemampuan / tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif
menjadi enam, yaitu pengetahuan, hafalan, pemahaman atau komprehensi, penerapan
aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi.[1]
Sedangkan
dalam bukunya Mimin Haryanti menjelaskan tipe hasil belajar kognitif terdiri
dari enam tingkatan dengan aspek beljar yang berbeda-beda, keenam tingkat
tersebut yaitu
a. Tingkat
pengetahuan (knoelwdge)
b. Tingkat
pemahaman (comprehension)
c. Tingkat
penerapan (application)
d. Tingkat
analisis (analysis)
e. Tingkat
sintesis (synthesis)
Dari kedua
sumber di atas masing-masing menyatakan bahwa tipe hasil belajar aspek kognitif
dibedakan menjadi 6.
2.
Membedakan Masing-masing Tahap Tipe
Hasil belajar Kognitif
Sumber pertama
penulis kutip dari bukunya DR. Daryanto bahwa perbedaan masing-masing tahap tipe
hasil belajar kognitif yaitu :
a. Pengetahuan
Pengetahuan
adalah aspek yang paling mendasar dalam taksonomi Bloom, seringkali disebut
juga aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini seseorang
dituntut untuk dapat mengenali / mengetahui adanya konsep, fakta/
istilah-istilah dan tersebut tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.
b. Pemahaman
Kemampuan
ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar, siswa dituntut
memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya
dengan hal-hal lain.
c. Penerapan
Dalam
jenjang kemampuan ini dituntut kesanggupan ide-ide umum, tat cara ataupun
metode-metode, prinsip serta teori-teori dalam situasi baru dan konkrit.
d. Analisis
Dalam
jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi
atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur / komponen pembentuknya.
e. Sintesis
Pada jenjang
ini seseorang dituntut untuk dpat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan
menggabungkan berbagai faktor yang ada.
f. Penilaian
Dalam
jenjang kemampuan ini seseorang dituntut mengevaluasi situasi, keadaan,
pernyataan/konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu.[3]
Untuk sumber
selanjutnya penulis kutip dari buku pengantar evaluasi pendidikan, perbedaan
antara masing-masing tipe hasil belajar kognitif yaitu:
a.
Pengetahuan adalah kemampuan untuk
mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama,
istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan
untuk menggunakannya.
b.
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat
c.
Penerapan adalah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan / menggunakan ide-ide umum, tata cara atau metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi baru dan
konkrit.
d.
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci
atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih
kecil danmampu memahami hubungan diantara bagian-bagian / faktor-faktor yang
satu dengan faktor yang lain.
e.
Sintesis adalah kemampuan berpikir yang merupakan
kebalikan dari proses berpikir analisis
f.
Evaluasi
adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut
taksonomi Bloom.[4]
Dari dua
sumber yang telah penulis kutip, masing-masing hampir sama dalam membedakan
tahap tipe hasil belajar kognitif. Dan dapat penulis simpulkan perbedaan
masing-masing tahap tipe hasil belajar kognitif adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan
adalah kemampuan untuk menghafal materi atau untuk menyebutkan kembali (recall)
b. Pemahaman
adalah memahami arti atau konsep situasi serta fakta yang diketahuinya
c. Aplikasi
adalah seseorang dituntut kemampuannya untuk menganalisis atau menguraikan
suatu situasi tertentu ke dalam komponen-komponen pembentuknya
d. Sintesis
adalah seseorang dituntut untuk dapat menemukan hubungan kausal / urutan
tertentu
e. Evaluasi
adalah mengharapkan seseorang mampu membuat penilaian dan keputusan tentang
nilai suatu gagasan, metode atau produk.
3. Macam-Macam
Bentuk Soal Ranah Kognitif
a. Pertanyaan
Lisan
Pertanyaan lisan digunakan untuk
mengetahui pencapaian peserta didik dari kompetensi dasar tertentu yang dapat
mengungkapkan aspek ingatan, pemahaman dan penerapan.[5]
b. Tes
Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat
dilakukan secara objektif, hal ini dimaksudkan untuk mengatasi
kelemahan-kelamahan dari tes bentuk esai. Dalam penggunaan tes objektif ini
jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes esai. Kadang-kadang
untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 soal.[6]
c. Soal
Uraian (subjektif)
Soal uraian adalah soal yang menuntut peserta didik
menggunakan respons atau menguraikan langkah untuk memperoleh jawaban atas soal.[7]
Kelebihan:
ü Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban
dengan fikiran sendiri
ü Dapat menghindarkan sifat terkaan dalam
menjawab soal
ü Melatih peserta didik untuk memilih fakta yang
relevan dengan persoalan
ü Jawaban yang diberikan diungkapkan dalam
kata-kata dan kalimat yang disusun sendiri
Kelemahannya:
ü Soal benuk uraian ini tepat untuk mengukur
kemampuan analisis, sintetik dan evaluatif
ü Bahan yang diujikan relative sedikit dan
tingkat kebenarannya menjadi bertingkat-tingkat.
ü Pemberian skor jawaban kadang-kadang tidak
ajeg.
ü Soal jenis ini apabila digunakan terusa-menerus
dapat berakibat peserta didik belajar dengan cara untung-untungan.[8]
d. Soal
terbuka
Soal terbuka adalah soal yang mempunyai lebih dari satu
cara untuk memperoleh jawaban yang benar dan menuntut peserta didik untuk
menemukan jawaban itu beserta syarat khususnya. Soal terbuka memerlukan
penskoran holistic (menyeluruh) yang didasarkan pada respons peserta didik
secara keseluruhan, skor terhadap respon peserta didik bervariasi dari rendah
sampai tinggi tergantung pula tingkat respon peserta didik.[9]
KESIMPULAN
Aspek kognitif adalah subtaksonomi
yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Tipe hasil
belajar kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
Tujuan aspek kognitif berorientasi
pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat sampai pada kemampuan memecahkan maslaah yang
menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan maslah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Drs. 2009. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan Jakarta : Bumi Aksara. Cet. 3.
Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Haryati, Mimin. 2008. Model
dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada
Press.
Purwanto, M. Ngalim. 1994. Prinsip-prinsip
dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sudiyono, Anas. 1996. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
AR-RUZZ Media. cet. Kesatu.
Thoha, M. Chabib. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT
Raja Grafindo. cet. Kedua.
[1] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip
dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1994), h.
43.
[2] Mimin Haryati, Model
dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), h. 24.
[4] Anas Sudiyono, Pengantar
Evaluasi Pendidikan (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 50-52.
[8] M.Chabib Thoha, Teknik
Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994) cet. Kedua, h. 56.
[9]Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu
Pendidikan, (Yogyakarta : AR-RUZZ Media,
2006) cet. Kesatu. h. 110.
EmoticonEmoticon